in

Review Novel Tragedi Pedang Keadilan Karya Keigo Higashino

Tragedi Pedang Keadilan hanya satu dari sekian banyak karya Keigo Higashino yang menyoroti celah hukum dalam memberikan keadilan bagi keluarga korban. Masih mengusung tema pembunuhan yang tragis, novel ini mengemas perjuangan seorang ayah dalam mencari keadilan bagi putrinya yang dibunuh dengan tidak adil.

Grameds, kalau kamu sudah familier dengan novel Keigo Higashino, tentu tahu kalau penulis cerita detektif ini sering menggunakan format inverted detective story. Jadi, sejak awal cerita, kita sudah diberi tahu siapa sang pembunuh dan seperti apa kronologi pembunuhannya.

Pola ini banyak digunakan dalam novel-novel kriminal karya Keigo Higashino, seperti novel Kesetiaan Mr. X (The Devotion of Suspect X). Format inverted detective story ini tidak membuat kita penasaran dengan identitas sang pelaku, tetapi terpacu mengikuti investigasi penyelidik untuk memburu pembunuh yang cerdik. Melalui pola ini, kita akan melihat aksi kejar-kejaran antara tokoh detektif dengan sang pembunuh.

Selain terkenal karena menggunakan pola yang unik, karya-karya Keigo juga dikenal gemar menyorot isu-isu sosial dalam masyarakat. Sudut pandang tentang ketidakadilan kepada korban menjadi salah satu isu yang diangkat, seperti dalam novel Tragedi Pedang Keadilan yang pertama kali dirilis pada 1 Desember 2004.

Novel bergenre crime, mystery, dan thriller ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada 8 Januari 2024, Grameds. Dengan total 464 halaman, novel yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama ini siap menyapa penggemar cerita detektif di tanah air.

Sebagai salah satu karya terbaik Keigo Higashino, novel Tragedi Pedang Keadilan ini sudah tiga kali diadaptasi ke layar lebar. Cerita kriminal ini diangkat menjadi film Jepang dan drama seri yang tayang di saluran televisi Jepang. Kepopuleran novel ini terus memuncak dan akhirnya diadaptasi menjadi film Korea berjudul Broken (2014).

Film Broken dibintangi oleh aktor kenamaan Korea Selatan, yaitu Jung Jae-young yang tampil bersama jajaran pemain bintang lainnya. Nah, sekarang kamu sudah penasaran apa saja alasan di balik kepopuleran novel ini, ‘kan? Sebelum kita mengupas kelebihan dan kekurangan novel Tragedi Pedang Keadilan, mari kenalan dulu sama penulisnya, Grameds.

Profil Keigo Higashino, Penulis Novel Kriminal dari Jepang

Sumber: South China Morning Post

Keigo Higashino bukan nama yang asing bagi industri novel di Jepang. Penulis yang dikenal berkat novel fiksi kriminal ini lahir di Osaka pada tahun 1958. Namun, siapa sangka kalau Keigo merupakan lulusan jurusan teknik.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Penulis yang berbakat menulis cerita kriminal ini ternyata lulusan Fakultas Teknik di Universitas Prefektur Osaka. Pada awalnya pun, Keigo menekuni profesi sebagai insinyur di perusahaan DENSO yang dulu bernama Nippon Denso Co. Akan tetapi, Keigo meninggalkan pekerjaannya setelah karier menulisnya melejit dan sukses menerima penghargaan bergengsi.

Keigo memang sudah gemar menulis novel sejak masih bekerja sebagai insinyur. Lalu, novel pertamanya yang berjudul H?kago (After School) mendapatkan penghargaan Edogawa Rampo Prize pada tahun 1985. Kala itu, usianya baru 27 tahun, tetapi Keigo berhasil membawa pulang penghargaan untuk karya misteri terbaik.

Di tahun 1999, novel Himitsu (The Secret) karya Keigo Higashino kembali menerima penghargaan Mystery Writers of Japan Inc. Karier kepenulisan Keigo kian melejit ketika salah satu novel terbaiknya yang berjudul Y?gisha X no Kenshin (The Devotion of Suspect X) meraih  Hadiah Naoki ke-134.

Karya-karya Keigo selanjutnya pun selalu berhasil masuk jajaran novel best seller dan meraup banyak pembaca, seperti novel Tragedi Pedang Keadilan yang sukses terjual lebih dari 1,7 juta eksemplar di Jepang. Tak heran kalau Keigo disebut-sebut sebagai penulis terbaik yang dimiliki oleh Jepang.

Sinopsis Novel Tragedi Pedang Keadilan Karya Keigo Higashino

Novel bergenre kriminal ini mengikuti kisah seorang ayah yang berjuang mati-matian dalam mencari keadilan untuk putri satu-satunya. Kisahnya membingkai kehidupan Nagamine Shigeki, seorang duda yang ditinggal mati oleh sang istri.

Nagamine hanya hidup berdua dengan putrinya, Ema. Akan tetapi, Ema pergi menonton festival musim panas di suatu malam dan tak pernah kembali lagi. Ema baru kembali pada sang ayah dalam kondisi yang mengenaskan, yaitu sudah menjadi mayat. Mayat Ema ditemukan di sungai dan memicu kesedihan yang sangat mendalam pada batin Nagamine.

Nagamine pun terpuruk selama menunggu penyelidikan selesai dilakukan. Selama hari-hari kelam itu, Nagamine mendapat panggilan telepon dari seseorang yang memberinya sebuah informasi tentang lokasi pembunuhan Ema dan para pelakunya. Isi informasi itu menyebut nama sebuah apartemen dan Nagamine nekat menyusup ke sana demi mencari kebenaran. Namun, Nagamine melihat kebenaran pahit melalui kaset yang berisi video rekaman pemerkosaan dan pembunuhan Ema.

Duka yang masih tertinggal di batin Nagamine meledak menjadi amarah ketika ia tahu bahwa para pelaku pembunuhan tersebut adalah anak-anak di bawah umur. Nagamine sangat takut kalau para pelaku hanya akan menerima hukuman ringan karena masih di bawah umur.

Tentu saja hal ini sangat tidak sebanding dengan kejahatan mereka. Berakar dari dendam inilah, Nagamine bertekad mengadili para pelaku dengan tangannya sendiri. Namun, apakah hukum akan memihak pada Nagamine Shigeki yang ingin menghukum dengan cara dan sudut pandangnya sendiri?

Kelebihan dan Kekurangan Novel Tragedi Pedang Keadilan Karya Keigo Higashino

Pros & Cons

Pros
  •   Menyorot kelemahan hukum dalam memberi hukuman yang setimpal bagi pelaku di bawah umur.
  • Mengandung kritikan terhadap hukum pidana anak di Jepang.
  • Menampilkan kasih sayang orang tua yang tulus dari dua sudut pandang berbeda.
  • Memuat pesan moral yang sangat mendalam terkait hukum, kasih sayang orang tua, dan kenakalan remaja.
  • Bagian klimaks cerita disusun dengan ciamik sehingga menguras emosi pembaca.
  • Ada plot twist yang mengejutkan meski ceritanya memakai format inverted detective story dan fokus pada suspense thriller.
  • Penjelasan hukum, tata cara, sistem, dan pengadilan dibuat dengan detail.
Cons
  • Banyak adegan yang patut mendapat label trigger warning karena memuat unsur kekerasan seksual, kenakalan remaja, dan pembunuhan.
  • Mengangkat isu kekerasan seksual yang dilakukan anak-anak di bawah umur sehingga cukup sensitif bagi pembaca yang belum dewasa.

Kelebihan Novel Tragedi Pedang Keadilan Karya Keigo Higashino

Sebagai catatan awal, novel Tragedi Pedang Keadilan memuat unsur-unsur kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur. Oleh karena itu, cerita ini dapat memicu reaksi negatif atau perasaan tidak nyaman bagi pembaca yang mudah sensitif terhadap isu tersebut.

Akan tetapi, novel ini dengan lihai menyorot kelemahan dalam sistem hukum pidana bagi pelaku di bawah umur. Seperti yang kita tahu, pelaku kejahatan di bawah umur biasanya mendapat hukuman yang ringan, bahkan hanya sekadar rehabilitasi. Di sisi lain, kenakalan dan kejahatan remaja terkadang bukan sesuatu yang sepele, bahkan menjurus ke perbuatan keji.

Isu sosial inilah yang digambarkan oleh Keigo dalam novel Tragedi Pedang Keadilan melalui kisah Nagamine Ema yang tewas terbunuh dengan tragis. Ema tak hanya dibunuh, tetapi lebih dulu diculik oleh tiga siswa sekolah menengah di malam festival, diperkosa, dan akhirnya dibunuh.

Bagi pembaca yang sensitif terhadap kasus seperti ini, bagian awal menuju pertengahan akan sangat menguras emosi. Kita diajak melihat kasus pembunuhan Ema dari sudut pandang sang ayah, Nagamine Shigeki. Tentu saja, menyikapi kasus keji ini dari sudut pandang orang tua akan meninggalkan luka mendalam.

Selain karakter Nagamine Shigeki, kita akan diajak berkenalan dengan side character dari sosok polisi dan tersangka. Akan tetapi, novel Keigo kali ini memang lebih fokus pada tokoh utama Nagamine Shigeki yang bertekad mengadili para pelaku dengan hukum versinya sendiri.

Dari sudut pandang Shigeki, kita akan melihat kasih sayang seorang ayah yang kadang menjadi bumerang dan berada di jalan yang salah. Ya, Shigeki bertindak impulsif dengan cara mengadili pembunuh putrinya yang sebenarnya merupakan tugas polisi dan pengadilan. Di satu sisi, ada sudut pandang dari orang tua tersangka yang juga keliru karena berusaha melindungi anak yang jelas terbukti bersalah.

Dinamika plot dan sudut pandang ini cukup mengiris hati, Grameds. Apalagi Keigo tak luput menyelipkan kritikan terhadap hukum pidana di Jepang. Di balik kritikan yang tajam ini, Keigo dengan detail menjelaskan alur hukum, proses dakwaan, dan sistem pidana bagi pelaku di bawah umur. Jadi, latar hukum dalam novel ini tidak terkesan seperti tempelan saja, tetapi  menjadi bahan edukasi bagi pembaca.

Oleh sebab itu, pesan moralnya pun tersampaikan dengan cukup kuat dan membekas di ingatan. Apalagi kita akan disuguhkan dengan alur yang intens, menegangkan, dan emosional sehingga ceritanya bisa dibilang cukup page turner. Klimaks cerita juga cukup memuaskan, terlebih lagi Keigo tak lupa memberikan plot twist di bagian akhir.

Kekurangan Novel Tragedi Pedang Keadilan Karya Keigo Higashino

Meski bagian awal menuju pertengahan disusun dengan apik sehingga ceritanya cukup page turner, tetapi ada beberapa bagian yang terasa agak jenuh. Hal ini karena novel Tragedi Pedang Keadilan ini banyak membahas persoalan hukum dan kerumitannya.

Di sisi lain, pola inverted detective story yang memberikan kesan suspense tak terasa gagal menghadirkan sisi mengerikan. Namun, bagi sebagian pembaca mungkin penerapan pola ini akan mengurangi kesan teka-teki dan misteri. Hal ini sebenarnya terbayarkan oleh plot twist dan klimaks yang dihadirkan oleh Keigo.

Nah, aspek yang mungkin kurang dalam novel ini adalah penggambaran adegan-adegan kekerasan dan pembunuhan yang eksplisit. Bagi pencinta novel kriminal, hal ini bisa menjadi poin menarik, ya. Akan tetapi, bagi pembaca secara umum, adegan kekerasan yang merenggut nyawa anak di bawah umur dapat memicu perasaan sedih dan gelisah.

Di sisi lain, pengembangan dan penggambaran tiap karakter dalam novel ini sudah baik, tetapi dapat dikembangkan dengan lebih maksimal. Nah, ending dari novel ini mungkin tidak memuaskan bagi sebagian pembaca, tetapi sebenarnya cukup realistis mengingat Keigo sangat mengkritisi hukum pidana anak di Jepang.

Pesan Moral dalam Novel Tragedi Pedang Keadilan

Novel ini membuka ruang bagi kita untuk mempertanyakan arti “pedang keadilan” yang sesungguhnya. Di mata para polisi atau detektif, keadilan harus mengikuti hukum yang berlaku di negara. Akan tetapi, hukum buatan manusia tidaklah sempurna sehingga masih menyisakan banyak celah. Celah inilah yang membuat para pelaku terkadang tidak diadili dengan layak dan korban tidak mendapat keadilan.

Para polisi dalam novel ini pun bimbang saat Nagamine berubah menjadi “jahat” dalam pandangan hukum karena mengadili para pelaku dengan caranya sendiri. Di sisi lain, mereka dapat memahami betapa hancurnya hati Nagamine karena hukum tidak memberikan keadilan yang layak bagi putrinya.

Grameds, kalau kamu menyukai novel kriminal dengan pesan mendalam terhadap isu sosial, novel ini bisa menjadi bacaan yang tepat. Jika kamu ingin bacaan yang menantang dan penuh ketegangan, tentu saja novel Tragedi Pedang Keadilan akan memberikan sensasi yang menguras perasaan.

Grameds, langsung saja bawa pulang novel ini agar kamu bisa memeluknya. Gramedia selalu setia menjadi #SahabatTanpaBatas yang memberikan buku-buku berkualitas dan asli dari penulis terbaik agar kamu dapat #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gheani

Rekomendasi Novel Kriminal Karya Keigo Higashino

(Devotion of Suspect X) Kesetiaan Mr. X

Devotion of Suspect X (Kesetiaan Mr. X)

Ketika si mantan suami muncul lagi untuk memeras Yasuko Hanaoka dan putrinya, keadaan menjadi tak terkendali, hingga si mantan suami terbujur kaku di lantai apartemen. Yasuko berniat menghubungi polisi, tetapi mengurungkan niatnya ketika Ishigami, tetangganya, menawarkan bantuan untuk menyembunyikan mayat itu. Saat mayat tersebut ditemukan, penyidikan Detektif Kusanagi mengarah kepada Yasuko. Namun sekuat apa pun insting detektifnya, alibi wanita itu sulit sekali dipatahkan. Kusanagi berkonsultasi dengan sahabatnya, Dr. Manabu Yukawa sang Profesor Galileo, yang ternyata teman kuliah Ishigami. Diselingi nostalgia masa-masa kuliah, Yukawa sang pakar fisika beradu kecerdasan dengan Ishigami, sang genius matematika. Ishigami berjuang melindungi Yasuko dengan berusaha mengakali dan memperdaya Yukawa, yang baru kali ini menemukan lawan paling cerdas dan bertekad baja.

Malice – Catatan Pembunuhan Sang Novelis

Malice - Catatan Pembunuhan Sang Novelis

Novelis laris Hidaka Kunihiko ditemukan tewas di rumahnya pada malam sebelum ia meninggalkan Jepang untuk pindah ke Kanada. Tubuhnya ditemukan di ruang kerjanya yang terkunci di rumahnya yang juga terkunci oleh istri dan sahabatnya. Keduanya punya alibi kuat. Mungkin. Detektif Kaga Kyoichiro yang menyelidiki kasus pembunuhan tersebut menemukan bahwa hubungan Hidaka dengan sang sahabat, Nonoguchi Osamu, tidak seperti yang diceritakan oleh Nonoguchi. Tapi pertanyaan yang paling mengusik Kaga bukanlah siapa atau bagaimana, melainkan kenapa. Dari situlah sang detektif dan sang pembunuh bertarung membeberkan kebenaran tentang masa lalu dan masa kini versi masing-masing. Dan jika Kaga gagal menguak motif sang pembunuh yang sebenarnya, kebenaran takkan terungkap seutuhnya.

Angsa dan Kelelawar

Mereka berada tepat di perbatasan hitam dan putih, bagaikan cahaya dan bayangan, siang dan malam, angsa dan kelelawar. Mereka tidak seharusnya bertemu, tidak seharusnya berhubungan baik. Namun, takdir berkata lain. Dalam semalam, hidup Shiraishi Mirei dan Kuraki Kazuma berubah. Ayah Mirei berakhir menjadi mayat dan ayah Kazuma berakhir menjadi pembunuh. Shiraishi Kensuke ditemukan tewas ditikam dalam mobil. Mengingat profesinya sebagai pengacara, mungkin saja ada orang yang mendendam padanya. Namun, Mirei yakin sang ayah adalah sosok yang dihormati karena selalu tulus dan jujur dalam bekerja. Sementara itu, Kazuma sama sekali tidak percaya ketika ayahnya, Kuraki Tatsuro, yang pendiam mengaku sebagai pembunuh Kensuke. Terlebih lagi ketika ia diberitahu bahwa ini bukan pertama kalinya sang ayah membunuh seseorang. Semua bukti sangat meyakinkan, tetapi Mirei dan Kazuma tidak mampu menyingkirkan keraguan dalam hati mereka. Salah satunya adalah keluarga korban yang sedang berduka, sementara yang lain adalah keluarga pembunuh. Mereka bagaikan angsa dan kelelawar, tetapi memutuskan bekerja sama untuk mencari kebenaran… tanpa menyadari adanya kenyataan lain yang jauh lebih menyakitkan.

Written by Adila Verni