Agama Islam

Tarekat Adalah: Pengertian, Makna, dan 7 Komponen Utama Tarekat

Written by Yufi Cantika

Tarekat adalah – Sebagai satu-satunya makhluk yang paling sempurna di dunia ini, manusia mempunyai keistimewaan-keistimewaan dan juga kelebihan yang disebut dengan maziyyah dan fadhilah, jika dibandingkan dengan makhluk lainnya. Keistimewaan yang dimilikinya tidak hanya terletak pada kejadian fisiknya saja, tetapi juga pada kejadian ruhaniahnya.

Kesempurnaan dan juga kelebihan manusia dalam bentuk fisik sudah banyak dikaji dan juga dijelaskan oleh berbagai macam disiplin ilmu dan juga di dalam berbagai penjelasan yang membandingkannya dengan makhluk lain. Namun, kesempurnaan dalam kejadian ruhani masih sedikit pengetahuannya yang secara tuntas menjelaskannya.

Dalam hal ini, ilmu psikologi dan juga tasawuf merupakan dua disiplin ilmu yang umumnya digunakan untuk membaca struktur kerohanian manusia. Terlebih, untuk kejadian ruhaniahnya, manusia juga mempunyai kelebihan yang luar biasa yang tidak pernah dimiliki oleh makhluk lain.

Kemudian, jika kita masuk pada kajian filsafat, maka wilayah yang cocok untuk dibicarakan di titik ini adalah kata al-nafs, yang mana kata itu digunakan untuk menunjukkan substansi ruhani manusia. Nafs yang ada di dalam diri manusia untuk para filsuf artinya daya berpikir.

Berdasarkan pandangan tersebut, maka tidak aneh jika para filsuf mendefinisikan manusia sebagai al-hayawan al-natiq atau hewan yang berpikir. Selain karena pandangan sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas, ada satu hal yang dibidik oleh tasawuf sebagai perangkat dari konsep ihsan, yakni hati.

Menurut perspektif dari Al-Ghazali, hati kerap kali diistilahkan sebagai objek untuk menentukan diri seseorang dalam melakukan suatu perbuatan atau bahkan meninggalkannya. Oleh karena itu, hati atau kalbu ini akan diberi beban pertanggungjawaban terhadap apa yang sudah diputuskannya.

Dengan begitu, selain akal, kalbu juga merupakan anugerah Tuhan yang sangat luhur dan agung, yang bisa membedakan manusia dengan makhluk lain.

Di dalam Islam, terdapat tiga konsep yang dalam ranah praktiknya harus sejalan dan seirama. Ketiga konsep tersebut yaitu syari’ah, thariqah, dan juga hakikat. Istilah tersebut di dalam Bahasa Indonesia sering kali disebut dengan syariat, tarekat, dan juga hakekat. Syariat sendiri adalah peraturan-peraturan Allah SWT untuk manusia melalui para nabinya yang masih berupa sebuah teks, baik itu Al-Quran atau Sunnah.

button rahmad jpg

Kemudian, pengembangan dari syariat tersebut lahirlah ilmu fikih dengan berbagai macam corak dan mazhabnya. Untuk menuju hakikat, yakni yang disebut sebagai tasawuf akhlaki atau tasawuf falsafi, membutuhkan jalan yang disebut dengan tarekat.

Dengan begitu, tarekat merupakan jalan yang ditunjuk oleh para ahli atau syaikh untuk orang-orang awam dalam rangka menuju kepada hakikat dari ajaran agama. Di mana jalan menuju hakikat yang disebut juga dengan tasawuf, baik itu falsafi atau akhlaki tidak selamanya harus melalui tarekat ataupun berbagai metode yang ditetapkan oleh guru sufi atau mursyid.

Namun, juga dapat ditempuh secara perseorangan jika orang tersebut sudah memenuhi persyaratan dan mempunyai ilmu agama yang sangat dalam di berbagai aspeknya.

Untuk orang-orang awam, tidak mungkin sampai kepada hakikat tadi kecuali melalui bimbingan para guru ataupun mursyid yang kemudian bimbingan tersebut disebut dengan tarekat. Tarekat tersebut berkembang dari masa ke masa dengan berbagai macam aliran, seperti halnya aliran fiqih yang berkembang dari syariat. Nah, pada artikel kali ini, kita akan membahas secara lebih dalam mengenai apa itu tarekat dan tujuannya.

Pengertian Tarekat 

pixabay

Tarekat sendiri adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang bermakna jalan. Banyak kosa kata dalam Bahasa Arab yang bisa diartikan sebagai jalan, seperti misalnya sabil, shirath, minhaj, maslak, nusuk, atau mansak. Zamakhsyari Dhofier menjelaskan bahwa tarekat adalah sebuah kelompok organisasi (Islam Klasik) yang melakukan berbagai amalan zikir tertentu dan menyampaikan sumpah yang mana formulanya sudah ditentukan oleh pimpinan atau syaikh organisasi tarekat tersebut.

Harun Nasution mengungkapkan bahwa tarekat adalah sebuah jalan yang harus ditempuh oleh seorang sufi dengan tujuan untuk berada sedekat mungkin dengan Tuhan, yang mana kemudian mengandung tarekat tersebut dimaknai organisasi, syaikh, bentuk zikir sendiri, dan juga upacara ritual.

Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa tarekat mempunyai dua makna, yakni tarekat yang bermakna jalan yang ditempuh oleh para sufi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Lalu, yang kedua adalah tarekat bermakna organisasi ataupun perkumpulan yang didalamnya ada syaikh, zikir-zikir tertentu, atau upacara ritual.

Tarekat adalah transformasi dari tasawuf yang awalnya dilakukan secara perseorangan dan kemudian dilakukan secara berkelompok. Seseorang yang menempuh jalan tasawuf untuk sampai kepada pengalaman rohani, hanya akan mengandalkan diri mereka sendiri. Sementara itu, untuk orang yang menempuh jalan tarekat, mereka akan dibimbing oleh seorang syaikh atau mursyid.

button rahmad jpg

Di dalam sejarahnya, gerakan tarekat berawal dari abad keenam Hijriah dengan munculnya beberapa kelompok tarekat yang diawali dari Syaikh Abdul Qadir al Jailani yang berasal dari Baghdad dan kemudian mendirikan tarekat Qadiriahnya. Setelah itu, muncul berbagai jenis tarekat, baik yang merupakan cabang dari tarekat Qadiriyah atau tarekat yang berdiri sendiri. Tarekat-tarekat tersebut antara lain, tarekat al Kubrawiyah yang didirikan oleh Najmuddin al Kubra (w. 1221 M) dan juga tarekat al-Rifaiyah yang didirikan oleh Syekh Ahmad Rifa’i (w. 1182 M).

Selain itu, ada juga tarekat Syadziliyah yang didirikan oleh Abu Hasan al Syadzili (w. 1258 M), tarekat al Khalwatiyah oleh Zahiruddin al Khalwati (w. 1397 M), tarekat Syattariah oleh Abdullah al-Syattar (w. 1428 M), dan tarekat Naqsyabandiyah oleh Bahauddin al-Naqsyabandi (w. 1389 M).

Pengertian Tarekat Menurut Para Ahli

Secara etimologi, tarekat sendiri berasal dari kata thariqah yang artinya jalan, keadaan, garis atau aliran pada sesuatu. Sementara jika dilihat secara terminologi, pada pengkaji tarekat mengungkapkan beberapa pengertian, antara lain:

1. Menurut Aboebakar Atjeh

Tarekat adalah jalan ataupun petunjuk dalam melakukan sebuah ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan serta dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh para sahabat serta tabi’in, turun-temurun hingga kepada para guru secara berantai.

2. Menurut Al-Taftazani

Tarekat adalah sekumpulan seorang sufi yang terkumpul dengan seorang syaikh tertentu, tunduk di dalam aturan-aturan yang terperinci di dalam tindakan spiritual, hidup secara berkelompok di dalam ruangan peribadatan atau berkumpul secara berkeliling di dalam momen-momen tertentu, serta membentuk sebuah majelis ilmu atau dzikir secara organisasi.

3. Menurut Nurcholis Madjid

Tarekat adalah jalan menuju Allah SWT untuk memperoleh ridhoNya dengan menaati semua ajaran-Nya.

4. Menurut al-Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi

Tarekat adalah mengamalkan syariat dan melaksanakan beban ibadah dengan tekun serta menjauhkan diri dari sikap yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah. Kemudian, tarekat juga berarti menjauhi setiap larangan dan melakukan perintah Allah SWT sesuai dengan kesanggupan, baik itu larangan dan juga perintah yang nyata atau tidak (batin).

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa tarekat memiliki dua pengertian, pertama yaitu tarekat sebagai pendidikan kerohanian yang dilakukan oleh orang-orang yang melakukan kehidupan tasawuf, yang mana secara individu untuk mencapai sebuah tingkat kerohanian tertentu.

Kemudian, yang kedua adalah tarekat sebagai sebuah perkumpulan ataupun organisasi yang didirikan menurut aturan yang sudah ditetapkan oleh seorang syaikh yang menganut aliran tarekat tertentu.

Berbagai ajaran tasawuf yang harus ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah hakikat tarekat yang sebenarnya. Tasawuf merupakan usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sementara tarekat adalah cara dan juga jalan yang ditempuh oleh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal tersebut menunjukkan bahwa tarekat adalah tasawuf yang berkembang dengan beberapa variasi tertentu sesuai dengan spesifikasi yang diberikan oleh seorang guru kepada muridnya.

button rahmad jpg

7 Komponen Utama Tarekat

pixabay

Tasawuf amali melahirkan seorang anak kandung yang bernama tarekat. Secara harfiah, tarekat memiliki arti “jalan”, “cara”, atau “metode”, untuk mencapai tujuan tasawuf, yaitu meraih kesucian jiwa, kedekatan diri dengan Tuhan, dan merasakan kehadiran-nya di dalam setiap keadaan. Tasawuf amali bersifat praktis, aplikatif, dan juga berorientasi kuat pada amaliah.

Sebagai sebuah metode khusus yang digunakan oleh seorang penempuh laku spiritual menuju Allah SWT, tarekat sendiri mempunyai 7 komponen utama, sebagaimana yang pernah diungkap oleh Prof. Asep Usman Ismail, yakni seorang Guru Besar Tasawuf UIN Jakarta. Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai tujuh komponen tasawuf, antara lain:

1. Mursyid

Secara bahasa, mursyid ini memiliki arti “pembimbing”, “pemandu”, atau “guru”. Di dalam tarekat, mursyid ini adalah dokter rohani yang mengenal berbagai macam penyakit kalbu atau hati, mempunyai kemampuan untuk mengobati serta memperbaikinya menjadi sempurna.

button rahmad jpg

Lebih populernya, mursyid adalah guru tarekat ataupun pembimbing spiritual yang kerap disebut dengan syaikh, pir, atau murad. Perannya sendiri cukup penting, bahkan mutlak dalam sebuah tarekat. Karena, menurut Abu Yazid al-Busthami yakni seorang ulama tasawuf, mengatakan:

من لم يكن له أستاذ  فإمامه الشيطان  

Artinya, “Siapa saja yang tidak memiliki guru, maka imamnya adalah setan.”

Kemudian, Dalam Tafsir Ruhul-Bayan, karya Ismail Haqqi al-Hanafi, disebutkan:

من لم يكن له شيخ فشيخه الشيطان

Artinya, “Siapa saja yang tidak memiliki syaikh (mursyid), maka syaikhnya adalah setan.”

Apabila ulama fikih, tafsir, dan juga hadits sebagai pewaris Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan tentang ilmu zahir, maka mursyid adalah pewaris dari Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan tentang penghayatan agama yang bersifat batin. Oleh sebab itu, kriteria syaikh atau mursyid ini pastinya harus menguasai ilmu syariat dan juga ilmu hakikat secara mendalam dan juga lengkap. Di mana pikiran, perkataan, dan juga tingkah laku mereka harus mencerminkan budi pekerti yang luhur.

2. Murid

Istilah murid ini berasal dari isim fail kata arada, yang artinya seseorang yang berkehendak atau menginginkan sesuatu. Dalam tasawuf, para penempuh jalan rohani merupakan murid, yaitu orang yang menghendaki perjumpaan dengan Allah SWT melalui ibadahnya, riyadhah, mujahadah, dan juga munajat, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam Al-Quran, yakni:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Artinya, “Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan  tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya,” (QS. al-Kahfi [18]: 110).

Di dalam tarekat, walaupun seseorang sudah berada di dalam posisi mursyid, tapi pada hakikatnya mereka tetaplah seorang murid, yang artinya, seorang penempuh rohani yang menghendaki perjumpaan dengan Tuhan. Oleh karena itu, mursyid dan murid berusaha untuk membersihkan diri dari berbagai macam penyakit hati dan juga sifat tercela supaya bisa merasakan bagaimana persahabatan dengan Allah SWT.

3. Baiat

Secara bahasa, baiat adalah transaksi ataupun janji setia yang dilakukan antara dua pihak. Di tengah masyarakat Islam klasik pra-Islam, baiat juga termasuk pranata sosial. Umumnya terjadi diantara anggota suku dengan kepala suku sebagai salah satu bentuk pengukuhan kepemimpinan untuk dipatuhi dan juga ditaati perintahnya.

Di dalam Islam, pelaksanaan baiat ini menggambarkan tradisi saling menumpuk tangan yang mengakar di dalam budaya Arab sebelum Islam datang, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat berikut ini:

إِنَّ الَّذِينَ يُبايِعُونَكَ إِنَّما يُبايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّما يَنْكُثُ عَلى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفى بِما عاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً 

Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Nabi Muhammad), (pada hakikatnya) mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka. Oleh sebab itu, siapa yang melanggar janji (setia itu),  maka sesungguhnya (akibat buruk dari) pelanggaran itu hanya akan menimpa dirinya sendiri. Siapa yang menepati janjinya kepada Allah, maka Dia akan menganugerahinya pahala yang besar,” (QS. al-Fath [48]: 10).

4. Silsilah

Secara bahasa, silsilah merupakan mata rantai yang menghubungkan butiran-butiran anak rantai sehingga nantinya akan membentuk satu kesatuan. Di dalam tarekat, silsilah adalah mata rantai yang menghubungkan kesinambungan rohani yang ada diantara mursyid yang satu dengan yang lainnya sebelumnya sampai kepada Rasulullah SAW.

Silsilah di dalam tarekat sama halnya dengan sanad di dalam hadits. Sebuah hadist dikatakan sebagai hadits shahih jika sanad hadits tersambung pada Rasulullah SAW. Begitu juga sebuah tarekat, dapat dinamakan mu’tabarah jika salah satu kriterianya memiliki silsilah yang berkesinambungan sampai ke Rasulullah SAW.

5. Wirid

Istilah wirid ini adalah kosa kata dalam Bahasa Arab yang berasal dari kata Warada yang artinya datang berulang-ulang. Sehingga wirid secara bahasa merupakan sesuatu yang rutin dilakukan secara berulang-ulang. Sedangkan menurut istilah wirid adalah zikir, amalan, bacaan, yang dilakukan dengan rutin. Setiap tarekat mempunyai beragam wirid dan juga ketentuannya masing-masing. Umumnya ada zikir harian, mingguan, bulanan, dan lainnya.

6. Tempat

Dalam perkembangan tarekat dan tasawuf, dikenal berbagai macam istilah yang mengacu pada tempat pendidikan dan juga pelatihan rohani. Ada yang mengistilahkannya sebagai zawiyah, yang mana secara harfiah artinya pojok. Penamaan itu ada kaitannya dengan cikal bakal kehidupan tasawuf dalam Islam, yaitu para sahabat yang menempati salah satu pojok masjid Nabawi yang ada di Madinah. Mereka dikenal dengan nama Ahlus-Shuffah.

7. Adab

Adab adalah etika hubungan salik dengan para syaikh atau gurunya. Menurut Ibnu Arabi, seorang salik dihadapan gurunya harus bersikap bagaimana mayat yang ada di tangan orang yang memandikannya. Selain itu, salah satu adab salik kepada sang guru yaitu tidak boleh berburuk sangka, tidak boleh duduk di tempat yang biasanya digunakan oleh sang guru, tidak boleh menggunakan barang yang biasanya digunakan oleh gurunya, serta mereka harus turut dan juga patuh terhadap perintah guru.

Dari pembahasan di atas bisa dikatakan bahwa tarekat adalah jalan untuk lebih dekat dengan Allah SWT. Demikian penjelasan mengenai apa itu tarekat dan komponen yang ada di dalamnya. Bagi Grameds yang ingin mengetahui secara lebih mendalam tentang tarekat, kamu dapat membaca buku-buku terkait dengan mengunjungi Gramedia.com.

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Umam

Rujukan:

  • https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/kenali-7-komponen-utama-tarekat-qJo25
  • https://an-nur.ac.id/tarekat-pengertian-sejarah-dan-aliran-alirannya/
  • https://kumparan.com/mhbyn-sltny/tarekat-dan-perkembangannya-1ulcNy6df4V
  • https://islami.co/tarekat-dalam-islam-dari-mana-asalnya/

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika