in

Review Novel Bu Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini Karya Boy Candra

Novel Bu, Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini mungkin akan terlalu sensitif bagi sebagian pembaca, terutama mereka yang menghadapi kehilangan atau belum berdamai dengan luka di masa lalu. Kisah yang sejak awal terbalut oleh kesedihan ini memotret seorang anak laki-laki yang tiap hari berkelahi dengan pikirannya sendiri. Sosok ibu yang telah tiada menyisakan ruang kosong dalam benak anak laki-laki itu.

Namun, tampaknya cerita si anak laki-laki bukan kisah yang langka. Dalam kehidupan sehari-hari, cerita serupa juga kita jumpai pada kehidupan orang lain, bahkan mungkin diri kita sendiri. Kisah tentang kerinduan pada sosok yang tiada ini pun membingkai sisi lain, yaitu laki-laki tua yang hidup bersama pasangannya di masa pensiun. Sosok anak yang hadir di hidupnya, tapi berada di perantauan kembali menyisakan rindu yang mendalam.

Bu Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini

Baik manusia dewasa atau yang masih remaja, kerinduan pada sosok orang tua tidak akan pernah sirna. Pesan ini hendak disampaikan sang penulis melalui bukunya yang puitis.

Bicara soal buku dengan gaya puitis, itu sudah menjadi ciri khas Boy Candra sebagai penulis yang gemar menuliskan kisah-kisah cinta. Grameds, kalau kamu akrab dengan karya-karya Boy Candra, pasti sudah tidak asing dengan diksi-diksi puitisnya yang menyayat hati, ‘kan? Nah, novel bergenre slice of life ini kembali menjanjikan permainan diksi yang ciamik, seperti novel-novel Boy sebelumnya.

Walau dipenuhi diksi-diksi patah hati, buku ini cocok diajak menjadi teman minum teh atau bacaan pengisi waktu luang. Dengan total 144 halaman, buku yang membalut dua kisah sederhana ini dapat dibaca dalam sekali duduk. Novel Bu, Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini juga sudah terbit sejak 17 Agustus 2023 di penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia.

Kamu bisa memeluk buku ini di toko buku terdekat atau langsung membelinya di situs gramedia.com. Grameds, kamu sudah penasaran apa saja keunggulan dan keunikan novel ini, ‘kan? Nah, sebelum kita mengupasnya secara mendalam, simak dulu rekam jejak penulisnya di dunia kepenulisan, yuk!

 

Profil Boy Candra, Penulis Berbakat dengan Segudang Karya

sumber: grasindo

Penulis yang terkenal dengan diksi-diksi romantisnya ini sudah mengeluarkan banyak karya bertema patah hati dan kehidupan. Dikenal sebagai penulis yang pandai memainkan kata-kata, Boy Candra telah memulai karier menulisnya di tahun 2013. Lewat novel debut Origami Hati yang diwarnai pengkhianatan dan perjalanan cinta, Boy Candra berhasil menarik hati pembaca kisah-kisah romansa.

Sebelum terjun sebagai penulis novel, Boy Candra sudah aktif menuliskan isi hati dan imajinasinya pada blog pribadi. Pria kelahiran 21 November 1989 di Sumatera Barat ini telah jatuh cinta pada puisi sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Tak heran jika karya-karya Boy menghadirkan diksi melankolis yang menyentuh hati.

Kecintaan Boy pada puisi mendorongnya konsisten menulis sejak tahun 2011. Kini Boy dikenal sebagai salah satu penulis best seller di Indonesia. Karya-karya Boy Candra tak hanya mendapatkan banyak penggemar, tetapi juga sukses difilmkan. Novel Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi diadaptasi ke layar lebar dengan aktor Jefri Nichol sebagai pemeran utama.

Karya-karya Boy Candra yang lain juga memuat kisah patah hati, romansa masa muda, dan cerita kehidupan yang relate bagi pembaca. Sebut saja novel Catatan Pendek untuk Cinta yang Panjang, Malik & Elsa, hingga Cinta Paling Rumit. Sebelum menerbitkan puluhan novel seperti sekarang, Boy juga mengalami berbagai penolakan dari penerbit.

Review Buku: The Architecture of Love | Point of View

Namun, akhirnya ia sukses memulai debut novelnya di tahun 2013. Perjalanan menulis Boy Candra dari awal karier memang inspiratif, ya, Grameds. Novel terbarunya yang akan kita akan bahas pun tak kalah menginspirasi, lho. Yuk, simak ulasannya di bawah ini.

 

Sinopsis Novel Bu Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini

Bu Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini

Novel Bu, Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini karya Boy Candra menceritakan dua sudut pandang yang saling bertemu di tengah penderitaan. Sudut pandang pertama mengambil kisah laki-laki tua yang dipanggil Pak Tua. Sejak kecil, Pak Tua sudah kehilang ibu dan ayah, dua sosok paling berharga dalam hidup manusia.

Di tengah rasa sepi dan hampa itu, Pak Tua menjalani hidupnya seperti manusia pada umumnya. Pak Tua bekerja sebagai dosen dan akhirnya bisa menikmati masa pensiun bersama istrinya. Hanya istri dan anak tunggalnya yang menemani Pak Tua melewati masa tuanya. Akan tetapi, Pak Tua tetap tak bisa menghindari kesepian karena anaknya tinggal di tanah rantau.

Berada jauh di perantauan membuat Serani (anak Pak Tua) tidak bisa selalu pulang ke rumah, bahkan Serani pernah tidak pulang kampung saat momen lebaran. Serani memilih tidak pulang karena ingin mencoba suasana baru di tempat rantaunya.

Keputusan Serani menyadarkan Pak Tua tentang makna kesepian dan kehilangan yang akan dihadapi manusia. Pak Tua memahami bahwa ia mungkin akan berpulang lebih dulu dari istrinya. Jika masa itu tiba, ia juga meninggalkan kesedihan pada istri dan anaknya.

Dalam kasus lain, Pak Tua juga akan ditinggalkan oleh istrinya apabila takdir Tuhan berkehendak. Pada saat itu pun, Pak Tua sudah kehilangan sosok anaknya yang tinggal di kota lain. Meski anaknya masih hidup, tetapi kehadiran sang anak tetap kosong dan tak mampu mengisi hari-harinya.

Pak Tua pun dipertemukan dengan seorang anak laki-laki di area pemakaman. Kala itu, kunjungan Pak Tua ke makam orang tuanya membawanya pada anak laki-laki dengan kisah kehilangan yang juga menyedihkan. Lewat buku harian bersampul hitam milik anak itu, Pak Tua dapat melihat kesamaan kisah mereka. Kisah keduanya pun terjalin, tetapi Pak Tua tidak bisa bertemu anak laki-lak itu lagi.

 

Kelebihan dan Kekurangan Novel Bu Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini

Bu Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini

Pros & Cons

Pros
  • Terdiri dari 5 chapter sehingga sangat ringan dan cocok untuk bacaan santai.
  • Gaya bahasa yang digunakan sangat mengalir sehingga nyaman dibaca.
  • Diksi-diksinya puitis dan mampu menggambarkan kesepian dengan cara yang sederhana.
  • Tidak ada terlalu banyak tokoh sehingga cerita mudah dipahami.
  • Mengandung pesan-pesan tentang kesepian, kehilangan, kesedihan, dan kehidupan manusia.
  • Cocok dibaca oleh pembaca dari berbagai kalangan, mulai dari usia remaja hingga dewasa.
  • Beberapa bagian sangat relate dengan kehidupan sehari-hari.
Cons
  • Ending yang terkesan menggantung karena dua tokoh utama tidak dapat bertemu.
  • Klimaks yang kurang terasa karena konflik cukup sederhana.

Kelebihan Novel Bu Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini

Bu Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini

Novel Bu, Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini karangan Boy Candra menyajikan curahan hati dua tokoh utamanya dengan cara yang sederhana. Meski disajikan tanpa masalah yang rumit, konflik batin tokoh Pak Tua dan anak laki-laki berhasil dieksplor dengan maksimal melalui kata-kata yang indah. Tiap kisah yang terajut tidak mencoba meromantisasi kehilangan dan kesedihan, tetapi mengajak pembaca menerima segala luka.

Secara keseluruhan, novel ini seperti kumpulan curahan hati dua manusia yang belum berdamai seutuhnya dengan kematian orang tersayang. Sebagai sekumpulan isi hati, buku ini tidak memiliki banyak bagian. Hanya ada lima chapter yang menyoroti luka batin dan masa lalu tokoh utama dengan cara yang unik.

Alurnya pun tidak kompleks karena konfliknya berangkat dari masalah yang sederhana. Meski begitu, bagian-bagian akhir novel ini memuat hal-hal mengharukan seakan disiapkan menjadi klimaks cerita. Gaya bahasa yang digunakan pun sangat mengalir sehingga tidak perlu memakan banyak waktu untuk menghabiskan sajiannya.

Grameds, kalau kamu menyukai tulisan yang dirangkai dengan diksi-diksi indah, buku ini adalah jawabannya. Seperti ciri khas tulisan Boy Candra, ada banyak rangkaian kata yang menenangkan hati dan terkadang membuat perasaan kita campur aduk. Pada bagian prolog, kita akan langsung dihadapkan dengan pergumulan tokoh melawan rasa rindunya. Kutipan di bawah ini menunjukkan kelihaian Boy Candra meracik kata-kata sesuai gayanya.

Ia merebahkan tubuhnya, membiarkan air mata mengalir merupa sungai kecil di pipi. Ia tahu, ia sudah kalah sejak lama, tetapi hidup terus saja harus dilewati dengan segala gelap yang hadir di sepanjang hari.”

Diksi yang digunakan bukan jenis yang rumit dan membutuhkan wawasan mendalam, tetapi cenderung sederhana. Adapun gaya khas pada pemilihan diksinya sedikit mengingatkan kita pada karya-karya Tere Liye. Boy Candra juga menggunakan majas untuk menggambarkan kesedihan tokoh, seperti kalimat “merupa sungai kecil di pipi”. Perumpamaan ini menambah kesan yang menarik karena ada variasi dalam tulisannya.

Seluruh bagian dalam novel ini juga relate dengan pembaca dari berbagai kalangan dan usia. Ada bagian yang menyoroti sulitnya menjadi orang dewasa yang harus mencari nafkah di tengah dunia yang begitu kejam. Pada bagian lain, kita diajak melihat kenyataan bahwa anak yang ditinggal ibunya bisa berubah menjadi pendiam. Dari masalah-masalah kehidupan yang diangkat, novel Bu, Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini cocok untuk dibaca siapa saja.

Grameds, novel ini juga tidak memiliki banyak tokoh sehingga kita dapat lebih fokus pada dua tokoh utama yang kisahnya saling bertemu. Tokoh yang sedikit juga membuat plot-plotnya lebih mudah membekas dalam ingatan. Selain itu, novel ini memuat banyak pesan yang terkesan tidak menggurui. Saat menemukan pesan-pesannya, kita merasa ditemani menghadapi dunia yang sulit alih-alih dihakimi.

Kekurangan Novel Bu Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini

Bu Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini

Di balik premisnya sederhana dengan jalan cerita yang bagus, novel ini belum memiliki klimaks yang menggugah. Ceritanya memang mengalir, tetapi klimaks yang pas akan membuat kisah Pak Tua dan anak laki-laki bernama Bendung itu menjadi lebih mengesankan.

Di sisi lain, ending cerita Pak Tua dan Bendung memang agak “menggantung” dalam beberapa hal. Jauh lebih baik jika ada lebih banyak penjelasan yang dapat memuaskan hati para pembaca. Namun, kekurangan ini tidak mengurangi porsi ceritanya yang sudah tepat. Buku ini tetap layak dibaca karena punya pesan moral yang kuat.

 

Pesan Moral Novel Bu Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini

Bu Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini

Ada satu pesan moral yang sangat khas dalam novel ini, yaitu setiap manusia harus siap menghadapi kehilangan. Bayangkan saja, manusia tidak ingin berpisah dari orang-orang yang ia cintai, tetapi kematian adalah suatu hal yang pasti. Paradoks ini berhasil disampaikan dengan pendekatan yang pas kepada pembaca.

Novel ini dapat menjadi pengingat bagi kita bahwa kehilangan dan kesepian bukan hal yang perlu ditakuti. Dua kenyataan pahit ini akan menghampiri semua orang. Tinggal seperti apa respons kita saat realitas yang menyedihkan itu tiba. Kisah Pak Tua dan Bendung juga bisa menyadarkan kita bahwa manusia yang kehilangan tidak pernah sendirian.

Di luar sana, ada banyak manusia yang juga menyimpan kerinduan seperti Pak Tua dan Bendung. Membaca buku ini akan membuat kita memahami arti kesendirian. Terakhir, buku ini menyoroti betapa berharganya sosok ibu bagi anak-anaknya. Grameds, kalau kamu sangat menghargai kisah moral tentang orang tua, buku ini mungkin akan membuat kamu menangis.

Apakah Grameds penasaran akan buku ini? Langsung saja bawa pulang novel ini karena Gramedia adalah #SahabatTanpaBatas yang memberikan kisah-kisah menarik, wawasan, edukasi, dan informasi bermanfaat sehingga kamu dapat #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gheani

 

Rekomendasi Buku Karya Boy Candra

Origami Hati Karya Boy Candra

Origami Hati

Origami Hati adalah novel karya Boy Candra. Novel ini bercerita tentang kehidupan percintaan seorang perempuan yang bernama Aruna. Ia masih menempuh pendidikan di Universitas Negeri Padang. Aruna mengalami sakit hati yang mendalam akibat perlakuan kekasihnya, Haga. Melihat wajahnya pun tak sanggup karena Aruna melihat Haga sedang berpelukan dengan perempuan lain. Namun, Ia menemukan seseorang yang mampu mengobati rasa sakit hatinya. Seseorang itu adalah Bagas, mahasiswa senior yang berkuliah di Universitas Negeri Padang. Origami Hati ini mengusung konflik yang mungkin pernah dialami kebanyakan orang yang pernah jatuh cinta. Mulai dari betapa sakitnya hati saat dikhianati seseorang yang begitu berarti, perjuangan untuk bisa melanjutkan hidup yang baru meski masih terluka, belajar membuka hati yang baru untuk seseorang yang mungkin masih cukup asing, soal betapa beratnya bertahan dalam usaha mencintai dalam diam, hingga membuat keputusan kepada siapa hati ini akan diberikan.

Catatan Pendek untuk Cinta yang Panjang Karya Boy Candra

Catatan Pendek Untuk Cinta Yang Panjang

Siapa yang tak kenal dengan Boy Candra? Bagi penulis, cinta adalah satu kekuatan terbesar untuk melakukan apapun. Termasuk dalam menyusun buku Catatan Pendek Untuk Cinta Yang Panjang. Lebih setahun penulis menuliskannya. Buku ini merupakan naskah buku terlama yang pernah ia tulis sejauh ini. Karena memang penulis harus melakukannya dengan momen yang terjadi.

Malik & Elsa Karya Boy Candra

Malik & Elsa

Untuk menghabiskan waktu luang, membaca novel dengan kisah romantis menjadi salah satu pilihan yang tepat karena tidak membosankan dan memiliki daya tarik utama. Saat membaca novel, emosi pembaca seolah-olah akan dipermainkan sehingga hanyut ke dalam cerita tersebut. Mulai dari suasana bahagia, sedih, jatuh cinta, misteri, dan masih banyak lagi, sukses membuat novel banyak digemari oleh sebagian orang terutama anak remaja. Genre novel romantis sering diiringi dengan nuansa sejarah, drama, religi, atau fiksi ilmiah dengan konsep cerita unik sekaligus menarik perhatian.

 

Written by Adila V M