Agama Islam

Pengertian Shalat Munfarid Hingga Contoh Shalat Munfarid

shalat munfarid adalah
Written by Yufi Cantika

Shalat munfarid adalah – Bagi umat Islam, menunaikan ibadah shalat wajib, sebaiknya dilakukan secara berjamaah. Namun, terkadang ada beberapa orang yang shalat wajib sendirian atau lebih dikenal dengan shalat munfarid. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang shalat munfarid hingga contohnya. Jadi, simak artikel ini sampai habis Grameds.

Pengertian Shalat Munfarid

shalat munfarid adalah

Sumber: Pixabay

Dalam agama Islam dikenal istilah Munfarid yang artinya sendirian. Dalam sholat, munfarid adalah shalat yang dilakukan sendiri, tidak ada imam atau makmum. Beberapa ibadah sholat sunnah dilaksanakan secara sendirian. Meski ada beberapa amalan sholat sunnah yang bisa dilaksanakan secara berjamaah. Misalnya sholat tarawih, dan shalat witir.

Shalat munfarid adalah salat yang dikerjakan secara individu (sendirian). Hukum pelaksanaan shalat munfarid berbeda-beda, tergantung pada jenis salat yang dikerjakan. Berdasarkan wajib atau tidaknya pengerjaan, shalat dapat dibedakan menjadi shalat wajib dan salat sunah. Kedua jenis shalat tersebut dapat dikerjakan secara munfarid.

Khusus shalat wajib, pengerjaannya secara sendiri (munfarid) dapat ditunaikan ketika seseorang dalam keadaan udzur syar’i seperti sakit parah. Sementara itu, secara umum salat sunah dapat dikategorikan jadi 3, yaitu salat sunah munfarid (sendiri), salat sunah berjamaah, dan salat sunah yang dapat dikerjakan secara munfarid atau berjamaah.

Contoh salat sunah munfarid adalah salat rawatib dan salat tahiyatul masjid. Sementara itu, untuk sholat fardhu sangat dianjurkan untuk dikerjakan secara berjamaah. Sebab, melaksanakan shalat berjamaah termasuk amalan utama.

Contoh Shalat Munfarid

Sholat sunnah yang lebih baik dikerjakan sendiri di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Shalat Rawatib

shalat munfarid adalah

Sumber: BersamaDakwah

Shalat Rawatib adalah salat sunah yang dilakukan sebelum atau sesudah shalat lima waktu. Shalat yang dilakukan sebelumnya disebut shalat qabliyah, sedangkan yang dilakukan sesudahnya disebut shalat ba’diyah.

Salat sunah rawatib ini terbagi dua bagian, yaitu sunnah muakkad dan sunnah ghairu muakkad. Salat sunah rawatib muakkad amat besar kemuliaannya dan dijanjikan ganjaran yang besar apabila menunaikannya. Shalat sunat rawatib ghairu muakkad kurang sedikit kemuliaannya berbanding dengan shalat sunnah muakkad.

Shalat sunnah rawatib berfungsi sebagai penyempurna jika terjadi kekurangan dalam salat fardu seseorang. Shalat fardhu sendiri hukumnya wajib bagi muslim. Salat fardhu ini yang menjadi amalan pertama yang dihisab pada Hari Perhitungan. Oleh karenanya, menunaikan salat sunah rawatib sangat dianjurkan.

Jumlah rakaat shalat rawatib berbeda-beda tergantung shalat apa yang dia iringi dan kapan (sebelum/sesudahnya) dia dilaksanakan. Shalat rawatib dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Sunnah Muakkad

Sholat rawatib muakkad adalah sholat yang selalu dikerjakan Rasulullah.

Subuh qobliyah (sebelum): 2 rakaat

Niat Shalat Rawatib Sebelum Shalat Subuh

اُصَلِّى سُنَّةَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى

Usholli Sunnatan Subhi Rok’ataini Qobliyatan Mustaqbilal Qiblati Lillahi Ta’ala

Artinya, “Aku niat mengerjakan shalat sunnah sebelum subuh 2 rakaat, menghadap kiblat karena Allah Ta’ala.”

Dzuhur qobliyah (sebelum): 4 rakaat dan ba’diyah (sesudah): 2 rakaat

Niat Shalat Rawatib Sebelum Dzuhur

اُصَلِّى سُنَّةً الظُّهْرِرَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى

Ushalli Sunnatadh Dhuhri Rok’ataini Qobliyatan Mustaqbilal Qiblati Lillahi Ta’ala

Artinya, “Aku niat mengerjakan shalat sunnah sebelum dzuhur 2 rakaat, menghadap kiblat karena Allah Ta’ala.”

Niat Shalat Rawatib Sesudah Zuhur

اُصَلِّى سُنَّةً الظُّهْرِرَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى

Ushalli Sunnatadh Dhuhri Rok’ataini Ba’diyah Mustaqbilal Qiblati Lillahi Ta’ala

Artinya, “Aku niat mengerjakan shalat sunnah sesudah dzuhur 2 rakaat, menghadap kiblat karena Allah Ta’ala.”

Maghrib ba’diyah (sesudah): 2 rakaat

Niat Shalat Rawatib Sesudah Magrib

اُصَلِّى سُنَّةً الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى

Usholli Sunnatal Maghribi Rok’ataini Ba’diyah Mustaqbilal Qiblati Lillahi Ta’ala

Artinya, “Aku niat mengerjakan salat sunah sesudah magrib 2 rakaat, menghadap kiblat karena Allah Ta’ala.”

Isya’ ba’diyah (sesudah): 2 raka’at

Niat Shalat Rawatib Sesudah Isya’

اُصَلِّى سُنَّةً الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى

Usholli Sunnatal Isyaa’i Rok’ataini Ba’diyatta Mustaqbilal Qiblati Lillahi Ta’ala

Artinya: “Aku niat mengerjakan shalat sunnah sesudah Isya 2 rakaat, menghadap Kiblat karena Allah Ta’ala.”

https://www.gramedia.com/products/belajar-shalat-lima-waktu-shalat-sunnah-untuk-pemula-perem?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

b. Sunnah Ghairu muakkad

Salat ini tidak selalu dikerjakan oleh Nabi Muhammad, kadang dikerjakan, kadang tidak.

Ashar (qobliyah): 2/4 raka’at
Maghrib (qobliyah): 2 rakaat
Isya (qobliyah): 2 rakaat

2. Shalat Dhuha

shalat munfarid adalah

Sumber: detik.com

Shalat Dhuha adalah sholat sunah yang dilakukan seorang muslim ketika waktu dhuha. Waktu dhuha adalah waktu ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul enam atau tujuh pagi) hingga waktu zuhur.

Jumlah rakaat sholat dhuha genap boleh 2, 4, 6, 8, dan maksimal 12 rakaat. Selain itu, shalat dhuha dilakukan dalam satuan 2 rakaat sekali salam. Sholat dhuha disunahkan tidak dikerjakan dengan berjamaah, melainkan sendiri-sendiri. Manfaat dalam melakukan shalat dhuha sangat banyak.

Bagi siapa yang mengerjakan sholat dhuha, Allah SWT akan membangunkan rumah indah terbuat dari emas kelak di surga. Ada pula yang menyebut, setiap muslim maupun muslimah yang menunaikan sholat tersebut bakal memperoleh pahala layaknya mengerjakan ibadah umrah.

Manfaat paling terkenal dari menunaikan sholat dhuha adalah memperoleh kemudahan rezeki. Sebab, umat Islam yang mengerjakan sholat ini bakal memperoleh layaknya harta ghanimah atau harta rampasan perang dengan cara cepat.

Selain mendapat berkah berupa kemudahan rezeki, menunaikan sholat dhuha juga dapat mempermudah pekerjaan sehari-hari. Misalnya, berbisnis, naik jabatan, hingga mudah memperoleh jodoh.

Berikut tata cara sholat dhuha:

1. Niat

اُصَلِّى سُنَّةَ الضَّحٰى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى

    Ushalli Sunnatadh-dhuhaa rak’ataini lillaahi ta’aalaa.

    Artinya: “Aku niat sholat sunah dhuha dua rakaat, karena Allah ta’ala.”

2. Membaca Doa Iftitah
3. Membaca Surat Al Fatihah
4. Membaca satu surat di dalam Al Quran. Afdholnya rakaat pertama membaca surat Asy- Syam dan rakaat kedua surat Al Lail.
5. Ruku dan membaca tasbih tiga kali.
6. I’tidal dan membaca bacaannya.
7. Sujud pertama dan membaca tasbih tiga kali.
8. Duduk di antara dua sujud dan membaca bacaannya.
9. Sujud kedua dan membaca tasbih tiga kali.
10. Setelah rakaat pertama selesai, rakaat kedua dikerjakan sebagaimana cara di atas. Selanjutnya tasyahud akhir.

Setelah selesai, maka membaca salam dua kali. Rakaat-rakaat selanjutnya dilakukan sama seperti contoh di atas.

3. Shalat Hajat

Shalat Hajat adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim saat memiliki hajat tertentu dan ingin dikabulkan Allah. Shalat Hajat dilakukan antara 2 hingga 12 rakaat dengan salam di setiap 2 rakaat. Salat ini dapat dilakukan kapan saja.

Sholat hajat merupakan sholat sunnah yang dikerjakan minimal 2 rakaat dengan maksimal 12 rakaat. Sementara itu, waktu terbaik untuk melaksanakan sholat hajat adalah setelah sholat subuh hingga matahari terbit dan setelah waktu ashar hingga matahari terbenam.

Keistimewaan mengerjakan ibadah sholat hajat sebagai salah satu cara untuk memohon pertolongan, meningkatkan iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Niat sholat hajat berbeda dengan niat sholat lainnya. Berikut niat serta tata cara melakukan Sholat Hajat.

1. Membaca niat
Niat dilakukan di dalam hati ketika sedang takbiratul ihram (mengangkat tangan).
Lafazh niat shalat hajat:

أُصَلِّي سُنَّةَ الحَاجَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعاَلَى

    Ushollii sunnatal haajati rok’aataini lillaahi ta’aala.

     Artinya: “Aku berniat shalat hajat sunah hajat dua rakaat karena Allah Ta’ala.”

2. Takbiratul ihram dan membaca doa Iftitah
3. Membaca Surat Al-Fatihah dan dilanjutkan membaca surat pendek Al-Quran (disarankan membaca Ayat Kursi dan surat Al-Ikhlas
4. Ruku’ dan membaca doanya
5. I’tidal dan membaca doanya
6. Sujud dan membaca doanya
7. Duduk di antara dua sujud dan membaca doanya

https://www.gramedia.com/products/risalah-shalat-sunnah?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

4. Shalat Istikharah

Shalat Istikharah adalah shalat sunnah yang dikerjakan untuk meminta petunjuk Allah oleh mereka yang berada di antara beberapa pilihan dan merasa ragu-ragu untuk memilih atau saat akan memutuskan sesuatu hal. Spektrum masalah dalam hal ini tidak dibatasi.

Seseorang dapat shalat istikharah untuk menentukan dimana ia kuliah, siapa yang lebih cocok menjadi jodohnya atau perusahaan mana yang lebih baik ia pilih. Setelah shalat istikharah, maka dengan izin Allah pelaku akan diberi kemantapan hati dalam memilih.

Niat salat ini, sebagaimana juga salat-salat yang lain cukup diucapkan di dalam hati, yang terpenting adalah niat hanya karena Allah semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan ridhoNya.

Berikut tata cara sholat istikharah:

1. Membaca niat sholat
Usholli sunnatal istikharah rak’ataini lillahi ta’ala

    Artinya: “Aku berniat shalat istikharah dua rakaat karena Allah ta’ala.”

2. Takbiratul ihram, lalu baca doa iftitah dan surat Al Fatihah
3. Pada rakaat pertama setelah membaca surat al fatihah dilanjutkan dengan membaca surat Al-Kafirun
4. Ruku’
5. I’tidal
6. Sujud pertama dengan tuma’ninah
7. Duduk di antara dua sujud
8. Sujud kedua dengan tuma’ninah
9. Berdiri lagi melakukan rakaat kedua.
10. Pada rakaat kedua usai membaca Al-fatihah dilanjutkan dengan membaca surat Al-Ikhlas
11. Dilanjutkan Ruku hingga tahiyat akhir dan salam

5. Shalat Tasbih

Shalat tasbih merupakan shalat Sunnah yang didalamnya pelaku salat akan membaca kalimat tasbih (kalimat “Subhanallah wal hamdu lillahi walaa ilaaha illallahu wallahu akbar”) sebanyak 300 kali (4 raka’at masing-masing 75 kali tasbih).

Shalat ini diajarkan Rasulullah SAW kepada pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib. Terdapat hadits yang menerangkan shalat tasbih, diantaranya hadits Ibnu ‘Abbas radhiallahu anhu, yang lafadznya diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam Sunan-nya (1297), seperti berikut:

Rasulullah bersabda kepada Abbas bin Abdul Muththalib, “Wahai Abbas, wahai pamanku, maukah engkau aku beri? Maukah engkau aku kasih? Maukah engkau aku beri hadiah? Maukah engkau aku ajari sepuluh sifat (pekerti)? Jika engkau melakukannya, Allah mengampuni dosamu; dosa yang awal dan yang akhir, dosa yang lama dan yang baru, dosa yang tidak disengaja dan yang disengaja, dosa yang kecil dan yang besar, dosa yang rahasia dan terang-terangan, sepuluh macam (dosa).

Engkau shalat empat rakaat. Pada setiap rakaat engkau membaca al-Fatihah dan satu surat (al-Quran). Jika engkau telah selesai membaca (surat) pada awal rakaat, sementara engkau masih berdiri, engkau membaca, ‘Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaaha ilAllah, wallahu akbar sebanyak 15 kali. Kemudian ruku’, maka engkau ucapkan (dzikir) itu sebanyak 10 kali. Kemudian engkau angkat kepalamu dari ruku’, lalu ucapkan (dzikir) itu sebanyak 10 kali.

Kemudian, engkau turun sujud, ketika sujud engkau ucapkan (dzikir) itu sebanyak 10 kali. Kemudian engkau angkat kepalamu dari sujud, maka engkau ucapkan (dzikir) itu sebanyak 10 kali. Kemudian engkau bersujud, lalu ucapkan (dzikir) itu sebanyak 10 kali. Kemudian engkau angkat kepalamu, maka engkau ucapkan (dzikir) itu sebanyak 10 kali.

Maka itulah 75 (dzikir) pada setiap satu rakaatnya. Engkau lakukan itu dalam empat rakaat. Jika engkau mampu melakukan (shalat) itu setiap hari sekali, maka lakukanlah! Jika engkau tidak melakukannya, maka (lakukan) setiap bulan sekali! Jika tidak, maka (lakukan) setiap tahun sekali! Jika engkau tidak melakukannya, maka (lakukan) sekali dalam umurmu”

6. Shalat Tahiyatul Masjid

Shalat Tahiyatul Masjid adalah salat sunah dua rakaat yang dilakukan ketika seorang muslim memasuki masjid. Sholat sunnah ini dianjurkan dilakukan sendiri atau tidak berjamaah.

Hadits Rasulullah SAW terkait shalat tahiyatul masjid antara lain:

“Apabila seseorang di antara kamu masuk masjid, maka janganlah hendak duduk sebelum shalat dua rakaat lebih dahulu” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Sholat tahiyatul masjid harus segera dilakukan setelah memasuki masjid dan sebelum duduk. Pelaksanaan sholat sunnah ini akan tidak sah jika Anda sudah duduk baik itu sebentar maupun lama.

Tujuan sholat tahiyatul masjid dilaksanakan untuk menghormati masjid. Karena pada dasarnya, masjid mempunyai kedudukan dan kehormatan yang mulia.

Hukum sholat tahiyatul masjid termasuk sunnah. Selain itu, hukum meninggalkan sholat tahiyatul masjid makruh kecuali dalam kondisi terdesak. Jika Anda memasuki masjid dan imam akan memulai sholat berjamaah, maka diperbolehkan untuk tidak melakukan sholat sunnah.

7. Shalat Mutlaq

Shalat Sunnat Mutlaq adalah salat sunah yang dapat dilakukan tanpa memerlukan sebab tertentu dan kapan saja kecuali waktu-waktu yang diharamkan untuk mengerjakan salat (lihat pada shalat sunnah). Jumlah rakaatnya tidak terbatas dan dilakukan dengan seri 2 raka’at.

8. Shalat Tahajud

Shalat Tahajud adalah shalat sunah muakkad yang didirikan pada malam hari atau malam menjelang pagi/ sepertiga malam (dini hari) setelah terjaga dari tidur. Shalat ini bukanlah bagian dari shalat lima waktu yang diwajibkan bagi umat Muslim dan dapat dikerjakan sedikitnya dua rakaat dan sebanyak-banyaknya tidak terbatas.

Berikut tata cara sholat tahajud:

1. Membaca niat

اُصَلِّى سُنَّةً التَّهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى

    “Ushallii sunnatan tahajjudi rak’ataini mustaqbilal qiblati lillahi ta’alla.”

    Artinya: “Aku niat salat sunah tahajud 2 rakaat, menghadap kiblat karena Allah Ta’ala.”

2. Mengucapkan takbir
3. Membaca doa Iftitah
4. Membaca surah Al-Fatihah
5. Membaca salah satu surah dalam Al-Qur’an
6. Ruku’ dan membaca doa ruku’
7. I’tidal dan membaca doa i’tidal
8. Sujud pertama dan membaca doa sujud
9. Duduk di antara 2 sujud dan membaca doanya
10. Sujud kedua dan membaca doa sujud
11. Berdiri kembali untuk melanjutkan ke rakaat kedua
12. Membaca surah Al-Fatihah.
13. Membaca salah satu surah dalam Alquran.
14. Ruku dan membaca doa rukuk.
15. I’tidal dan membaca doa iktidal.
16, Sujud pertama dan membaca doa sujud.
17. Duduk di antara 2 sujud dan membaca doanya.
18. Sujud kedua dan membaca doa sujud.
19. Tahiyat akhir dan membaca doa tahiyat akhir.
20. Gerakan salam.

Manfaat Sholat Berjamaah

shalat munfarid adalah

Sumber: muhammadiyah.or.id

Setelah membahas shalat munfarid, sebaiknya kita membahas tentang manfaat sholat berjamaah. Berikut manfaat sholat berjamaah, yaitu:

1. Pahala

Salah satu bentuk keberkahan hidup adalah rezeki yang berkah dan melimpah. Melaksanakan shalat dengan berjamaah akan memperoleh pahala dua puluh derajat.

Sementara apabila kita melakukan sholat sendirian atau munfarid hanya memperoleh satu derajat.

Rasulullah SAW bersabda,

“Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian (munfarid)dengan keutamaan dua puluh derajat pahalanya).” (HR Bukhari dan Muslim).

Jika dalam sehari semalam kita menunaikan sholat fardhu lima waktu, maka orang yang melakukan shalat dengan berjamaah akan memperoleh pahala 135 derajat.

2. Shalat Berjamaah Nilainya 25 Shalat Munfarid

Melaksanakan satu sholat fardhu secara berjamaah sama nilainya dengan 25 shalat munfarid. Jika dalam sehari semalam kita melaksanakan sholat fardhu lima waktu dengan berjamaah, maka sholat kita sama nilainya dengan 125 sholat munfarid.

Abu Hurairah RA berkata,

“Rasulullah SAW telah berwasiat kepadaku, ‘Hai Abu Hurairah, sholatlah dengan berjamaah meskipun engkau lakukan dengan duduk. Karena Allah memberikan kepadamu setiap satu shalat berjamaah berpahala dua puluh lima shalat yang dilakukan tanpa berjamaah.” (HR Bukhari).

3. Mendatangkan Kebaikan, Menghapus Kejelekan dan Mengangkat Derajat

Rasulullah SAW bersabda: “Barang Siapa shalat berjamaah, maka Allah mencatat baginya sepuluh kebaikan dan menghapus darinya sepuluh kejelekan saat saat berangkat dan pulang (sholat berjamaah), serta mengangkat baginya sepuluh derajat.” (HR Bukhari).

https://www.gramedia.com/products/belajar-shalat-lima-waktu-shalat-sunnah-untuk-pemula-laki-?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Pahala shalat munfarid memang tak sebanyak pahala ketika sholat berjamaah. Meski begitu, bukan berarti shalat munfarid tidak boleh dilakukan. Alangkah baiknya, pada waktu sholat wajib dilakukan secara berjamaah agar bisa mendapatkan pahala yang lebih banyak. Demikian pembahasan tentang shalat munfarid, semoga semua pembahasan di atas bisa memberikan manfaat untuk Grameds.

Grameds bisa mendapatkan lebih banyak sumber informasi mengenai sholat dengan membaca buku yang tersedia di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Yufi Cantika Sukma Ilahiah

BACA JUGA:

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika