Agama Islam

Surat Al Adiyat: Tafsir dan Keutamaan

Written by Yufi Cantika

Setiap surat dalam Al Quran memiliki makna dan keutamaannya masing-masing, begitu juga dengan surat Al Adiyat. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang surat Al Adiyat, mulai dari tafsir hingga keutamaannya. Untuk lebih jelasnya, kamu bisa simak artikel ini, Grameds.

Mengenal Surat Al Adiyat

pixabay

Surat Al Adiyat termasuk dalam surat Makkiyah, yang terdiri dari 11 ayat. Surat Al Adiyat berarti “yang berlari kencang” diambil dari ayat pertama surat ini. Surat Al Adiyat turun sesudah surat Al Ashr dan sebelum surat Al Kautsar. Namun, dalam urutan susunan Al Quran, Surah Al Adiyat ayat 1-11 adalah surah yang ke-100 dalam ayat Al Quran.

Secara umum, surah Al Adiyat ini menggambarkan tentang kerugian kebanyakan manusia pada hari terjadinya kiamat kelak. Kerugian itu adalah bagi mereka yang ingkar kepada nikmat Allah, bakhil karena cinta dunia dan tidak mempersiapkan diri menghadapi akhirat.

Surat Al Adiyat merupakan surat Makkiyah, namun sebagian ulama berpendapat bahwa surat Al Adiyat ini diturunkan setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam hijrah ke Madinah.

Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Bazzar, Ibnu Abi Hatim dan Hakim tentang asbabun nuzul ayat 1 surat Al Adiyat. Dari Ibnu Abbas, ia berkata Rasulullah SAW mengirim pasukan berkuda. Selama satu bulan tak ada kabar, lantas turunlah surat Al Adiyat.

Sementara itu, secara urutan Al-Qur’an, surat Al Adiyat berada setelah surat Al Zalzalah, dimana surah Al Zalzalah dengan balasan atas setiap kebaikan dan keburukan manusia, maka surat Al Adiyat menjelaskan apa yang mengantarkan manusia pada amal-amal buruk tersebut.

Surat Al Adiyat ini diawali dengan sumpah Allah. Dia bersumpah dengan kuda perang yang lari kencang terengah-engah hingga memercikkan api saat kakinya bergesekan dengan batu. Semua itu rela dilakukan kuda demi memenuhi kehendak tuannya.

Hal ini mengingatkan manusia, mengapa justru mereka ingkar kepada nikmat-nikmat Allah. Mengapa tidak seperti kuda yang siap dikendalikan ke medan perang kapan saja. Jadi,  manusia diingatkan agar tidak mencintai dunia yang membuat bakhil. Sementara kelak saat semua dibangkitkkan kembali, harta dunia yang dulu dicintai itu tidak akan memberi manfaat apapun.

Pada saat itu, semua yang tersembunyi dalam hati akan Allah tampakkan, termasuk kecintaan manusia yang begitu besar pada dunia. Manusia diingatkan akan nyatanya hari kebangkitan, di mana akan ada hisab dan balasan.

Dilansir Tafsir Al Misbah jilid 15 oleh dr M Quraish Shihab, tema utama surat Al ‘Adiyat adalah uraian tentang kerugian yang akan dialami oleh mereka yang sangat mencintai gemerlapan duniawi dan kikir.

Adapun pokok kandungan dari Surat Al Adiyat adalah Ancaman Allah kepada manusia yang ingkar dan yang sangat mencintai harta bendanya, bahwa mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal di saat mereka dibangkitkan dari alam kubur dan di saat ini hati mereka diperlihatkan.

Tafsir Surat Al Adiyat

pixabay

Berikut teks surat Al Adiyat beserta tafsir per ayatnya:

Ayat 1

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

وَالْعٰدِيٰتِ ضَبْحًاۙ

wal-‘ādiyāti ḍab-ḥā

Artinya: “Demi kuda-kuda perang yang berlari kencang terengah-engah.”

Kata al adiyat (العاديات) berasal dari kata ‘adaa – ya’duu (عدا – يعدوا) yang berarti jauh atau melampaui batas. Dari kata itu muncul berbagai derivasi namun tetap mengandung makna jauh. Misalnya ‘aduw (عدو) yang artinya musuh. Bermusuhan karena jauhnya hati.

Ada pula al ‘aduw (العدو) yang artinya berlari cepat. Menempuh jarak jauh dalam waktu singkat. Ada pula ‘udwaan (عدوان) yang artinya agresi. Karena yang melakukannya jauh dari kebenaran dan keadilan.

Secara harfiah, kata al adiyat (العاديات) berarti yang berlari kencang. Kata ini tidak menjelaskan siapa pelakunya. Namun, menurut jumhur ulama termasuk Ibnu Abbas, al adiyat artinya adalah kuda yang berlari kencang. Sementara itu, menurut Ali bin Abu Thalib, al adiyat di ayat ini adalah unta. Ia berhujjah, pada Perang Badar, kaum muslimin mengendarai unta. Hanya ada dua ekor kuda yang dibawa yakni milik Az Zubair dan Al Miqdad.

Mayoritas yang mengartikan al adiyat sebagai kuda berhujjah, karena sifat-sifat dalam surat ini ada pada kuda, bukan unta. Misalnya, mulai dari mengeluarkan dengusan nafas saat berlari, hingga mengeluarkan percikan api. Unta secepat apa pun larinya, ia tak bisa menghasilkan percikan api.

Kata dhabhan (ضبحا) berarti dengusan nafas saat berlari. Ibnu Abbas mengatakan bahwa tidak ada binatang yang mengeluarkan dengusan nafas saat berlari kecuali kuda dan anjing.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan menyebut kuda apabila dilarikan di jalan Allah, maka ia lari dengan kencang dan keluar suara dengus nafasnya.

Ayat 2

فَٱلْمُورِيَٰتِ قَدْحًا

fal mụriyāti qad ḥā

Artinya: “Dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya).”

Kata al muuriyaat (الموريات) menunjukkan pelaku yang menyalakan api. Dari kata waraa-waryan (ورى – وريا) atau wariya-yarii (ور ي- يري) yang artinya menyalakan api. Kata fa (ف) sebelum al muraja’at menunjukkan bahwa nyala atau percikan api itu merupakan akibat dari berlari kencang.

Kata qadhan (قدحا) berasal dari kata qadaha (قدح) yang artinya mengeluarkan atau memercikkan. Baik air dari kolam, kuah dari mangkuk maupun api dari batu, ia disebut qadhan jika keluarnya sedikit. Oleh karena itu, ayat ini dipahami kuda yang berlari kencang hingga menimbulkan percikan api akibat gesekan kakinya dengan batu.

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini: “yakni suara detak teracaknya ketika menginjak batu-batuan, lalu keluarlah percikan api darinya.”

Ayat 3

فَٱلْمُغِيرَٰتِ صُبْحًا

fal-mugīrāti ṣub-ḥā

Artinya: “Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi.”

Kata al mughiirat (المغيرات) merupakan bentuk jamak dari al mughiir (المغير). Berasal dari kata aghaara (أغار) yang artinya bercepat-cepat melangkah. Dari situ kemudian makna umumnya menjadi serangan mendadak yang dilakukan dengan mengendarai kuda.

Kata shubhan (صبحا) artinya adalah waktu subuh. Menggambarkan serangan itu cepat dan mendadak waktunya.

“Yaitu di waktu musuh sedang lengah, lalai atau mengantuk. Angkatan perang itu tiba-tiba datang laksana diturunkan dari langit,” kata Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar.

Orang yang mengartikan al adiyat dengan unta, menafsirkan ayat ini sebagai berangkat di waktu Subuh dari Muzdalifah ke Mina. Namun pendapat ini tidak sekuat tafsir tentang kuda perang yang juga merupakan pendapat Ibnu Abbas, Mujahid dan Qatadah.

Ayat 4

فَأَثَرْنَ بِهِۦ نَقْعًا

fa aṡarna bihī naq’ā

Artinya: “Maka ia menerbangkan debu.”

Ibnu Katsir menjelaskan, maknanya adalah tempat yang kuda-kuda dan unta-unta itu berada, baik dalam ibadah haji maupun dalam jihad, debu-debu beterbangan karenanya.

Ayat 5

فَوَسَطْنَ بِهِۦ جَمْعًا

fa wasaṭna bihī jam’ā

Artinya: “Dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh.”

Kata jam’an (جمعا) digunakan dalam Al Quran untuk menunjuk kelompok besar dan selalu menduga akan mampu meraih kemenangan. Menurut Buya Hamka, artinya adalah kumpulan musuh.

Sebagian mufassir menjelaskan bahwa lima ayat yang dimulai dengan sumpah Allah ini menggambarkan cepatnya kedatangan kiamat. Laksana serangan mendadak pasukan berkuda di pagi hari pada zaman dulu.

Syaikh Adil Muhammad Khalil menjelaskan, sumpah Allah dengan kuda perang dalam lima ayat ini untuk menunjukkan bahwa kuda melakukan itu semua meskipun dengan terengah-engah demi memenuhi kehendak tuannya. Lalu mengapa manusia justru ingkar kepada Allah dan tidak melakukan apa yang diperintahkan demi mendapat ridha-Nya?

Ayat 6

إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لِرَبِّهِۦ لَكَنُودٌ

innal-insāna lirabbihī lakanụd

Artinya: “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya.”

Kata kanuud (كنود) merupakan bentuk superlatif dari kata kanada (كند) yang artinya tandus. Bentuk superlatif ini menggambarkan betapa besar kekufuran dan keingkaran manusia sehingga tidak mau memberikan bantuan sekecil apa pun.

Ibnu Katsir menafsirkan, sesungguhnya manusia itu benar-benar mengingkari nikmat-nikmat Tuhannya.

Ayat 7

وَإِنَّهُۥ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٌ

wa innahụ ‘alā żālika lasyahīd

Artinya: “Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya.”

Kata syahiid (شهيد) berasal dari syahida (شهد) yang artinya menyaksikan. Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, sesungguhnya manusia itu benar-benar menyaksikan sendiri (mengakui) keingkaran dirinya melalui sepak terjangnya. Terlihat jelas dari ucapan dan perbuatannya.

Ayat 8

وَإِنَّهُۥ لِحُبِّ ٱلْخَيْرِ لَشَدِيدٌ

wa innahụ liḥubbil-khairi lasyadīd

Artinya: “dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.”

Kata al khair (الخير) juga punya arti kebaikan. Namun di ayat ini, artinya adalah harta benda.

Ayat 9

أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِى ٱلْقُبُورِ

a fa lā ya’lamu iżā bu’ṡira mā fil-qubụr

Artinya: “Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur.”

Kata bu’tsira (القارعة) awalnya bermakna membolak-balik sesuatu. Kata ini memberi kesan kegelisahan dan ketergesaan. Misalnya membolak-balikkan lemari karena mencari sesuatu. Dalam kubur nanti, dicari dan dibongkar dengan ketergesaan hingga gelisahlah isi hati yang dibongkar.

Menurut Ibnu Katsir, maknanya adalah dikeluarkannya orang-orang yang telah mati dari dalam kuburnya. Az Zuhaili juga menafsirkan, orang-orang yang di dalam kubur akan dibangkitkan. Begitu pula Sayyid Qutb dan Buya Hamka.

Ayat 10

وَحُصِّلَ مَا فِى ٱلصُّدُورِ

wa huṣṣila mā fiṣ-ṣudụr

Artinya: “Dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada.”

Kata hushshila (حصل) memiliki arti memisahkan, mengemukakan atau menghimpun. Kata ash shuduur (الصدور) merupakan bentuk jamak dari ash shadr (الصدر) yang artinya dada. Maknanya adalah hati manusia.

Menurut Ibnu Abbas, maknanya adalah apabila dilahirkan dan ditampakkan apa yang selama itu mereka sembunyikan dalam hati.

Ayat 11

إِنَّ رَبَّهُم بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيرٌۢ

inna rabbahum bihim yauma`iżil lakhabīr

Artinya: “Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.”

Kata khabir (خبير) berasal dari khabar (خبر) yang artinya pencarian untuk mencapai pengetahuan yang pasti tentang hakikat sesuatu. Jika dipakai sebagai sifat Allah, ia mengandung arti pengetahuan-Nya menyangkut hal-hal yang detail serta tersembunyi, betapapun kecilnya suatu dan betapapun tersembunyi, pasti diketahui Allah.

Makna Surat Al Adiyat

Kata Al Adiyat memiliki arti kuda perang yang berlari kencang. Kata tersebut diambil dari lafal surat Al-‘Adiyat pada ayat pertama. Surat Al-‘Adiyat menjelaskan tentang ancaman Allah SWT kepada manusia yang ingkar dan sangat mencintai harta duniawi.

Surat Al-Adiyat diawali dengan sumpah Allah, dengan kuda perang yang lari kencang terengah-engah hingga memercikkan api saat kakinya bergesekan dengan batu. Hal ini dilakukan kuda demi memenuhi kehendak tuannya. Ini mengingatkan manusia, agar tidak ingkar kepada nikmat-nikmat yang telah diberikan Allah.

Ketamakan manusia dalam menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan dunia membuat mereka menjadi bakhil atau kikir. Orang-orang ini akan mendapatkan balasan yang setimpal saat mereka dibangkitkan dari dalam kubur dan isi yang sebenarnya dari hati mereka akan Allah SWT tampakan.

Semua amal perbuatan yang dilakukan oleh manusia termasuk ucapan di dalam hati sekalipun diketahui oleh Allah SWT. Hal tersebut dikarenakan oleh sifat Allah yang Maha Mengetahui. Oleh karena itu, seharusnya manusia harus berhati-hati dan tidak ingkar terhadap segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Kandungan Surat Al Adiyat

Adapun kandungan dalam surat Al Adiyat antara lain:

1. Hari Akhir yang Terjadi Begitu Cepat

Pada surat Al Adiyat diawali dengan sumpah Allah SWT dengan kuda perang dan sifat-sifatnya. Ditafsirkan bahwa ayat ini menggambarkan terjadinya hari akhir yang begitu cepat dengan serangan mendadak dari pasukan berkuda. Sebagian tafsir menyebutkan, ayat ini berisikan bahwa manusia semestinya taat kepada Tuhannya, bukan kufur dan mengingkari nikmat-nikmat-Nya.

2. Allah SWT Mengecam Manusia yang Ingkar

Seperti penjelasan sebelumnya, surat ini juga menjadi surat yang mengecam manusia. Di mana mereka yang ingkar kepada Allah dan tidak bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya. Manusia yang ingkar juga bisa menyaksikan sendiri keingkarannya, baik didunia, maupun di akhirat nanti.

3. Manusia Kikir karena Kecintaannya Pada Harta

Surat ini juga menjelaskan bagaimana kecintaan manusia pada duniawi dan harta bendanya. Oleh karena itu, bisa membuat mereka menjadi kikir atau bakhil. Allah SWT memerintahkan manusia untuk tidak terlalu mencintai harta benda melebihi kecintaan kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT hanya menitipkan apa yang dimiliki oleh manusia.

4. Di Hari Akhir Manusia Akan Dibangkitkan Dari Kubur

Al Adiyat juga memperingatkan kepada seluruh umat manusia bahwa nantinya akan dibangkitkan dari kubur, dan ditampakkan apa yang selama ini mereka sembunyikan dalam hati. Di sinilah manusia-manusia yang munafik akan tampak seperti apa diri mereka yang sesungguhnya

5. Allah SWT Maha Mengetahui Isi Hati Manusia

Di surat ini juga dijelaskan bahwa Allah SWT merupakan Maha Mengetahui semua keadaan dan isi hati umat-Nya. Sekecil apapun manusia menyembunyikan, pasti Allah SWT mengetahuinya. Manusia mungkin dapat menyembunyikan isi hatinya namun sesungguhnya Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang mereka sembunyikan itu.

Keutamaan Membaca Surat Al Adiyat

Terdapat beberapa keutamaan apabila kita membaca surat Al-‘Adiyat. Berikut beberapa keutamaannya, yaitu:

1. Termasuk dalam Al-Mufashshal

Surat Al-‘Adiyat termasuk dalam Al-Mufashshal yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi, Nabi Muhammad SAW memiliki keutamaan dibandingkan dengan nabi sebelumnya.

2. Kelak Dibangkitkan Bersama Amirul Mukminin

Abi Abdullah berkata:

“Barangsiapa yang membaca Surat Al-‘Adiyat secara istiqomah, maka Allah akan membangkitkannya bersama amirul mukminin secara khusus, ia berada di samping dan dekatnya.” (Tsawabul A’mal: 154)

3. Mendapatkan Pahala Seperti Membaca Al Qur’an Dan Doa Melunasi Utang

Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Barangsiapa yang membaca surat ini (Surat Al-‘Adiyat), maka ia akan diberi pahala seperti pahala orang yang membaca Al-Qur’an, dan barangsiapa yang membacanya dengan istiqamah, sedangkan ia memiliki hutang, maka Allah akan menolongnya untuk melunasi hutang tersebut dengan sangat cepat.” (Tafsir Al Burhan, Juz 8: 360)

4. Doa Terlepas dari Ketakutan, Kelaparan dan Kehausan

Keutamaan lainnya membaca surat Al Adiyat adalah sebagai doa agar terlepas dari ketakutan, kelaparan, dan juga kehausan

Ash-Shiddiq berkata:

“Barangsiapa yang membacanya (Surat Al-‘Adiyat) kepada orang yang takut, maka ia akan aman dari ketakutannya, membacanya kepada orang yang lapar, maka ia tenang dari rasa laparnya, dan orang yang kehausan, maka ia akan tenang dari rasa hausnya. Lalu ketika orang yang berhutang membacanya secara istiqomah, maka Allah akan melunasi hutangnya, dengan izin Allah.” (Tafsir Al Burhan, Juz 8: 154)

5. Membuat Semakin Mudah Bersyukur

Membaca surat Al-‘Adiyat dapat membuat kita menjadi lebih mudah bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT.

Hal ini supaya kita tidak kufur nikmat, Allah SWT akan membuat peringatan kepada hambanya agar selalu bersyukur. Dengan membaca surat Al Adiyat, nantinya bisa memberikan rasa syukur atas segala nikmat yang sudah Allah SWT berikan padanya.

6. Mengingatkan Akan Kedahsyatan Hari Akhir

Surat Al-‘Adiyat menerangkan tentang bagaimana dahsyatnya saat hari kiamat nanti, sehingga dengan membaca surat Al-‘Adiyat akan menyadarkan kita untuk selalu berbuat baik dan meninggalkan sikap buruk.

Surat ini menjelaskan tentang bagaimana dahsyatnya hari akhir nanti, sehingga membaca surat Al Adiyat dapat menjadi pengingat kita untuk tersadar dan selalu berbuat baik dan meninggalkan hal-hal buruk yang dilarang-Nya.

7. Melancarkan Rezeki

Usaha tentu harus diiringi dengan doa. Salah satu doa yang bisa dipanjatkan untuk melancarkan rezeki adalah Al Adiyat. Dengan membaca secara rutin dan selalu berikhtiar, surat ini dipercaya mampu melancarkan rezeki yang kita panjatkan pada Allah SWT dan disertai dengan selalu berikhtiar.

Demikian pembahasan tentang surat Al Adiyat, semoga semua pembahasan di atas bermanfaat untuk Grameds. Jika kamu mencari berbagai buku agama Islam, maka bisa menemukannya di gramedia.com.

Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Yufi Cantika Sukma Ilahiah

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika