Agama Islam

Surah Al-Waqiah Juz Berapa?

Written by Yufi Cantika

Bacaan Surat Al Waqiah Latin Beserta Artinya

Ayat  1

Berikut bacaan surat Al Waqiah latin dan artinya:

اِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُۙ

iżā waqa’atil-wāqi’ah

Artinya: “Apabila terjadi hari kiamat,”

Ayat 2

لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ ۘ

laisa liwaq’atihā kāżibah

Artinya: “Terjadinya tidak dapat didustakan (disangkal).”

Ayat 3

خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ

khāfiḍatur rāfi’ah

Artinya: “(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain).”

Ayat 4

اِذَا رُجَّتِ الْاَرْضُ رَجًّاۙ

iżā rujjatil-arḍu rajjā

Artinya: “Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,”

Ayat 5

وَّبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّاۙ

wa bussatil-jibālu bassā

Artinya: “Dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya,”

Ayat 6

فَكَانَتْ هَبَاۤءً مُّنْۢبَثًّاۙ

fa kānat habā`am mumbaṡṡā

Artinya: “Maka jadilah ia debu yang beterbangan,”

Ayat 7

وَّكُنْتُمْ اَزْوَاجًا ثَلٰثَةً ۗ

wa kuntum azwājan ṡalāṡah

Artinya: “Dan kamu menjadi tiga golongan,”

Ayat 8

فَاَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ ۗ

fa aṣ-ḥābul-maimanati mā aṣ-ḥābul-maimanah

Artinya: “Yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu,”

Ayat 9

وَاَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِ ۗ

wa aṣ-ḥābul-masy`amati mā aṣ-ḥābul-masy`amah

Artinya: “Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu,”

Ayat 10

وَالسّٰبِقُوْنَ السّٰبِقُوْنَۙ

was-sābiqụnas-sābiqụn

Artinya: “Dan orang-orang yang paling dahulu (beriman), merekalah yang paling dahulu (masuk surga).”

Ayat 11

اُولٰۤىِٕكَ الْمُقَرَّبُوْنَۚ

ulā`ikal-muqarrabụn

Artinya: “Mereka itulah orang yang dekat (kepada Allah SWT),”

Ayat 12

فِيْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِ

fī jannātin-na’īm

Artinya: “Berada dalam surga kenikmatan,”

Ayat 13

ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ

ṡullatum minal-awwalīn

Artinya: “Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,”

Ayat 14 

وَقَلِيْلٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَۗ

wa qalīlum minal-ākhirīn

Artinya: “Dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.”

Ayat 15

عَلٰى سُرُرٍ مَّوْضُوْنَةٍۙ

‘alā sururim mauḍụnah

Artinya: “Mereka berada di atas dipan-dipan yang bertahtakan emas dan permata,”

Ayat 16

مُّتَّكِـِٕيْنَ عَلَيْهَا مُتَقٰبِلِيْنَ

muttaki`īna ‘alaihā mutaqābilīn

Artinya: “Mereka bersandar di atasnya berhadap-hadapan.”

Ayat 17

يَطُوْفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُّخَلَّدُوْنَۙ

yaṭụfu ‘alaihim wildānum mukhalladụn

Artinya: “Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,”

Ayat 18

بِاَكْوَابٍ وَّاَبَارِيْقَۙ وَكَأْسٍ مِّنْ مَّعِيْنٍۙ

bi`akwābiw wa abārīqa wa ka`sim mim ma’īn

Artinya: “Dengan membawa gelas, cerek dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir,”

Ayat 19 

لَّا يُصَدَّعُوْنَ عَنْهَا وَلَا يُنْزِفُوْنَۙ

lā yuṣadda’ụna ‘an-hā wa lā yunzifụn

Artinya: “Mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,”

Ayat 20

وَفَاكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُوْنَۙ

wa fākihatim mimmā yatakhayyarụn

Artinya: “Dan buah-buahan apapun yang mereka pilih,”

Ayat 21

وَلَحْمِ طَيْرٍ مِّمَّا يَشْتَهُوْنَۗ

wa laḥmi ṭairim mimmā yasytahụn

Artinya: “Dan daging burung apapun yang mereka inginkan.”

Ayat 22

وَحُوْرٌ عِيْنٌۙ

wa ḥụrun ‘īn

Artinya: “Dan ada bidadari-bidadari yang bermata indah,”

Ayat 23

كَاَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُوْنِۚ

ka`amṡālil-lu`lu`il-maknụn

Artinya: “Laksana mutiara yang tersimpan baik.”

Ayat 24

جَزَاۤءًۢ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

jazā`am bimā kānụ ya’malụn

Artinya: “Sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan.”

Ayat 25

لَا يَسْمَعُوْنَ فِيْهَا لَغْوًا وَّلَا تَأْثِيْمًاۙ

lā yasma’ụna fīhā laghwaw wa lā ta`ṡīmā

Artinya: “Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia maupun yang menimbulkan dosa,”

Ayat 26

اِلَّا قِيْلًا سَلٰمًا سَلٰمًا

illā qīlan salāman salāmā

Artinya: “Tetapi mereka mendengar ucapan salam.”

Ayat 27

وَاَصْحٰبُ الْيَمِينِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْيَمِيْنِۗ

wa aṣ-ḥābul-yamīni mā aṣ-ḥābul-yamīn

Artinya: “Dan golongan kanan, siapakah golongan kanan itu.”

Ayat 28

فِيْ سِدْرٍ مَّخْضُوْدٍۙ

fī sidrim makhḍụd

Artinya: “(Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri,”

Ayat 29

وَّطَلْحٍ مَّنْضُوْدٍۙ

wa ṭal-ḥim manḍụd

Artinya: “Dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),”

Ayat 30 

وَّظِلٍّ مَّمْدُوْدٍۙ

wa ẓillim mamdụd

Artinya: “Dan naungan yang terbentang luas,”

Ayat 31

وَّمَاۤءٍ مَّسْكُوْبٍۙ

wa mā`im maskụb

Artinya: “Dan air yang mengalir terus-menerus,”

Ayat 32

وَّفَاكِهَةٍ كَثِيْرَةٍۙ

wa fākihating kaṡīrah

Artinya: “Dan buah-buahan yang banyak,”

Ayat 33

لَّا مَقْطُوْعَةٍ وَّلَا مَمْنُوْعَةٍۙ

lā maqṭụ’atiw wa lā mamnụ’ah

Artinya: “Yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang mengambilnya,”

Ayat 34

وَّفُرُشٍ مَّرْفُوْعَةٍۗ

wa furusyim marfụ’ah

Artinya: “Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.”

Ayat 35 

اِنَّآ اَنْشَأْنٰهُنَّ اِنْشَاۤءًۙ

innā ansya`nāhunna insyā`ā

Artinya: “Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) secara langsung,”

Ayat 36 

فَجَعَلْنٰهُنَّ اَبْكَارًاۙ

fa ja’alnāhunna abkārā

Artinya: “Lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan,”

Ayat 37

عُرُبًا اَتْرَابًاۙ

‘uruban atrābā

Artinya: “Yang penuh cinta (dan) sebaya umurnya,”

Ayat 38

لِّاَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗ

li`aṣ-ḥābil-yamīn

Artinya: “Untuk golongan kanan,”

Ayat 39 

ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ

ṡullatum minal-awwalīn

Artinya: “Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,”

Ayat 40

وَثُلَّةٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَۗ

wa ṡullatum minal-ākhirīn

Artinya: “Dan segolongan besar pula dari orang yang kemudian.”

Ayat 41

وَاَصْحٰبُ الشِّمَالِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الشِّمَالِۗ

wa aṣ-ḥābusy-syimāli mā aṣ-ḥābusy-syimāl

Artinya: “Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu.”

Ayat 42

فِيْ سَمُوْمٍ وَّحَمِيْمٍۙ

fī samụmiw wa ḥamīm

Artinya: “(Mereka) dalam siksaan angin yang sangat panas dan air yang mendidih,”

Ayat 43

وَّظِلٍّ مِّنْ يَّحْمُوْمٍۙ

wa ẓillim miy yaḥmụm

Artinya: “Dan naungan asap yang hitam,”

Ayat 44

لَّا بَارِدٍ وَّلَا كَرِيْمٍ

lā bāridiw wa lā karīm

Artinya: “Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.”

Ayat 45

اِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذٰلِكَ مُتْرَفِيْنَۚ

innahum kānụ qabla żālika mutrafīn

Artinya: “Sesungguhnya mereka sebelum itu (dahulu) hidup bermewah-mewah,”

Ayat 46

وَكَانُوْا يُصِرُّوْنَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيْمِۚ

wa kānụ yuṣirrụna ‘alal-ḥinṡil-‘aẓīm

Artinya: “dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar,”

Ayat 47

وَكَانُوْا يَقُوْلُوْنَ ەۙ اَىِٕذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَّعِظَامًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَۙ

wa kānụ yaqụlụna a iżā mitnā wa kunnā turābaw wa ‘iẓāman a innā lamab’ụṡụn

Artinya: “Dan mereka berkata, “Apabila kami sudah mati, menjadi tanah dan tulang-belulang, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali?”

Ayat 48

اَوَاٰبَاۤؤُنَا الْاَوَّلُوْنَ

a wa ābā`unal-awwalụn

Artinya: “Apakah nenek moyang kami yang terdahulu (dibangkitkan pula)?”

Ayat 49

قُلْ اِنَّ الْاَوَّلِيْنَ وَالْاٰخِرِيْنَۙ

qul innal-awwalīna wal-ākhirīn

Artinya: “Katakanlah, “(Ya), sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan yang kemudian,”

Ayat 50

لَمَجْمُوْعُوْنَۙ اِلٰى مِيْقَاتِ يَوْمٍ مَّعْلُوْمٍ

lamajmụ’ụna ilā mīqāti yaumim ma’lụm

Artinya: “Pasti semua akan dikumpulkan pada waktu tertentu, pada hari yang sudah dimaklumi.”

Ayat 51

ثُمَّ اِنَّكُمْ اَيُّهَا الضَّاۤ لُّوْنَ الْمُكَذِّبُوْنَۙ

ṡumma innakum ayyuhaḍ-ḍāllụnal-mukażżibụn

Artinya: “Kemudian sesungguhnya kamu, wahai orang-orang yang sesat lagi mendustakan!”

Ayat 52

لَاٰكِلُوْنَ مِنْ شَجَرٍ مِّنْ زَقُّوْمٍۙ

la`ākilụna min syajarim min zaqqụm

Artinya: “Pasti akan memakan pohon zaqqum,”

Ayat 53

فَمَالِـُٔوْنَ مِنْهَا الْبُطُوْنَۚ

fa māli`ụna min-hal-buṭụn

Artinya: “Maka akan penuh perutmu dengannya.”

Ayat 54

فَشَارِبُوْنَ عَلَيْهِ مِنَ الْحَمِيْمِۚ

fa syāribụna ‘alaihi minal-ḥamīm

Artinya: “Setelah itu kamu akan meminum air yang sangat panas.”

Ayat 55

فَشَارِبُوْنَ شُرْبَ الْهِيْمِۗ

fa syāribụna syurbal-hīm

Artinya: “Maka kamu minum seperti unta (yang sangat haus) minum.”

Ayat 56

هٰذَا نُزُلُهُمْ يَوْمَ الدِّيْنِۗ

hāżā nuzuluhum yaum ad-dīn

Artinya: “Itulah hidangan untuk mereka pada hari pembalasan.”

Ayat 57

نَحْنُ خَلَقْنٰكُمْ فَلَوْلَا تُصَدِّقُوْنَ

naḥnu khalaqnākum falau lā tuṣaddiqụn

Artinya: “Kami telah menciptakan kamu, mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit)?”

Ayat 58

اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تُمْنُوْنَۗ

a fa ra`aitum mā tumnụn

Artinya: “Maka adakah kamu perhatikan, tentang (benih manusia) yang kamu pancarkan.”

Ayat 59

ءَاَنْتُمْ تَخْلُقُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الْخَالِقُوْنَ

a antum takhluqụnahū am naḥnul-khāliqụn

Artinya: “Kamukah yang menciptakannya, ataukah Kami penciptanya?”

Ayat 60

نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَۙ

naḥnu qaddarnā bainakumul-mauta wa mā naḥnu bimasbụqīn

Artinya: “Kami telah menentukan kematian masing-masing kamu dan Kami tidak lemah,”

Ayat 61

عَلٰٓى اَنْ نُّبَدِّلَ اَمْثَالَكُمْ وَنُنْشِئَكُمْ فِيْ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

‘alā an nubaddila amṡālakum wa nunsyi`akum fī mā lā ta’lamụn

Artinya: “Untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (di dunia) dan membangkitkan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.”

Ayat 62

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ النَّشْاَةَ الْاُوْلٰى فَلَوْلَا تَذَكَّرُوْنَ

wa laqad ‘alimtumun-nasy`atal-ụlā falau lā tażakkarụn

Artinya: “Dan sungguh, kamu telah tahu penciptaan yang pertama, mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”

Ayat 63

اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تَحْرُثُوْنَۗ

a fa ra`aitum mā taḥruṡụn

Artinya: “Pernahkah kamu perhatikan benih yang kamu tanam?”

Ayat 64

ءَاَنْتُمْ تَزْرَعُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الزَّارِعُوْنَ

a antum tazra’ụnahū am naḥnuz-zāri’ụn

Artinya: “Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkan?”

Ayat 65

لَوْ نَشَاۤءُ لَجَعَلْنٰهُ حُطَامًا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُوْنَۙ

lau nasyā`u laja’alnāhu huṭāman fa ẓaltum tafakkahụn

Artinya: “Sekiranya Kami kehendaki, niscaya Kami hancurkan sampai lumat; maka kamu akan heran tercengang,”

Ayat 66

اِنَّا لَمُغْرَمُوْنَۙ

innā lamugramụn

Artinya: “(sambil berkata), “Sungguh, kami benar-benar menderita kerugian,”

Ayat 67

بَلْ نَحْنُ مَحْرُوْمُوْنَ

bal naḥnu mahrụmụn

Artinya: “Bahkan kami tidak mendapat hasil apa pun.”

Ayat 68

اَفَرَءَيْتُمُ الْمَاۤءَ الَّذِيْ تَشْرَبُوْنَۗ

a fa ra`aitumul-mā`allażī tasyrabụn

Artinya: “Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum?”

Ayat 69

ءَاَنْتُمْ اَنْزَلْتُمُوْهُ مِنَ الْمُزْنِ اَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُوْنَ

a antum anzaltumụhu minal-muzni am naḥnul-munzilụn

Artinya: “Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?”

Ayat 70

لَوْ نَشَاۤءُ جَعَلْنٰهُ اُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُوْنَ

lau nasyā`u ja’alnāhu ujājan falau lā tasykurụn

Artinya: “Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, mengapa kamu tidak bersyukur?”

Ayat 71

اَفَرَءَيْتُمُ النَّارَ الَّتِيْ تُوْرُوْنَۗ

a fa ra`aitumuni-nārallatī tụrụn

Artinya: “Maka pernahkah kamu memperhatikan tentang api yang kamu nyalakan (dengan kayu)?”

Ayat 72

ءَاَنْتُمْ اَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَآ اَمْ نَحْنُ الْمُنْشِـُٔوْنَ

a antum ansya`tum syajaratahā am naḥnul-munsyi`ụn

Artinya: “Kamukah yang menumbuhkan kayu itu ataukah Kami yang menumbuhkan?”

Ayat 73

نَحْنُ جَعَلْنٰهَا تَذْكِرَةً وَّمَتَاعًا لِّلْمُقْوِيْنَۚ

naḥnu ja’alnāhā tażkirataw wa matā’al lil-muqwīn

Artinya: “Kami menjadikannya (api itu) untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir.”

Ayat 74

فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ

fa sabbiḥ bismi rabbikal-‘aẓīm

Artinya: “Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar.”

Ayat 75

فَلَآ اُقْسِمُ بِمَوٰقِعِ النُّجُوْمِ

fa lā uqsimu bimawāqi’in-nujụm

Artinya: “Lalu Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang.”

Ayat 76

وَاِنَّهٗ لَقَسَمٌ لَّوْ تَعْلَمُوْنَ عَظِيْمٌۙ

wa innahụ laqasamul lau ta’lamụna ‘aẓīm

Artinya: “Dan sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui,”

Ayat 77

اِنَّهٗ لَقُرْاٰنٌ كَرِيْمٌۙ

innahụ laqur`ānung karīm

Artinya: “Dan (ini) sesungguhnya Al-Qur’an yang sangat mulia,”

Ayat 78

فِيْ كِتٰبٍ مَّكْنُوْنٍۙ

fī kitābim maknụn

Artinya: “Dalam Kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh),”

Ayat 79

لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَۙ

lā yamassuhū illal-muṭahharụn

Artinya: “Tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan.”

Ayat 80

تَنْزِيْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ

tanzīlum mir rabbil-‘ālamīn

Artinya: “Diturunkan dari Tuhan seluruh alam.”

Ayat 81

اَفَبِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَنْتُمْ مُّدْهِنُوْنَ

a fa bihāżal-ḥadīṡi antum mud-hinụn

Artinya: “Apakah kamu menganggap remeh berita ini (Al-Qur’an),”

Ayat 82

وَتَجْعَلُوْنَ رِزْقَكُمْ اَنَّكُمْ تُكَذِّبُوْنَ

wa taj’alụna rizqakum annakum tukażżibụn

Artinya: “Dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah SWT) justru untuk mendustakan(-Nya).”

Ayat 83

فَلَوْلَآ اِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمَۙ

Falau lā iżā balaghatil-ḥulqụm

Artinya: “Maka kalau begitu mengapa (tidak mencegah) ketika (nyawa) telah sampai di kerongkongan,”

Ayat 84

وَاَنْتُمْ حِيْنَىِٕذٍ تَنْظُرُوْنَۙ

wa antum ḥīna`iżin tanẓurụn

Artinya: “Dan kamu ketika itu melihat,”

Ayat 85

وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلٰكِنْ لَّا تُبْصِرُوْنَ

wa naḥnu aqrabu ilaihi minkum wa lākil lā tubṣirụn

Artinya: “Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat,”

Ayat 86

فَلَوْلَآ اِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِيْنِيْنَۙ

falau lā ing kuntum gaira madīnīn

Artinya: “Maka mengapa jika kamu memang tidak dikuasai (oleh Allah SWT),”

Ayat 87

تَرْجِعُوْنَهَآ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

tarji’ụnahā ing kuntum ṣādiqīn

Artinya: “Kamu tidak mengembalikannya (nyawa itu) jika kamu orang yang benar?”

Ayat 88

فَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَۙ

fa ammā ing kāna minal-muqarrabīn

Artinya: “Jika dia (orang yang mati) itu termasuk yang didekatkan (kepada Allah SWT),”

Ayat 89

فَرَوْحٌ وَّرَيْحَانٌ ەۙ وَّجَنَّتُ نَعِيْمٍ

fa rauḥuw wa raiḥānuw wa jannatu na’īm

Artinya: “Maka dia memperoleh ketentraman dan rezeki serta surga (yang penuh) kenikmatan.”

Ayat 90

وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۙ

wa ammā ing kāna min aṣ-ḥābil-yamīn

Artinya: “Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan,”

Ayat 91

فَسَلٰمٌ لَّكَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗ

fa salāmul laka min aṣ-ḥābil-yamīn

Artinya: “Maka, “Salam bagimu (wahai) dari golongan kanan!” (sambut malaikat).”

Ayat 92

وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِيْنَ الضَّاۤلِّيْنَۙ

waing kāna minal-mukażżibīnaḍ-ḍāllīn

Artinya: “Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan dan sesat,”

Ayat 93

فَنُزُلٌ مِّنْ حَمِيْمٍۙ

fa nuzulum min ḥamīm

Artinya: “Maka dia disambut siraman air yang mendidih,”

Ayat 94

وَّتَصْلِيَةُ جَحِيْمٍ

wa taṣliyatu jaḥīm

Artinya: “Dan dibakar di dalam neraka.”

Ayat 95

اِنَّ هٰذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِيْنِۚ

inna hāżā lahuwa ḥaqqul-yaqīn

Artinya: “Sungguh, inilah keyakinan yang benar.”

Ayat 96

فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ

fa sabbiḥ bismi rabbikal-‘aẓīm

Artinya: “Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar.”

Tentang Surat Al Waqiah

Surat Al Waqiah diturunkan sebagai pengingat akan datangnya hari kiamat kepada muslim. Surat ini berjumlah 96 ayat, memiliki keutamaan bagi orang yang membacanya seperti dijauhkan dari kemiskinan dan dikabulkan hajat. Surat Al  Waqiah merupakan surat ke-56 dalam Al Quran.

Surat  yang berada di juz ke-27 ini berjumlah 96 ayat. Al Waqiah menerangkan dan mengingatkan kepada muslim akan datangnya hari kiamat.

Mengutip tafsir zilal, surat Al Waqiah membahas kehidupan akhirat sebagai bantahan atas perkataan orang-orang yang meragukannya, menyekutukan Allah SWT dan mereka yang mendustakan Al Quran. Karenanya surat ini dibuka dengan menerangkan apa itu kiamat dan menegaskan kepastian akan datangnya hari akhir tersebut.

Keutamaan Surat Al Waqiah

Surat Al Waqiah memiliki banyak keutamaan dan manfaat bagi orang yang membacanya. Bahkan, Rasulullah SAW pernah menganjurkan umatnya untuk membaca surat ini agar terhindar dari kemiskinan.

من قرأ سورة الواقعة في كل ليلة لم تصبه فاقة أبدا

Artinya: “Barangsiapa membaca surat Al Waqiah setiap malam, maka dia tidak akan jatuh miskin selamanya.” (HR Baihaqi)

Di samping melancarkan rezeki, dari penelitian Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mencatat bahwa kandungan serta keutamaan surat Al Waqiah yaitu adanya nilai pendidikan keimanan, seperti tentang asal-usul manusia, tanaman, air, api hingga hari kiamat.

Adapun keutamaan surat Al Waqiah, yakni:

1. Dikabulkan hajatnya

Hajat yang dimaksud khususnya yang berkaitan dengan rezeki. Untuk memperoleh fadilah tersebut, surat Al Waqiah dilafalkan sebanyak 41 kali dalam satu duduk.

2. Dijauhkan dari kemiskinan

Apabila seorang muslim membaca surat Al Waqiah sebanyak satu kali setiap malam, niscaya ia akan terhindar dari segala bentuk kemiskinan. Keutamaan tersebut tercantum dalam Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203, Abdullah bin Mas’ud pernah mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda :

“Barangsiapa yang membaca surat Al Waqiah, ia tidak akan tertimpa oleh kefakiran selamanya.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).

“Barangsiapa yang membaca surat Al Waqiah pada malam Jumat, ia akan dicintai oleh Allah SWT, dicintai oleh manusia, tidak melihat kesengsaraan, kefakiran, kebutuhan, dan penyakit dunia; surat ini adalah bagian dari sahabat Amirul Mukminin (sa) yang bagi beliau memiliki keistimewaan yang tidak tertandingi oleh yang lain.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).

Namun, selain dapat melancarkan rezeki dan menghindarkan seseorang dari kemiskinan, surat Al Waqiah memiliki manfaat lainnya, yakni:

3. Memperoleh ketenangan jiwa dan raga

Ketika seorang muslim membaca surat Al-Waqiah secara rutin, maka ia bisa mendapatkan ketenangan jiwa dan raga.

4. Mendapat syafaat di hari kiamat

Diriwayatkan oleh Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): “Barangsiapa yang merindukan surga dan sifatnya, maka bacalah surat Al-Waqiah; dan barangsiapa yang ingin melihat sifat neraka, maka bacalah surat As-Sajadah.” (Tsawabul A’mal, hal 117).

Demikian pembahasan tentang surat Al Waqiah, semoga semua pembahasan di atas bermanfaat untuk kamu. Untuk mendapatkan pengetahuan lebih, Grameds bisa membaca buku yang tersedia di gramedia.com.

Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Yufi Cantika Sukma Ilahiah

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika