Agama Islam

Sifat Jaiz Rasul: Pengertian, Dalil, dan Contoh yang Harus Kamu Ketahui

sifat jaiz rasul
Written by Yufi Cantika

Sifat Jaiz Rasul – Setiap umat Muslim yang beriman kepada Rasul Allah SWT, harus memahami sifat jaiz Rasul. Tujuannya untuk menyadari perbedaan dan persamaan antara manusia biasa dengan Rasul–yang merupakan utusan Allah.

Sebagai utusan Allah, sudah pasti rasul memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh manusia lainnya. Salah satunya adalah sifat-sifat yang bisa dijadikan panutan dalam kehidupan sehari-hari yang biasa dikenal sebagai sifat wajib rasul.

Ada empat sifat wajib rasul yang harus Grameds tiru, yaitu jujur (shiddiq), dapat dipercaya (amanah), menyampaikan wahyu serta syariat Islam (tabligh), dan pandai atau bijaksana (fathanah). Di luar itu, rasul juga memiliki sifat jaiz atau sifat yang ada pada manusia lainnya.

Sifat jaiz ini menunjukkan bahwa meskipun rasul memiliki keistimewaan, mereka tetaplah seorang manusia biasa dengan sifat-sifat kemanusiaan yang melekat pada dirinya. Namun ingat, sifat jaiz ini tidak mengurangi keistimewaan yang mereka miliki.

Apa Itu Sifat Jaiz Rasul?

Secara singkat, sifat jaiz adalah semua sifat kemanusiaan yang dimiliki oleh rasul dan menjelaskan kedudukannya sebagai utusan Allah SWT. Berbeda dengan sifat wajib, sifat jaiz pada rasul hanya ada satu saja yaitu A’radhul Basyariyah atau mempunyai sifat yang sama dengan manusia lainnya. Seperti minum, makan, memiliki pasangan, dan lain-lain.

Sebenarnya sifat jaiz ini menunjukkan bahwa tabiat para rasul bisa dilakukan oleh manusia pada umumnya. Akan tetapi ada beberapa orang yang salah kaprah dalam memaknai sifat ini. Mereka menganggap dirinya bisa menjadi rasul Allah karena memiliki sifat yang sama.

Padahal Allah SWT telah menjelaskan dalam QS. Al-Ahzab ayat 40 bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan penutup Nabi dan Rasul.

ࣖمَا كَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ اَحَدٍ مِّنْ رِّجَالِكُمْ وَلٰكِنْ رَّسُوْلَ اللّٰهِ وَخَاتَمَ النَّبِيّٖنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا

Mā kāna muḥammadun aba aḥadim mir rijālikum wa lākir rasụlallāhi wa khātaman-nabiyyīn, wa kānallāhu bikulli syai`in ‘alīmā

Muhammad itu bukanlah ayah dari salah seorang lelaki di antara kalian. Akan tetapi, beliau adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah Maha mengetahui terhadap segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab: 40)

Ayat ini menegaskan bahwa tidak akan ada lagi Nabi dan Rasul setelah Nabi Muhammad SAW. Jika kemudian ada manusia yang menyebut dirinya sebagai nabi, maka dia termasuk ke dalam golongan orang yang tidak mengimani firman Allah SWT.

Nah Grameds, penting untuk diingat bahwa sifat jaiz rasul tidak akan pernah menurunkan maupun mengurangi derajat kerasulannya. Sekalipun sifat ini juga ada pada manusia biasa. Seperti yang dapat kamu lihat dalam buku 115 Kisah Menakjubkan Dalam Kehidupan Rasulullah karangan Fuad Abdurahman.

https://www.gramedia.com/products/115-kisah-menakjubkan-dalam-kehidupan-rasulullah?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Ayat Al-Qur’an tentang Sifat Jaiz Rasul

sifat jaiz rasul

Sumber: Pixabay

Allah SWT menegaskan sifat jaiz dari utusan-Nya di dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 20 dan Al-Mu’minun ayat 33:

Al-Furqan ayat 20:

وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الْأَسْوَاقِ ۗ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ ۗ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا

Wa mā arsalnā qablaka minal-mursalīna illā innahum laya`kulụnaṭ-ṭa’āma wa yamsyụna fil-aswāq, wa ja’alnā ba’ḍakum liba’ḍin fitnah, a taṣbirụn, wa kāna rabbuka baṣīrā

“Kami tidaklah mengutus beberapa orang Rasul sebelum kamu melainkan mereka itu juga makan makanan dan berjualan di pasar.”

Al-Mu’minun ayat 33

وَقَالَ ٱلْمَلَأُ مِن قَوْمِهِ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَكَذَّبُوا۟ بِلِقَآءِ ٱلْءَاخِرَةِ وَأَتْرَفْنَٰهُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا مَا هَٰذَآ إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُونَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُونَ

wa qālal-mala`u ming qaumihillażīna kafarụ wa każżabụ biliqā`il-ākhirati wa atrafnāhum fil-ḥayātid-dun-yā mā hāżā illā basyarum miṡlukum ya`kulu mimmā ta`kulụna min-hu wa yasyrabu mimmā tasyrabụn

“Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: “(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum.”

Contoh Sifat Jaiz Rasul

Salah satu bukti bahwa rasul memiliki sifat jaiz bisa dilihat dalam kisah pertemuan antara Nabi Muhammad SAW dengan malaikat jibril di gua Hira. Saat pertama kali didatangi oleh Jibril, Nabi Muhammad merasakan takut yang luar biasa sampai badannya menggigil dan minta diselimuti oleh istrinya Khadijah. Al-Qur’an kemudian mengabadikan momen ini di dalam surat Al-Muzammil (Orang yang Berselimut).

Selain itu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga pernah merasakan sakit. Dalam banyak riwayat dikisahkan bahwa Nabi Muhammad menderita sakit mata hebat dan membuat kakeknya kerepotan saat usia beliau baru 7 tahun. Penyakit ini membuat matanya menjadi merah dan mengeluarkan kotoran berwarna kuning kehijauan.

Bahkan rasul juga dapat terkena cacat atau suatu penyakit selama sifatnya ringan serta tidak akan menghalangi mereka ketika menjalankan tugas kerasulannya. Seperti yang terjadi pada Nabi Musa as sebelum diangkat menjadi rasul.

Saat itu beliau memiliki kekurangan yang membuat bicaranya tidak begitu jelas (pelo). Kekurangan ini pasti akan membuatnya kesulitan saat menyampaikan ajaran Allah kepada umatnya. Maka dari itu, Nabi Musa as lantas memohon agar kekurangan tersebut disembuhkan pada saat diangkat sebagai rasul.

Doa Nabi Musa as kepada Allah SWT saat itu kemudian diabadikan di dalam Al-Qur’an surat Thaha ayat 25 – 28:

﴾28﴿ قَالَ رَ ب اشْرَحْ لِي صَدْرِي ﴿ 25 ﴾ وَيَ سرْ لِي أَمْرِي ﴿ 26 ﴾ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي ﴿ 27 ﴾ يفَْقَهُوا قَوْلِي

qāla rabbisyraḥ lī ṣadrī (25); wa yassir lī amrī (26); waḥlul ‘uqdatam mil lisānī (27); yafqahụ qaulī (28)

“Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepasakanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.”

Beberapa sifat jaiz rasul yang lainnya ialah:

  • Dapat merasakan haus dan membutuhkan minum
  • Bisa merasa lelah dan butuh waktu untuk tidur atau istirahat
  • Bisa meninggal dunia
  • Dapat menikah serta membina keluarga

Dari sifat kemanusiaan yang ada pada rasul, dapat disimpulkan bahwa Allah SWT sengaja memilih Nabi dan Rasul dari manusia, bukan malaikat. Dengan begitu, setiap syariat yang dibawa oleh para rasul bisa dijalankan oleh manusia lainnya.

Di luar sifat kemanusiaan yang umum, rasul juga mempunyai sifat jaiz lain yang agak spesial karena tidak akan dimiliki oleh manusia lain, yaitu Iltizamurrasul dan Ishmaturrasul.

Sifat Jaiz Iltizamurrasul

Iltizamurrasul merupakan sifat jaiz yang berarti selalu berkomitmen dengan yang mereka ajarkan. Para rasul akan bekerja serta berdakwah sesuai dengan arahan serta perintah Allah SWT. Meskipun tak jarang ada banyak halangan dan rintangan yang mereka terima dari orang-orang yang membencinya ketika berdakwah.

Akan tetapi, para rasul tetap berkomitmen dan tetap berada pada pendiriannya untuk menjalankan perintah Allah SWT. Inilah salah satu sifat jaiz rasul yang tidak mungkin ditemukan pada selain rasul.

Sifat Jaiz Ishmaturrasul

Ishmaturrasul bisa diartikan sebagai orang yang ma’shum. Maksudnya, setiap rasul terlindungi dari segala dosa serta kesalahan dalam memahami agama. Tak hanya itu, mereka selalu taat kepada Allah SWT dan menyampaikan wahyu-wahyu-Nya.

Dari penjelasan ini, bisa disimpulkan bahwa rasul adalah manusia yang sangat mulia tidak pernah melakukan dosa. Dan ketika berhadapan dengan tantangan atau halangan, para rasul akan selalu siap untuk menjalankan tugas yang diberikan Allah pada mereka.

Sifat jaiz ini selain memperlihatkan bahwa rasul memiliki kebiasaan yang sama dengan manusia lainnya juga menegaskan kedudukannya di mata Allah SWT sebagai manusia yang diangkat derajatnya.

Nah, sebagai umat Muslim tugas Grameds adalah meneladani sifat jaiz rasul serta meningkatkan amal baik.

Bagaimana Cara Memaknai Sifat Jaiz Rasul?

Agar dapat memaknai sifat jaiz pada setiap rasul, Grameds harus fokus pada fakta bahwa rasul juga dilahirkan sebagai manusia. Ini akan menjadi pondasi penting sebab dengan fokus pada kenyataan bahwa “rasul juga manusia” maka kamu dapat mencari kesamaan tanpa membantahnya sendiri dengan kata “tidak mungkin”.

Sebenarnya, atas kuasa Allah, setiap manusia punya kelebihannya masing-masing. Termasuk para rasul. Artinya jika kamu mendengar ada manusia yang memiliki kemampuan melebihi batas normal, ini merupakan hal yang wajar. Terlebih ketika Allah sudah berkehendak, kamu tidak akan bisa mencegah atau menolaknya dengan frasa “tidak mungkin”.

Nah, salah satu cara untuk memaknai sifat jaiz rasul adalah dengan melihatnya dalam batas sifat mustahil bagi rasul.

1. Menganggap Sifat Jaiz sebagai Sifat Kizzib

Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa Nabi Muhammad pernah mengajak bercanda seorang nenek. Pada saat itu, seorang nenek meminta kepada Rasul shallallahu alaihi wasallam untuk mendoakannya agar masuk surga. Kemudian rasul menjawab bahwa di surga tidak akan dimasuki oleh nenek-nenek.

Jawaban Nabi Muhammad tersebut sekilas terlihat seperti sebuah kebohongan, namun sebenarnya ini adalah salah satu sifat jaiz rasul yaitu rasa ingin bercanda dan mengikuti tradisi manusia.

Singkatnya, kamu harus fokus pada bagaimana seorang Nabi Muhammad juga dapat mengeluarkan candaan seperti manusia pada umumnya. Sebab seorang rasul mustahil memiliki sifat pembohong (kizzib).

2. Menganggap Sifat Jaiz sebagai Sifat Baladah

Baladah artinya bodoh, dan bodoh itu sendiri berarti dapat melakukan kesalahan. Sebagai manusia biasa, rasul juga pernah melakukan kesalahan karena ini termasuk sifat jaiz bagi mereka. Namun perlu digaris bawahi, kesalahan tersebut terjadi karena rasul bertindak sebelum menerima wahyu dari Allah SWT. Beberapa contoh kesalahan para rasul di antaranya:

Nabi Yunus yang Meninggalkan Kaumnya

Yang pertama adalah kisah Nabi Yunus yang meninggalkan kaumnya sendiri. Ini merupakan sebuah kesalahan yang kemudian menjadi berkah. Mengapa bisa begitu?

Jadi Nabi Yunus pernah memberikan nasehat agar kaumnya bertaubat sebelum bencana datang. Namun banyak orang tidak percaya bahwa bencana akan datang sehingga tidak ada sedikitpun keinginan untuk bertaubat.

Di sisi lain, dalam diri Nabi Yunus as muncul sifat jaiz yaitu perasaan ingin meninggalkan kaumnya. Sayang sekali, ketika beliau pergi meninggalkan kaumnya, Nabi Yunus justru dimakan oleh ikan paus. Setelah itu kaum Nabi Yunus pun bertaubat sehingga Allah tidak jadi mendatangkan bencana kepada mereka. Inilah berkah yang muncul atas sifat jaiz Nabi Yunus.

Nabi Muhammad Lupa Saat Shalat

Nabi Muhammad SAW juga pernah lupa saat shalat. Namun perlu ditegaskan bahwa “lupa” di sini bukan karena lalai atau pengaruh setan, melainkan karena Allah yang membuat beliau lupa agar dapat menjadi hukum bagi manusia lainnya. Dengan peristiwa ini, umat Nabi Muhammad tidak akan kesulitan ketika lupa saat mengerjakan shalat.

Dalam hal ini kemudian muncul pernyataan bahwa jika Nabi Muhammad bisa lupa, ada kemungkinan beliau pernah lupa dalam menyampaikan wahyu Allah. Faktanya tidak demikian, sebab Nabi Muhammad tidak lupa karena lalai melainkan atas kehendak Allah.

Peristiwa Negosiasi Nabi Muhammad dengan Allah saat Isra Mi’raj

Ketika Nabi Muhammad mengalami peristiwa Isra Mi’raj, beliau bertemu dengan Nabi Musa as setelah mendapatkan perintah Shalat dari Allah SWT. Keduanya lantas berdiskusi tentang jumlah shalat yang dianggap terlalu banyak dan terlalu berat bagi umatnya. Kemudian Nabi Muhammad bernegosiasi beberapa kali dengan Allah hingga kemudian jumlah rakaat shalat benar-benar diturunkan.

Ada sebagian pihak yang menganggap peristiwa ini seperti menunjukkan bahwa Nabi Muhammad memiliki sifat tidak mau menerima amanah. Padahal baik Nabi Muhammad maupun Nabi Musa merupakan rasul Allah yang patuh. Namun, saat mereka melihat umatnya, mereka akan melakukan yang terbaik demi kebaikan seluruh umat.

Kamu dapat membaca kisah-kisah lain dalam kehidupan Nabi Muhammad melalui buku Sirah Muhammad: Meneladani Jejak-Jejak Kehidupan Sang Rasul yang ditulis oleh Muhammad Husain Haikal.

https://www.gramedia.com/products/sirah-muhammad-meneladani-jejak-jejak-kehidupan-sang-rasul?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Sifat wajib dan Mustahil bagi Rasul

sifat jaiz rasul

Sumber: Pixabay

Sebagai utusan Allah SWT yang memiliki bertugas memberikan petunjuk, membawa kabar gembira, dan peringatan pada manusia, Rasul harus mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki manusia lainnya.

Salah satu kelebihan tersebut adalah sifat wajib dan sifat mustahil. Sifat-sifat tersebut melekat pada kepribadian para rasul dan menjadi bukti akan kerasulannya. Di samping itu, semua umat muslim yang beriman kepada para rasul Allah harus mencontohnya dalam kehidupan sehari-hari.

Sifat Wajib Rasul

1. Shidiq (صِدْقٌ)

Shidiq artinya selalu benar. Para rasul selalu berkata yang benar, baik benar dalam menyampaikan wahyu yang bersumber dari Allah SWT, maupun benar dalam perkataan-perkataan yang berhubungan dengan persoalan keduniaan.

2. Amanah (اَمَانَةٌ)

Amanah artinya dapat dipercaya. Para rasul senantiasa menjalankan tugas kenabiannya sesuai dengan tugas yang diberikan Allah SWT. kepadanya. Demi terlaksananya tugas itu, mereka selalu menjaga jiwa dan raganya dari perbuatan-perbuatan dosa sehingga kepercayaan umat manusia terhadap dirinya senantiasa terjaga.

3. Tabligh (تَبْلِغٌ)

Tabligh artinya menyampaikan perintah dan larangan, yaitu rasul selalu menyampaikan wahyu. Tidak ada satu pun ayat yang disembunyikan Nabi Muhammad saw dan tidak disampaikan kepada umatnya.

4. Fathonah (فَطَانَةٌ)

Fathonah artinya cerdas. Maksudnya para rasul memiliki kecerdasan dalam menjalankan amanah, tugas, dan tanggung jawab sebagai seorang rasul. Mereka mampu memahami persoalan umat sekaligus memberikan jalan keluarnya.

Mereka mampu menghadirkan hujjah atau argumentasi bagi orang-orang yang menentangnya. Mereka juga mampu menanamkan kebenaran ke dalam hati orang-orang yang masih ragu kepadanya.

Jika Grameds sudah berkeluarga, sebaiknya ajarkan sifat-sifat wajib Rasul kepada si kecil sejak dini. Tujuannya agar si kecil dapat meneladani dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi kebiasaan saat dia dewasa nanti. Untuk itu, Grameds dapat membaca buku seri Sifat Rasulullah SAW yang ditulis oleh Kak Rose.

https://www.gramedia.com/products/sifat-rasulullah-saw-shiddiq-boardbook?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Sifat Mustahil Rasul

1. Kidzib

Al-Kidzib artinya yakni berdusta. Mustahil bagi rasul untuk melakukan dusta atau bohong. Semua perkataan dan juga perbuatan rasul tidak pernah palsu dan mengada-ada.

2. Khiana

Khianah, artinya yaitu mustahil bagi rasul untuk berkhianat. Semua yang diamanatkan kepadanya pasti akan dilaksanakan.

3. Kitman

Kitman, berarti mustahil jika rasul menyembunyikan kebenaran. Setiap firman yang rasul terima dari Allah SWT pasti akan disampaikan kepada para umatnya.

4. Baladah

Baladah berarti mustahil apabila rasul itu bodoh. Rasulullah memanglah merupakan orang yang ummi (tak dapat membaca dan menulis) tetapi beliau diberikan anugerah kecerdasan yang luar biasa dari Allah SWT.

Semua sifat wajib dan sifat mustahil rasul dapat kita jadikan pelajaran selaku umatnya. Sebab, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya Allah memilih rasul dari bangsa manusia agar ajaran-Nya bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Demikian ulasan mengenai sifat Jaiz Rasul yang perlu kamu ketahui. Grameds bisa membaca buku-buku terkait dengan mengunjungi Gramedia.com agar kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gilang

Baca juga:

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika