Agama Islam

Dua Ayat Terakhir Al-Baqarah Disertai Tafsir

Written by Yufi Cantika

Al-Baqarah ayat terakhir – Semua ayat-ayat Al Qur’an baik karena semua mengajak kepada ke Esa an Allah SWT dan utusanNya yaitu Nabi Muhammad SAW. Kali ini kita akan membahas mengenai Qur’an Surat Al Baqarah ayat terakhir. Qur’an Surat Al Baqarah merupakan surat yang paling panjang dalam Al Quran yang mempunyai arti sapi betina. Karena surat ini mencakup kurang lebih hingga 2-5 juz dalam Al-Quran dengan total keseluruhan ayat berjumlah 286 ayat.

Surah Al Baqarah yang memiliki 6.221 kata, dan 25.500 huruf dan tergolong surah Madaniyah, surah Alquran yang diturunkan di Madinah. Surah Al Baqarah setidaknya mempunyai dua nama lain, yaitu Fustatul Qur’an (Puncak Al Quran) dan surah Alif Lam Mim. Namun, ternyata ada keistimewaan di balik 2 ayat terakhir surat Al Baqarah tersebut, tepatnya ayat 285 dan 286.

Keutamaan dari 2 ayat terakhir surat Al Baqarah juga telah banyak disinggung dalam hadits-hadits Rasulullah SAW. Bahkan ada salah satu sabda Rasulullah SAW yang menganjurkan membaca 2 ayat terakhir tersebut pada setiap malam.

Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW Dari Abu Mas’ud Al-Badri yaitu sebagai berikut:

مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ

Artinya: “Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808).

Makna yang terkandung kecukupan dari hadits di atas artinya bahwa 2 ayat terakhir surat Al Baqarah menjadi penjaga dan pelindung manusia dari segala keburukan. Beberapa ulama juga berpendapat bahwa dua ayat ini dapat menjadi sebab bagi seseorang untuk bangun di malam hari.

Lalu, bagaimana bunyi dari dua ayat terakhir surat Al-Baqarah?

Dua Ayat Terakhir Surat Al Baqarah, Latin, dan Artinya

Adapun bunyi bacaan 2 ayat terakhir surat Al Baqarah berikut dengan latin dan artinya adalah sebagai berikut:

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

āmanar-rasụlu bimā unzila ilaihi mir rabbihī wal-mu`minụn, kullu āmana billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa rusulih, lā nufarriqu baina aḥadim mir rusulih, wa qālụ sami’nā wa aṭa’nā gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr

lā yukallifullāhu nafsan illā wus’ahā, lahā mā kasabat wa ‘alaihā maktasabat, rabbanā lā tu`ākhiżnā in nasīnā au akhṭa`nā, rabbanā wa lā taḥmil ‘alainā iṣrang kamā ḥamaltahụ ‘alallażīna ming qablinā, rabbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih, wa’fu ‘annā, wagfir lanā, war-ḥamnā, anta maulānā fanṣurnā ‘alal-qaumil-kāfirīn

Artinya: “Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorangpun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali,”

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.”

Tafsir Surat Al Baqarah ayat 285

Seorang muslim harus menaati firman Allah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah.

Sikap beliau dan para pengikutnya yang beriman menyangkut kitab suci Al-Qur’an dan kitab-kitab terdahulu serta para nabi dan rasul adalah bahwa Rasul, yakni Nabi Muhammad, beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya, yakni Al-Qur’an, dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman meski dengan kualitas keimanan yang berbeda dengan Nabi.

Semua, yaitu Nabi Muhammad dan orang mukmin, beriman kepada Allah bahwa Dia wujud dan Maha Esa, Maha Kuasa, tiada sekutu bagi-Nya, dan Maha Suci dari segala kekurangan. Mereka juga percn ayat kepada malaikat-malaikatNya sebagai hamba-hamba Allah yang taat melaksanakan segala apa yang diperintahkan kepada mereka dan menjauhi seluruh larangan-Nya.

Demikian juga dengan kitab-kitab-Nya yang diturunkan kepada para rasul, seperti Zabur, Taurat, Injil, dan Al-Qur’an, dan juga percaya kepada rasul-rasulNya sebagai hamba-hamba Allah yang diutus membimbing manusia ke jalan yang lurus dan diridaiNya.

Mereka berkata, “Kami tidak membeda-bedakan seorangpun dengan yang lain dari rasul-rasul-Nya dalam hal kepercayaan terhadap mereka sebagai utusan Allah.”

Dan mereka berkata, “Kami dengar apa yang Engkau perintahkan, baik yang melalui wahyu dalam Al-Qur’an maupun melalui ucapan NabiMu, dan kami taat melaksanakan perintah-perintahMu dan menjauhi larangan-larangan-Mu.”

Dengan rendah hati mereka juga berucap, “Ampunilah kami, Ya Tuhan kami, dan hanya kepada-Mu, tidak kepada selain-Mu, tempat kami kembali.”

Tafsir Surat Al Baqarah ayat 286

Tidak ada yang berat dalam beragama, dan tidak perlu ada kekhawatiran tentang tanggung jawab atas bisikan-bisikan hati, sebab Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Dia, yakni setiap manusia, mendapat pahala dari kebajikan yang dikerjakannya walaupun baru dalam bentuk niat dan belum wujud dalam kenyataan, dan dia mendapat siksa dari kejahatan yang diperbuatnya dan wujud dalam bentuk nyata.

Mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa dalam melaksanakan apa yang Engkau perintahkan atau kami melakukan kesalahan karena suatu dan lain sebab.

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami seperti orang-orang Yahudi yang mendapat tugas yang cukup sulit karena ulah mereka sendiri, misalnya untuk bertobat harus membunuh diri sendiri.

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya, baik berupa ketentuan dalam beragama maupun musibah dalam hidup dan lainnya.

Maafkanlah kami, yakni hapuslah dosa-dosa kami, ampunilah kami dengan menutupi aib kami dan tidak menghukum kami akibat pelanggaran, dan rahmatilah kami dengan sifat kasih dan rahmat-Mu yang luas, melebihi penghapusan dosa dan penutupan aib.

Engkaulah pelindung kami, karena itu maka tolonglah kami dengan argumentasi dan kekuatan fisik dalam menghadapi orang-orang kafir.”

Keutamaan 2 Ayat Terakhir Surah Al-Baqarah

surat pendek Al-Quran

Pixabay.com/mataqdarululum

Pixabay.com/mataqdarululum

Berikut keutamaan dari ayat 285-286 surah Al-Baqarah yaitu:

  • Terhindar dari kejahatan

“Siapa yang membaca dua ayat terakhir surah Al-Baqarah, maka keduanya cukup baginya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Maksud hadis di atas adalah membaca 2 ayat terakhir Al-Baqarah tersebut sudah cukup untuk menjaga diri dari segala macam tindakan kejahatan manusia maupun perbuatan jin.

  • Insya Allah dikabulkan segala permintaan

Dari Ibnu Abbas Ra, ia berkata, “Ketika Jibril duduk bersama Nabi SAW, tiba-tiba terdengar suara benturan yang keras dari atas kepalanya. Kemudian Jibril berkata, ini adalah suara pintu di langit yang belum pernah dibuka kecuali hari ini, kemudian turun melalui pintu itu malaikat yang belum pernah turun kecuali hari ini.”

Kemudian malaikat itu memberi salam dan berkata, ‘Berilah kabar gembira dengan adanya dua cahaya yang keduanya diberikan kepadaMu (Muhammad) dan belum pernah diberikan kepada seorang Nabi pun sebelum kamu, yaitu pembuka kitab (surah Al-Fatihah) dan penutup surah Al-Baqarah. Tidaklah kamu membaca satu huruf dari keduanya kecuali akan diberikan kepadamu (permintaanmu).”  (HR.Muslim)

  • Mendapatkan Kecukupan di Dunia dan Akhirat

Manusia adalah tempat melakukan dosa di dunia maka dari itu manusia sangat mudah tergoda untuk melakukan keburukan dan kemaksiatan. Perbuatan yang membuat manusia melakukan dosa bisa dari harta benda, kecantikan dan ketampanan, kemasyhuran.

Jabatan, kepandaian dan lain sebagainya. Maka dari itu kita dianjurkan untuk selalu merasa cukup atas apa yang kita miliki demi menghindari sifat tamak. Jika tidak ingin terjebak dalam urusan tersebut maka kita dianjurkan membaca Surat Al-Baqarah ayat 285-286 secara rutin.

Maka kita akan memberikan rasa cukup dalam hati dan pikiran. Seperti yang disebutkan dalam hadits dari Abu Mas’ud Al-Badri bahwa Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ

Artinya: “Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (HR Bukhari dan Muslim)

  • Dijauhkan dari Setan

Seperti yang kita ketahui, setan akan senantiasa menggoda kita untuk melakukan keburukan dan menjauh dari Allah SWT. Maka dianjurkan untuk kita membaca Qur’an Surat Al Baqarah ayat 285-286. Karena membaca Surat Al-Baqarah ayat 285-286 diyakini akan membuat setan takut untuk mendekati kita.

Melakukan ibadah pun akan jadi lebih khusyuk dan tenang. Hal ini disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW diriwayatkan oleh Imam Hakim dan Imam Turmudzi berikut :

عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ كِتَابًا قَبْلَ أَنْ يخلق السموات وَالْأَرْضَ بِأَلْفَيْ عَامٍ، أَنْزَلَ مِنْهُ آيَتَيْنِ خَتَمَ بِهِمَا سُورَةَ الْبَقَرَةِ، وَلَا يُقْرَأْنَ فِي دَارٍ ثَلَاثَ لَيَالٍ فَيَقْرَبُهَا شَيْطَانٌ”.

Artinya: “Dari An-Nu’man ibnu Basyir, Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya Allah telah menulis Kitab-Nya sebelum menciptakan langit dan bumi dalam jangka dua ribu tahun. Dia menurunkan dua ayat darinya untuk mengakhiri surat Al-Baqarah dengan keduanya. Tidaklah ayat-ayat itu dibaca di dalam sebuah rumah selama tiga malam, melainkan setan tidak ada yang berani mendekatinya.” (HR. Imam Hakim, Imam Turmudzi)

  • Membuka Pintu Langit

Di dalam Al-Quran, disebutkan bahwa pintu langit yang terbuka akan membawa kita untuk menyaksikan keindahan ciptaan Allah dan juga kekuasaan-Nya.

Tentunya hanya orang-orang terpilih saja yang diizinkan untuk melewati pintu langit ini. Maka dari itu, membaca Al-Baqarah ayat 285-286 diyakini akan membuka kesempatan kita dalam menyaksikan kemegahan pintu langit.

Keutamaan ini juga disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Muslim dan An-Nasai berikut :

أبشر بنورين قد أوتيتهما، لم يؤتهما نبي قبلك: فاتحة الكتاب، وخواتيم سُورَةِ الْبَقَرَةِ، لَنْ تَقْرَأَ حَرْفًا مِنْهُمَا إِلَّا أُوتِيتُهُ،

Artinya: “Bergembiralah kamu dengan dua cahaya yang telah diberikan kepadamu yang tidak pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelummu, yaitu Fatihatul Kitab dan ayat-ayat terakhir surat Al-Baqarah. Tidak sekali-kali kamu membaca satu huruf dari keduanya melainkan engkau diberinya.” (HR. Muslim dan An-Nasai).

  • Iman seseorang akan selalu diperbarui 

Membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah bisa memperbarui iman seseorang karena ayat-ayat tersebut memuat sikap pasrah kepada Allah SWT serta meminta doa kebaikan dunia dan akhirat.

Apabila membaca surat tersebut dan secara terus menerus maka kita akan selalu mempunyai sikap pasrah kepada Sang Maha Pencipta dan agar manusia selalu meminta pertolongan kepada Allah SWT agar tidak disiksa karena lupa atau keliru.

  • Memperoleh Pahala yang Sangat Besar

Setiap membaca Al Qur’an tentu akan mendapat pahala di dalamnya. Begitu juga dua ayat terakhir Al-Baqarah mengandung doa kebaikan dunia dan akhirat sehingga barangsiapa yang membacanya akan mendapatkan pahala yang besar.

Demikian pembahasan tentang surat ayat Al-Baqarah ayat terakhir dan juga tafsirnya. Semoga semua pembahasan di atas bermanfaat untuk kamu.

Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Jika ingin mencari buku tentang tafsir Al-Quran, maka kamu bisa mendapatkannya di gramedia.com.

Penulis: Yufi Cantika Sukma Ilahiah

Rujukan:

  • https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20221221161500-569-890379/2-ayat-terakhir-surah-al-baqarah-terjemahan-dan-keutamaannya/amp
  • https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5767509/2-ayat-terakhir-surah-al-baqarah-dan-keutamaannya-apa-saja
  • https://www.orami.co.id/magazine/surah-al-baqarah-2-ayat-terakhir

Rekomendasi Buku Terkait

Terjemahan Dan Makna Surat 02 Al-Baqarah (Sapi Betina)

Surah Al-Baqarah (bahasa Indonesia: “Sapi Betina”) adalah surah ke-2 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri dari 286 ayat tergolong surah Madaniyah. Surah ini merupakan surah dengan jumlah ayat terbanyak dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai al-Baqarah yang artinya Sapi Betina, sebab di dalam surah ini terdapat kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil.

Surah ini juga dinamai Fustatul Qur’an (Puncak Al-Qur’an) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surah yang lain. Dinamai juga surah Alif Lam Mim karena ayat pertama di surah berisi tiga huruf arab yakni Alif, Lam, dan Mim.

Ketahui lebih banyak tentang surat Al-Baqarah melalui buku Terjemahan Dan Makna Surat 02 Al-Baqarah (Sapi Betina).

Kaidah Tafsir Al Quran

 

Kaidah tafsir ini sangat perlu dikuasai agar tidak keliru dalam memahami Al-Qur’an. Maka umat Islam pada umumnya perlu membaca dan memahami kaidah tafsir, dan tentu lebih penting lagi bagi mahasiswa yang menekuni kajian-kajian Al-Qur’an, baik mereka yang berada pada jurusan tafsir dan ilmu tafsir, maupun mahasiswa lainnya yang tertarik dengan kajian Al-Qur’an.

Buku Kaidah Tafsir Al Quran memperbincangkan kaidah-kaidah yang sangat diperlukan untuk memahami Al-Qur’an. Kaidah-kaidah tersebut meliputi kaidah bahasa, kaidah yang berkaitan dengan ulum Al-Qur’an, kaidah ushul, dan sebagainya.

Kaidah bahasa ialah berkaitan dengan prinsip-prinsip utama terkait dengan bahasa yang menjadi standar dalam memahami nuşüş al-syar’iyah, khususnya Al-Qur’an. Kaidah bahasa itu antara lain, kaidah yang berkaitan dengan isim ḍamir, makna huruf, jumlah shartiyah, dan sebagainya.

Kaidah tafsir yang berkaitan dengan ushul, yang dibahas dalam buku ini, antara lain adalah kaidah tentang `am dan takhsis, mutlaq dan muqayyad, mantuq dan mafhum, dan sebagainya.

Sementara itu, kaidah tafsir yang berkaitan dengan ulum Al-Qur’an yang dibahas dalam buku ini adalah kaidah tentang sebab nuzul dan nasikh wa al-mansukh. Kaidah-kaidah ini merupakan prinsip-prinsip utama yang perlu dikuasai untuk dijadikan sebagai standar dalam memahami Al-Qur’an.

Tafsir Al Quran Dalam Sejarah Perkembangannya

Al-Qur’an telah final sebagai teks suci statis namun pemahaman manusia terhadap Al-Qur’an, tumbuh berkembang dalam dialektika-dinamis. Al-Qur’an merupakan suatu hal dan tafsir Al-Qur’an adalah hal yang lain. Pergumulan pemahaman manusia terhadap Al-Qur’an telah dipotret dalam panggung besar sejarah tafsir Al-Qur’an.

Ada momen sejarah yang terulang (sirkuler) dan ada momen progresif (linear) seiring perkembangan zaman itu sendiri. Itulah sifat sejarah sebagaimana juga sejarah tafsir Al-Qur’an.

Dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur’an diperlukan bukan hanya pengetahuan bahasa Arab, tetapi juga berbagai macam ilmu pengetahuan yang menyangkut Al-Qur’an dan isinya.

Salah satu buku yang bisa dijadikan sebagai referensi tafsir Al-Quran adalah buku Tafsir Al Quran Dalam Sejarah Perkembangannya. Buku ini adalah sedikit dari beberapa perhatian sarjana Muslim terhadap sejarah tafsir kitab sucinya. Percayakan dan arahkan kesadaran kritis kita terhadap buku ini. Maka, buku ini akan dapat membantu memperkaya khazanah pengetahuan kita terhadap realitas yang tidak sederhana dalam dinamika penafsiran Al-Qur’an.

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika