Agama Islam

Surat Al-Maidah Ayat 48 dan Maknanya

Written by Yufi Cantika

Tentang Surat Al-Maidah ayat 48 – Kandungan di dalam surat Al-Maidah ayat 48 terkandung kebenaran dalam Al-Qur’an yang penting untuk dipelajari oleh umat muslim. Surat Al-Maidah termasuk kedalam surat Madaniyah, yaitu terdiri dari 120 ayat yang merupakan pembahasan Nabi Muhammad SAW ketika beliau berada di Madinah.

Terdapat ayat-ayat yang turun dikota Mekah, tetapi ini diturunkan sesudah Rasulullah SAW hijrah ke kota Madinah. Hidangan merupakan arti dari hidangan. Sebab diturunkannya surat Al-Maidah karena peristiwa disaat para pengikut Nabi Isa meminta Allah SWT menurunkan hidangan makanan dari langit. Hal inilah yang menjadi latar belakang mengapa Al-Maidah memiliki arti hidangan.  Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat ke 48 terdiri dari 120 ayat yang merupakan pembahasan dari Al-Qur’an yang turun.

Isi dari Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 48 menyebutkan “seandainya Allah SWT menghendaki, niscaya dia akan menjadikanmu satu umat (saja). Akan tetapi, Allah SWT hendak mengujimu tentang karunia yang telah dianugerahkan kepadamu maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan.”

Dalam agama Islam kita diperintahkan sebagai hamba oleh Allah SWT yang senantiasa untuk berbuat baik dan selalu mengajak pada suatu kebaikan, berkompetisi dalam melakukan suatu kebaikan dan etos kerja.

Pesan kebaikan ini juga diperintahkan oleh Allah SWT dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan salah satunya adalah yang terkandung dalam QS. Al-Maidah, 5: 48.

  1. Untuk memberitahukan kepada manusia tentang Al-Qur’an yang merupakan  penyempurna dari kitab kitab Allah SWT sebelumnya sehingga manusia dapat menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup dan sebagai sumber hukum.
  2. Untuk menjelaskan kepada manusia bahwa AlQuran adalah kitab penyempurna dari kitab kitab Allah sebelumnya sehingga manusia dapat menjadikan AlQuran sebagai pedoman hidup dan sebagai sumber hukum.

Surat Al Maidah Ayat 48 Beserta Tulisan Arab, Latin dan Terjemah

Surat Al-Maidah Ayat 48:

وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Wa anzalnā ilaikal-kitāba bil-ḥaqqi muṣaddiqal limā baina yadaihi minal-kitābi wa muhaiminan ‘alaihi faḥkum bainahum bimā anzalallāhu wa lā tattabi’ ahwā`ahum ‘ammā jā`aka minal-ḥaqq, likulli ja’alnā minkum syir’atan wa min-hājā, walau syā`allāhu laja’alakum ummatan wāḥidataw wa lākil liyabluwakum fī mā ātākum fastabiqul-khairāt, ilallāhi marji’ukum jamī’an fa yunabbiukum bimā kuntum fīhi takhtalifụn

Artinya: “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikanNya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukanNya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.”

Setiap surah yang ada di dalam Al-Quran memiliki arti dan tafsirnya tersendiri. Begitu juga dengan surat Al-Maidah yang memiliki tafsirnya tersendiri. Buku Tafsir Al-Amin Bedah Surah Al-Maidah ini bisa dijadikan referensi dalam memahami tafsir surat Al-Maidah.

 

Tafsir Qur’an Surat Al Maidah Ayat 48

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

“Dan kami telah menurunkan al-qur’an kepadamu (wahai rasul), dan semua yang ada didalamnya merupakan kebenaran yang mempersaksikan kebenaran kitab-kitab suci sebelumnya, dan sesungguhnya ia datang dari sisi Allah, yang membenarkan apa yang ada di dalamnya berupa kebenaran, dan yang menjelaskan adanya penyelewengan di dalamnya, dan menasakh (mengganti) sebagian syariat yang ada didalamnya. Maka putuskanlah orang-orang yang datang untuk berhukum kepadamu dari kaum Yahudi dengan apa yang Allah turunkan kepadamu di dalam al-qur’an. Dan janganlah kamu berpaling dari kebenaran yang Allah perintahkan kamu untuk melaksanakannya menuju keinginan-keinginan hawa nafsu mereka dan apa yang biasa mereka perbuat. Sesungguhnya kami telah menjadikan ajaran syariat bagi setiap umat dan cara yang jelas yang mereka amalkan. Dan seandainya Allah berkehendak, niscaya Dia menjadikan ajaran-ajaran syariat kalian hanya satu, akan tetapi Allah membeda-bedakan ajaran bagi kalian guna menguji kalian, sehingga akan tampak siapa yang taat dan siapa yang melanggar. Maka bersegeralah untuk mencari apa yang baik bagi kalian di dunia dan di akhirat dengan mengamalkan kandungan al-qur’an. Maka sesungguhnya tempat kembali kalian hanya kepada Allah, lalu Dia akan memberitahukan kepada kalian apa yang kalian perselisihkan dan memberi balasan bagi masing-masing sesuai dengan perbuatannya”

Tafsir Surat Al Maidah Ayat 48 Tafsir Al Azhar dan Tafsir Al Munir

Tafsir Surat Al Maidah ayat 48 ini kami sarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar dan Tafsir Al Munir. Harapannya, agar terhimpun banyak faedah yang kaya khazanah keilmuan tetapi tetap ringkas.

1. Iman kepada Al Quran dan Kitab-Kitab Sebelumnya

Poin pertama dari Surat Al Maidah ayat 48, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan salah satu fungsi Al-Qur’an.

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ

Artinya: “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan haq. “Yakni membawa kebenaran dan tiada keraguan di dalamnya,” tulis Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Kata musaddiq (مصدقا) artinya adalah membenarkan. Yang dibenarkan adalah kitab-kitab suci sebelum Al-Qur’an. Meskipun kata min al kitab (من الكتاب) berbentuk mufrad (tunggal), makna yang dimaksudkan adalah jamak, yakni al kutub (الكتب).

Kitab-kitab yang dibenarkan Al-Qur’an tersebut Taurat, Zabur dan Injil. Yakni Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa ‘alaihis salam. Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud ‘alaihis salam. Dan Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa ‘alaihis salam. Sebelum ketiga kitab itu diubah oleh manusia.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, muhaiminan ‘alaih (مهيمنا عليه) artinya adalah pengawas, pengontrol, dan penjaga kitab-kitab terdahulu serta menjadi saksi terhadapnya sekaligus menjadi saksi untuknya mengenai keabsahannya.

Ini salah satu fungsi Al-Qur’an. Selain membenarkan bahwa Allah pernah menurunkan kitab Taurat, Zabur dan Injil, Al-Qur’an juga menjadi hakim atas keabsahan kitab-kitab tersebut. Sehingga ketika saat ini didapati ada kitab yang isinya bertentangan dengan Al-Qur’an, maka ia tidak bisa dipercaya keotentikannya.

“Apa saja isi dari kitab terdahulu yang sesuai dengan Al-Qur’an, maka itu adalah benar. Dan apa saja isi dari kitab terdahulu yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an, maka itu adalah batil,” kata Ibnu Juraij seperti dikutip Ibnu Katsir dalam Tafsirnya.

Dalam memahami tafsir Al-Quran, sebaiknya mengikuti kaidahnya. Untuk mengetahui hal itu, kamu bisa membaca buku Kaidah Tafsir Al-Quran. Di dalam buku ini, pembaca akan mengetahui Buku ini memperbincangkan kaidah-kaidah yang sangat diperlukan untuk memahami Al-Qur’an. Kaidah-kaidah tersebut meliputi kaidah bahasa, kaidah yang berkaitan dengan ulum Al-Qur’an,

2. Al-Quran sebagai pedoman hidup

Poin kedua dari Surat Al Maidah ayat 48, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan berpegang kepada Al-Qur’an. Menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup.

فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ

Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.

Ibnu Abbas menjelaskan bahwa Surat Al-Maidah ayat 48 ini turun berkenaan dengan orang-orang ahli kitab yang meminta keputusan kepada Rasulullah. Awalnya, Rasulullah diberi pilihan untuk memutuskan perkara mereka atau mengembalikan perkara itu kepada kitab mereka masing-masing. Namun kemudian Allah menurunkan ayat ini.

“Dengan turunnya ayat ini,” kata Ibnu Katsir, “Allah memerintahkan Rasulullah untuk memutuskan perkara di antara mereka (ahli kitab) dengan apa yang ada pada Al-Qur’an.”

Rasulullah tidak boleh memutuskan dengan mengikuti hawa nafsu mereka. Termasuk dengan kitab mereka yang sudah terdistorsi dan sudah mereka ubah sesuai hawa nafsu.

Ayat ini juga berlaku umum, bahwa segala keputusan orang beriman hendaklah berdasarkan Al-Qur’an dan tidak boleh ada yang bertentangan dengannya.

“Agama ini telah sempurna, nikmat yang Allah berikan kepada kaum muslimin sudah cukup dan Allah telah meridhoi agama Islam ini menjadi manhaj kehidupan semua manusia. Sudah tidak ada jalan lagi di sana untuk merevisi atau mengganti agama ini. Tidak ada jalan lagi untuk meninggalkan sebagian hukumnya dengan beralih kepada hukum lain atau meninggalkan sebagian syariatnya dan berpindah kepada syariat lain,” tegas Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran.

3. Tiap umat memiliki syariat masing-masing

Poin selanjutnya adalah dari Surat Al-Maidah ayat 48 yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa setiap umat memiliki syariat dan manhaj masing-masing.

لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ

Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.

Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid, syir’atan (شرعة) adalah tuntunan, minhaj (منهجا) adalah jalan.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan, syir’atan (شرعة) adalah apa yang disyariatkan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk para hambaNya berupa agama, sistem, aturan dan hukum-hukumnya. Sedangkan minhaja (منهاجا) adalah jalan terang yang manusia tempuh dalam beragama.

Ibnu Katsir menjelaskan, seluruh Nabi dan Rasul, ajaran tauhidnya sama. Yakni laa ilaaha illallah. Sebagaimana firman-Nya:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS. An Nahl: 36)

Adapun syariatnya, yakni mengenai perintah dan larangan, kadang berbeda-beda.

“Adakalanya syairat mengharamkan sesuatu, kemudian syariat yang lain/berikutnya menghalalkan sesuatu itu. Begitu pula sebaliknya. Ada yang sesuatu syariat meringankannya, sedangkan syariat yang lain/berikutnya memperberat sesuatu tersebut,” tulis Ibnu Katsir. “Hal demikian itu karena mengandung hikmah yang tidak terbatas serta hujjah yang jelas bagi Allah dalam menentukannya.”

4. Berlomba-lomba dalam kebaikan

Poin keempat dari Surat Al Maidah ayat 48, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-hambaNya agar berlomba-lomba dalam kebaikan.

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ

Artinya: “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikanNya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.”

Seandainya Allah menghendaki, mudah saja bagiNya menjadikan seluruh manusia sejak Nabi Adam hingga kiamat tiba menjadi satu umat saja. Namun, Allah hendak menguji manusia. Karenanya, Dia memerintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.

Ibnu Katsir menjelaskan, Allah telah menetapkan berbagai macam syariat untuk menguji hamba-hambaNya dengan memberi pahala kepada orang yang taat dan menyiksa mereka yang durhaka.

“Berlomba-lombalah kamu semuanya berbuat pekerjaan-pekerjaan yang baik di dalam dunia ini, dengan memegang pokok pertama yaitu ketaatan kepada Allah dan percaya bahwa di belakang hidup yang sekarang ini ada lagi hidup akhirat,” tulis Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar.

5. Semua akan kembali kepada Allah

Poin kelima dari Surat Al Maidah ayat 48, Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan bahwa manusia akan kembali kepada-Nya.

إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.

Memahami tafsir Al-Quran ini bisa dilakukan, memiliki banyak sekali metodenya. Maka dari itu, kita perlu mengetahui metode-metode menafsirkan Al-Quran agar lebih mudah menafsirkan Al-Quran. Salah satu buku yang bisa dijadikan sebagai referensi dalam menafsirkan Al-Quran  adalah 20 Hari Bisa Memahami Tafsir Al-Quran Metode 3 in 1 (Jilid 2).

 

Kandungan Surat Al-Maidah ayat 48

Beberapa kandungan surat Al Maidah ayat 48, yaitu:

  1. Kitab yang benar dan tidak ada keraguan di dalamnya adalah Al-Qur’an.  Al-Qur’an merupakan tuntunan hidup baik di dunia maupun di akhirat dari Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk umat Islam. Kitab yang didalamnya juga mengandung membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan  sekaligus menjadi pembenaran atas kitab-kitab itu. Karena  kitab-kitab sebelum  Alquran sudah tidak otentik lagi karena diubah oleh manusia.
  2. Al-Qur’an merupakan kitab pegangan hidup dan harus menjadi pedoman dalam memutuskan segala hal. Walaupun setiap umat memiliki syariat dan hukum sendiri, sesuai dengan zaman dan kondisi hidupnya, namun secara aqidah dan pokok agama, semuanya sama yakni bertauhid kepada Allah SWT. Allah SWT  memerintahkan supaya menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Hendaklah orang beriman memutuskan perkara berdasarkan Al-Qur’an dan tidak boleh bertentangan dengannya.
  1. Allah SWT menjadikan manusia secara beragam untuk menguji dan memberi kesempatan untuk berlomba dalam kebaikan.
  2. Semua manusia akan kembali kepada Allah SWT dan mendapat balasan atas apa yang diyakini dan apa yang dikerjakan di dunia.
  3. Allah SWT menjadikan syariat Nabi Muhammad Saw. sebagai penyempurna syariat para nabi terdahulu serta membatalkan syariat sebelumnya. Seandainya Allah Swt. menghendaki, niscaya umat Nabi Musa AS., Nabi Isa AS., dan umat Nabi Muhammad Saw. akan dijadikan satu umat saja. Namun, hal ini tidak dikehendaki oleh Allah Swt.
  4. Tiap-tiap umat memiliki aturan (syariat) yang akan menuntunnya menuju kebahagiaan abadi. Allah Swt. juga mengaruniakan jalan terang (manhaj) yang dilalui oleh manusia dalam menjalankan aturan beragama.
  5. Al-Qur’an juga menjadi pengawas, pemelihara, penjaga kitab-kitab terdahulu dan menjadi tolok ukur kebenaran terhadapnya, serta menjadi saksi untuk keabsahannya. Kedudukan Al-Qur’an sebagai pemelihara, yaitu memelihara dan mengukuhkan prinsip ajaran Ilahi yang bersifat universal dan mengandung kemaslahatan abadi bagi umat manusia sepanjang masa.
  6. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt. dengan haq (kebenaran), yakni haq dalam kandungannya, cara turunnya, maupun yang mengantarnya turun (Jibril AS.).
  7. Al-Qur’an berfungsi membenarkan kitab-kitab sebelumnya, yakni Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa AS., Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud AS. dan Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa AS. Dalam hal ini Al-Qur’an adalah muhaimin terhadap kitab-kitab terdahulu karena ia menjadi saksi atas kebenaran kandungan kitab-kitab terdahulu.

Demikian pembahasan tentang surat Al-Maidah ayat 48. Semoga semua pembahasan di atas bermanfaat untuk kamu, Grameds. Jika ingin mencari buku tentang agama Islam, maka kamu bisa mendapatkannya di gramedia.com.

Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Yufi Cantika Sukma Ilahiah

Rujukan:

  • https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6463312/surah-al-maidah-ayat-48-arab-latin-dan-terjemahan/amp
  • https://m.merdeka.com/quran/al-maidah/ayat-48
  • https://tafsirweb.com/1932-surat-al-maidah-ayat-48.html

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika