in

Review Novel Jubah Kristus (The Robe) Karya Lloyd C. Douglas

Rating: 4.22

 

Novel Jubah Kristus (The Robe) yang memiliki ketebalan 944 halaman dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada 25 Februari ini 2018 ini menceritakan kisah tentang upaya seorang pria untuk mencari kebenaran di tengah tengah pusaran dunia yang penuh dengan korupsi dan perubahannya. Ia ingin mengalami perubahan dari seseorang yang penuh dengan keraguan menjadi seorang yang beriman. Novel ini merupakan cerita mendalam yang membahas tentang tentang kondisi psikologis dan emosional dari tokoh utama, Marcellus, seorang perwira Romawi. Semua ini dimulai ketika ia mendapatkan jubah Yesus Kristus melalui undian.

The Robe

button cek gramedia com

Marcellus, seorang Panglima Legiun Romawi yang bertugas menyalibkan Yesus, memenangkan jubah Yesus melalui undian bersama rekan-rekannya. Namun, setelah mengetahui kisah di balik Yesus, minatnya terbangkit dan dia memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang jubah tersebut serta Yesus dari Nazaret. Pencarian Marcellus membawanya ke pusat perkembangan awal Kekristenan di zaman Romawi kuno, di tengah penganiayaan oleh Kaisar Caligula yang kejam dan paranoid akan ancaman terhadap kekuasaannya.

Bagaimana? Apakah kamu penasaran dengan kelanjutan cerita Marcellus? Sebelum kamu memutuskan untuk memiliki buku ini, ada baiknya kamu membaca ulasan tentang buku ini terlebih dahulu. Mari, sebelum kita menyelami ulasan lebih lengkap, kita kenalan dulu dengan penulis dari novel Jubah Kristus (The Robe), Lloyd C. Douglas terlebih dahulu, yuk!

Profil Lloyd C. Douglas – Penulis Novel Jubah Kristus (The Robe)

Lloyd Cassel Douglas (27 Agustus 1877 – 13 Februari 1951) adalah seorang pendeta dan penulis Amerika. Meskipun tidak menulis novel pertamanya hingga usia 50 tahun, ia menjadi salah satu penulis Amerika paling populer pada masanya. Douglas lahir di Columbia City, Indiana, dan dibesarkan di berbagai kota seperti Monroeville, Wilmot, dan Florence, Kentucky, di mana ayahnya, Alexander Jackson Douglas, adalah pendeta di Gereja Lutheran Hopeful.

Douglas memperoleh gelar A.M. dari Wittenberg College (sekarang Wittenberg University) di Springfield, Ohio, pada tahun 1903 dan kemudian ditahbiskan dalam pelayanan Lutheran. Ia melayani di berbagai gereja di North Manchester, Indiana; Lancaster, Ohio; dan Washington, D.C. Setelah ditahbiskan, Douglas menikah dengan Bessie I. Porch dan memiliki dua anak perempuan, Bessie J. Douglas dan Virginia V. Douglas.

Dari tahun 1911 hingga 1915, Douglas menjabat sebagai direktur pekerjaan keagamaan di University of Illinois Urbana-Champaign, dan kemudian sebagai pendeta di The First Congregational Church di Ann Arbor, Michigan. Pada tahun 1920, ia pindah ke Akron, Ohio, untuk menjadi pendeta utama di First Congregational Church of Akron hingga tahun 1926, lalu pindah ke Los Angeles, California, dan terakhir ke St. James United Church di Montreal, Quebec.

Douglas pensiun dari pelayanan untuk menulis secara penuh waktu. Novel pertamanya, Magnificent Obsession, diterbitkan pada tahun 1929 dan langsung sukses. Karya-karyanya dianggap sebagai bagian dari tradisi tulisan religius besar sebelumnya, seperti Ben-Hur dan Quo Vadis. Novel-novel lainnya termasuk Forgive Us Our Trespasses, Precious Jeopardy, Green Light, White Banners, Disputed Passage, Invitation To Live, Doctor Hudson’s Secret Journal, The Robe, dan The Big Fisherman.

Sinopsis Novel Jubah Kristus (The Robe)

The Robe

button cek gramedia com

Karena masih berusia lima belas tahun dan dalam masa pertumbuhan, Lucia jarang merenung. Namun, pagi ini dia merasa terbebani dengan rasa tanggung jawab. Semalam, ibunya, yang biasanya hanya membahas hal-hal sepele, mengajak Lucia untuk mendiskusikan kemungkinan akibat dari komentar sembarangan ayahnya di Senat kemarin. Mendapat kepercayaan ini, Lucia merasa tersanjung.

Seperti seorang perempuan dewasa, dia menyatakan bahwa Pangeran Gayus tidak akan mampu berbuat apa-apa tentang hal itu. Namun, setelah tidur, Lucia mulai merasa gelisah. Gayus mungkin tidak akan memperdulikan komentar panas ayahnya tentang pemborosan dalam pemerintahannya yang salah urus, kalau saja sebelumnya ayahnya tidak menyebabkan masalah bagi keluarga Gallio. Tetapi ada kesulitan lain yang hanya diketahui oleh dirinya dan Diana. Sekarang mereka harus berhati-hati, atau mereka semua akan menghadapi masalah besar.

Kicauan burung di pagi hari membangunkan Lucia. Dia belum terbiasa dengan suara kepak sayap dan kicauan mereka, karena burung-burung itu datang lebih cepat dari biasanya. Musim semi telah tiba sebelum bulan Februari berlalu. Lucia terbangun dan mengingat kegelisahannya sebelum tidur semalam. Perasaan itu masih ada, seperti sakit gigi. Sambil berpakaian dengan tenang agar tidak membangunkan Tertia yang masih tertidur nyenyak di bilik sebelah dan pasti akan panik saat menemukan tempat tidur majikannya kosong, Lucia melangkah tanpa suara.

Dia melintasi lantai berlapis mosaik indah yang terbentang dari kamar tidurnya menuju ruang tamu, melewati lorong panjang, dan menuruni anak tangga lebar menuju bangsal luas yang menghadap deretan pilar. Di situ, dia berhenti sejenak, menutupi matanya dari sinar matahari. Sudah lebih dari setahun, Lucia menyadari tubuhnya yang semakin tinggi dan perubahan fisiknya menuju kedewasaan.

Namun, di tengah hamparan mosaik luas ini, dia selalu merasa kecil dan tidak berarti. Segala sesuatu di serambi luas dengan pilar-pilar megah ini seakan membuatnya kerdil. Pilar-pilar pualam menjulang tinggi dan patung-patung megah menopang atap-atap yang tertata rapi, dengan air yang mengalir anggun di air mancur berkilauan. Berapapun usianya, Lucia akan selalu merasa seperti anak kecil di tempat ini.

Lucia tidak merasa lebih dewasa saat melangkah di lantai bermotif indah itu, melewati Servius yang wajahnya sudah berkerut dan berwarna tembaga sejak Lucia masih kecil. Dengan gerakan jari dan senyum manisnya, Lucia membalas sapaan budak tua yang menyentuhkan bilah tombak ke dahi keriputnya itu. Dia terus melanjutkan langkahnya ke pergola tempat ini adalah tempat yang dipenuhi tanaman merambat di ujung serambi berbentuk persegi.

Di sana, Lucia bersandar dengan lengan terlipat di langkan pualam yang menghadap taman bertingkat, teras yang diliputi tumbuhan merambat, kolam berlapis ubin, dan pemandangan kota serta sungai yang memukau. Gadis itu sedang memutuskan apakah ia harus memberitahu Marcellus atau tidak. Kakaknya itu tentu akan sangat marah, dan kalau dia sampai bertindak, masalah mereka akan semakin rumit. Bagaimanapun, seseorang dalam keluarga harus diberitahu tentang posisi mereka di mata Gayus, sebelum mengambil risiko apa pun.

Lucia berpikir, kecil kemungkinan dia bisa bicara empat mata dengan kakaknya sebelum siang. Marcellus telah menghadiri Pesta Perjamuan Panglima Militer dan mungkin tidak akan bangun sebelum tengah hari. Namun Lucia harus secepat mungkin memantapkan tekadnya untuk melakukan sesuatu. Sekarang dia menyesal mengapa tidak menceritakannya kepada Marcellus sejak musim panas lalu, segera setelah kejadian itu.

Bunyi langkah sandal membuat gadis itu menoleh. Decimus, si kepala pelayan, mendekat bersama Makedonia yang mengikuti sepasang gadis kembar yang membawa nampan-nampan perak. Sambil membungkuk dalam-dalam, Decimus menanyakan apakah sang majikan ingin sarapannya disediakan di sana. “Kenapa tidak?” sahut Lucia asal-asalan. Decimus memberikan perintah kepada kedua gadis kembar tadi, yang segera menyiapkan meja.

Lucia memperhatikan gerakan anggun mereka dengan rasa ingin tahu sekaligus geli, seolah sedang mengamati ulah sepasang anak anjing terrier. Kedua gadis itu cantik, sedikit lebih tua dari dirinya, meskipun lebih pendek. Mereka sama-sama gesit dan berpotongan tubuh indah, serta sangat mirip seperti pinang dibelah dua. Ini adalah pertama kali Lucia melihat keduanya bertugas, karena mereka baru dibeli satu minggu sebelumnya. Sepertinya Decimus, yang melatih mereka.

Kelebihan dan Kekurangan Novel Jubah Kristus (The Robe)

The Robe

button cek gramedia com

Pros & Cons

Pros
  • Ditulis secara baik dan penuh dengan ketelitian.
  • Pengetahuan penulis yang sangat kaya.
  • Penggambaran alur cerita yang sangat baik dan detail.
  • Pembawaan karakter yang sangat baik.
  • Percakapan antar karakter dibuat dengan sangat detail dan rinci. 
Cons
  • Tersegmentasi untuk pembaca yang beragama Kristen.
  • Jumlah halaman yang terlalu banyak.

Kelebihan Novel Jubah Kristus (The Robe)

The Robe

button cek gramedia com

Novel Jubah Kristus (The Robe) ini memiliki banyak sekali kelebihan. Buku ini ditulis dengan baik dan diteliti secara mendalam. Bercerita tentang seorang Perwira Romawi, Marcellus Gallio, yang sudah memenangkan jubah Kristus sebagai hadiah judi setelah penyaliban. Tulisan Douglas sangat kaya, terutama dalam deskripsinya. Orang-orang, bangunan, dan lanskap terasa seolah-olah bisa dijangkau melalui halaman-halaman buku ini.

Terutama ketika dia menggambarkan perjalanan panjang melalui padang pasir dan daerah chaparral di Yudea, saking bagusnya penggambaran cerita ini pembaca bisa merasakan tenggorokan mereka kering seperti para pria yang sedang berjalan melalui padang pasir itu. Karakter-karakter dalam The Robe juga digambarkan dengan sangat baik sehingga pembaca bisa merasa simpati dan terikat dengan masing-masing dari mereka.

Karakter-karakternya luar biasa, terutama tokoh utama Marcellus sangat menonjol. Bukan hanya karena karakter-karakternya terasa nyata, tetapi juga karena transformasi mereka sepanjang buku. Douglas juga memiliki keterampilan yang luar biasa dalam merangkai cerita dan percakapan yang brilian dan detail

Kekurangan Novel Jubah Kristus (The Robe)

The Robe

button cek gramedia com

Walaupun novel Jubah Kristus (The Robe) ini memiliki kelebihan, buku ini tetap tidak luput dari kekurangan. Salah satunya adalah ceritanya tersegmentasi untuk pembaca yang beragama Kristen, sehingga mungkin kurang menarik bagi pembaca dari latar belakang agama atau budaya lain. Selain itu, jumlah halaman yang terlalu banyak bisa menjadi tantangan tersendiri, karena membuat beberapa pembaca merasa kesulitan untuk menyelesaikannya. Hal ini mungkin membuat buku ini tampak terlalu panjang dan bertele-tele bagi sebagian orang.

Selain novel Jubah Kristus (The Robe), Gramin juga sudah menyiapkan rekomendasi buku-buku menarik yang hanya ada di Gramedia.com, di bawah ini. Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu siap memberikan informasi terlengkap dan terbaik untuk kamu. Selamat membaca!

Penulis: Gabriel

 

Rekomendasi Buku

PADA SUATU HARI

PADA SUATU HARI

button cek gramedia com

Novel ini mengisahkan persahabatan tiga pemuda Bandung pada tahun 1960-an. Perbedaan latar belakang budaya dan status ekonomi tidak menghalangi mereka untuk mengalami kebersamaan sebagai warga Kota Bandung. Pengarang mengangkat kisah Lugud, yang jatuh-bangun mencintai mojang Naida, adik kandung Sanusi dari keluarga “gedongan” masa itu. Norma agama dan tradisi budaya Sunda mencengkeram kisah cinta tak bersambut itu. Neng Naida menolak cinta Lugud meskipun kelak disesali setengah mati. Lugud hanya bisa menggerutu berkepanjangan karena kehabisan kiat menghidupkan kembali hubungan mereka.

Buku ini juga mengajak pembaca untuk kembali ke suasana Kota Bandung pada masa tahun 1960-an dulu, mulai dari tempat, karakter warga, dan lain-lain. Semua diulas menjadi sebuah kisah yang dikemas apik dan tidak membosankan untuk dibaca.

Kitab Negara Kertagama

Kitab Negara Kertagama

button cek gramedia com

Kitab Negara Kertagama bisa dikatakan sebuah kitab sejarah yang tak akan pernah lekang oleh waktu. Karena merupakan warisan sejarah masa lalu, yang mengajarkan kehidupan dari berbagai aspek kehidupan terutama dalam sosial-politik. Selain itu kitab ini juga dapat dikatakan sebagai tonggak sejarah lahirnya sebuah negara Indonesia. Meskipun sejarah seringkali terlupakan oleh generasi sesudahnya, namun dengan hadirnya buku ini mencoba menggali kembali mutiara dalam sejarah. Dengan adanya terjemahan dalam bahasa Indonesia, buku ini diharapkan dapat terus dipelajari oleh siapapun khususnya bagi generasi muda.

Memahami Bahasa Agama

Memahami Bahasa Agama

button cek gramedia com

Memahami kehendak Tuhan dalam kitab suci tidak pernah sepi dalam konstruksi mental yang netral. Penafsiran pun senantiasa diwarnai konstalasi klaim-klaim kebenaran. Namun karena isfata, pemahaman, dan pengetahuan manusia bersifat partikular, pencarian makna final dari teks-teks Tuhan dalam sejarah tidak pernah berakhir.

Buku ini mengklarifikasi asumsi-asumsi yang tidak pernah kita sadari ketika kita membaca, merenungi, dan berdialog dengan teks kitab suci. Dengan begitu, penulisnya menggugat ideologi kita tentang kebenaran, sekaligus menelanjangi chauvinisme kita terhadap orang lain.

Sumber:

  • https://www.goodreads.com/book/show/38401848-the-robe—jubah-kristus
  • https://www.google.co.id/books/edition/Jubah_Kristus_The_Robe/gqJPDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=The+Robe&pg=PA7&printsec=frontcover

 

Written by Gabriela

Hai, saya Gabriel. Saya mengenal dunia tulis menulis sejak kecil, dan saya tahu tidak akan pernah lepas dari itu. Sebab, segala informasi yang kita dapat setiap hari, salah satunya berbentuk tulisan. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya untuk bisa turut memberikan informasi melalui tulisan saya.

Membuat karya tulis akan selalu menyenangkan bagi saya, karena saya bisa terus belajar melalui kata-kata. Setiap kali menulis, saya akan terlebih dahulu membaca sumber untuk memperoleh informasi yang tepat. Keseluruhan proses merangkai kata tersebut adalah proses pembelajaran yang tak berkesudahan.

Saya suka menulis review buku, karena setiap buku menyajikan dunia yang baru dan memberikan banyak pengetahuan baru. Saya juga suka menulis tentang dunia kuliner dan trivia, karena ada banyak fakta unik, tips, dan juga trik yang bisa saya coba praktikkan.

Keahlian
Review buku
Kuliner
Trivia

Pendidikan
Universitas Multimedia Nusantara

Linkedin: Gabriela Estefania
Instagram: @gaby_tandean