in

Review Buku Si Anak Pohon

Si Anak Pohon bukan karya fiksi yang biasa saja. Buku ini memancarkan keistimewaan dari kisahnya yang magis dan sederhana. Fakta uniknya, karya ini merupakan buku anak yang ditulis oleh penulis sekaligus pendongeng pertunjukan yang sudah lama bergelut dalam bidang pendidikan anak usia dini. Tak heran kalau buku anak ini mampu memberikan nilai dan pesan moral yang begitu indah.

Grameds, apa yang kamu pikirkan tentang buku anak? Kamu mungkin akan terbayang kisah di negeri ajaib atau cerita seputar kehidupan sehari-hari yang ditujukan sebagai bahan pembelajaran bagi anak-anak. Nah, kisah dalam buku Si Anak Pohon tak jauh berbeda karena turut menuturkan cerita yang sama.

Si Anak Pohon

button cek gramedia com

 

Si Anak Pohon ditulis oleh Srividhya Venkat bersama Nayantara Surendranath. Buku ini bukan sekadar cerita anak, tapi kisah yang memberikan ruang bagi anak-anak untuk menilai dan memahami emosi. Kisahnya juga tidak mengajak anak-anak menjelajahi dunia fantasi di alam imajinasi.

Lebih dalam lagi, kisah dalam buku ini mengajak anak-anak untuk menerima makna-makna kehidupan. Si Anak Pohon sendiri berkisah tentang Sid, seorang anak laki-laki dengan kehidupan normal yang suatu hari berubah menjadi pohon.

Hmm, kisahnya memang unik, ya. Di balik keunikannya, buku ini sangat cocok untuk bacaan anak-anak. Grameds, kalau kamu ingin menghadiahi adik tercinta atau orang terkasih yang masih kanak-kanak, buku ini adalah pilihan yang tepat.

Buku Si Anak Pohon ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Andi Offset, lho. Terbit pada 13 Oktober 2020, buku dengan tebal 32 halaman ini cocok sekali menemani keseharian anak-anak. Nah, biar kamu punya gambaran lebih tentang buku ini, mari berkenalan dulu dengan dua penulisnya.

 

Profil Srividhya Venkat

Sumber: South Asia Book Award

Srividhya Venkat dikenal oleh dunia sebagai penulis cerita anak-anak dari India yang sudah banyak melahirkan buku-buku terkenal, salah satunya adalah Si Anak Pohon. Sirividhya menulis cerita anak berdasarkan latar belakangnya yang tinggal di Asia. Oleh karena itu, buku-buku yang ia tulis terinspirasi dari kehidupan anak-anak Asia.

Tak hanya buku Si Anak Pohon, Srividhya juga menulis buku The Clever Tailor, Girls on Wheels, dan Dancing in Thatha’s Footsteps. Ketiga buku merupakan buku anak bergambar yang banyak menyita perhatian publik internasional. Misalnya saja ada buku The Clever Tailor yang meraih Penghargaan Buku South Asia (SABA) 2020. Buku ini masuk dalam daftar ‘101 Great Books for Kids (2019)’ yang disusun oleh Perpustakaan Umum Evanston.

Sebagai penulis yang andal, Srividhya Venkat berhasil memulai debut menulisnya di Amerika Serikat. Dengan debutnya di Amerika Serikat melalui buku yang berjudul Dancing in Thatha’s Footsteps, Srividhya Venkat terus menginspirasi pembaca dari berbagai belahan dunia dengan imajinasi dan kearifannya dalam bercerita.

Kesuksesan Srividhya Venkat di kancah internasional ini mengharumkan nama India sebagai bangsa yang besar. Melalui karyanya, banyak orang yang dapat mengenal budaya dan kehidupan anak-anak di kawasan Asia. Srividhya yang dilahirkan dan dibesarkan di India telah menghabiskan beberapa tahun di Amerika Serikat dan Singapura. Selama masa-masa ini, ia banyak mengalami berbagai budaya yang khas dari setiap negara yang dijelajahinya.

Pengalaman hidup yang beragam ini akhirnya mendorongnya untuk bermimpi tentang sebuah dunia tanpa batas. Melalui mimpi ini, Srividhya berusaha berperan dengan menciptakan kisah-kisah hebat sembari membagikan kebesaran dan keindahan dunia. Baginya dunia adalah tempat tinggal bagi setiap individu unik, tetapi tetap saling terhubung.

The Architecture of Love | Di balik Pena

Selain penulis cerita anak, Srividhya Venkat juga dikenal pendongeng pertunjukan atau perfomance storyteller. Karier Srividhya berkaitan erat dengan aktivitasnya yang dulu pernah menjadi pendidikan anak usia dini. Sementara itu, Nayantara Surendranath yang ikut berkontribusi dalam penulisan buku ini merupakan seorang ilustrator. Ia dikenal sebagai seniman visual yang berbasis di India dan telah menciptakan banyak karya.

 

Sinopsis Buku Si Anak Pohon

Si Anak Pohon

button cek gramedia com

 

Buku ini menceritakan anak laki-laki bernama Sid yang memiliki kehidupan layaknya anak-anak. Namun, Sid mengalami kejadian yang kurang menyenangkan saat ia tidak mampu menyelamatkan gawang. Sid kebobolan gol saat bermain bola dan hal ini membuat tidak lagi bersemangat. Sid yang kesepian pun pulang ke rumah dan pergi tidur seperti biasa.

Namun, hal tak terduga terjadi pada keesokan paginya. Sid terbangun dengan sekujur tubuh yang berubah menjadi sebatang pohon. Terperangkap dalam wujud yang tidak dikenal, Sid menghadapi tantangan besar untuk beradaptasi dengan kehidupan baru yang penuh dengan misteri dan keanehan.

Terlebih lagi Sid sebenarnya membenci pohon-pohon yang menurutnya tidak memiliki otak dan bodoh. Namun, kini Sid menjadi salah satu pohon yang ia anggap bodoh itu. Tentu saja, hal ini membuat Sid bingung. Dalam upayanya untuk memahami situasi yang mengubah hidupnya secara drastis ini, Sid merenungkan pertanyaan-pertanyaan yang mengusiknya. Ada pertanyaan tentang keraguan apakah dia bisa kembali menjadi seperti semula? Lalu, apakah rasa kesepian yang Sid rasakan ini akan memudar karena ia mendapat kehidupan baru?

Selama perjalanan Sid sebagai sebatang pohon, dia bertemu dengan berbagai karakter unik dan menarik. Sid pun menghadapi beragam pengalaman yang mengubah pandangannya terhadap diri sendiri dan dunia di sekitarnya.

 

Kelebihan dan Kekurangan Buku Si Anak Pohon

Si Anak Pohon

button cek gramedia com

 

Pros & Cons

Pros
  • Ditulis dengan diksi-diksi yang ringan dan mudah dimengerti oleh anak-anak.
  • Gaya bahasanya santai dan sangat mengalir sehingga nyaman diikuti oleh anak-anak.
  • Narasinya dituturkan dengan cara yang sederhana.
  • Premisnya unik dan menarik.
  • Ilustrasi yang termuat dalam buku ini mendukung alur cerita sehingga anak tidak akan cepat bosan.
  • Pemilihan warna dan gaya visual dalam buku ini sangat menarik sehingga berperan menghidupkan ceritanya.
  • Ada banyak pesan moral tentang kehidupan, penerimaan diri, rasa kesepian, perubahan dalam hidup, dan persahabatan.
  • Buku ini mengajak anak-anak untuk memahami pesan-pesan moral yang disampaikan dengan melalui cara yang ramah.
Cons
  • Jumlah halamannya tergolong cukup sedikit.

Kelebihan Buku Si Anak Pohon

Si Anak Pohon

button cek gramedia com

 

Cerita dalam buku ini menawarkan sudut pandang yang unik dari anak laki-laki yang mengalami kegagalan dan akhirnya berubah menjadi sesuatu yang dibencinya. Sid sebenarnya membenci pohon karena menganggap tumbuhan itu tak memiliki otak. Namun, Sid yang benci dengan hal ini malah secara ajaib berubah menjadi pohon. Tentu saja hal ini menjadi tantangan dan perubahan yang menyakitkan bagi Sid.

Dari perubahan ajaib inilah, Si Anak Pohon ingin menyoroti tentang penerimaan diri pada masa kanak-kanak. Terkadang suatu kondisi yang asing akan sulit diterima bagi anak dan mempengaruhi pandangannya. Nah, pesan inilah yang ingin disampaikan oleh sang penulis.

Sebelum menyelami pesan tentang penerimaan diri, Sid sebelumnya sudah mengalami hal-hal yang berdampak buruk baginya. Kegagalan menyelamatkan gol saat bermain bola dan rasa kesepian yang muncul setelahnya. Dua isu inilah yang menjadi penggerak cerita sehingga kita perlahan dibawa menjelajahi kehidupan baru Sid yang penuh keajaiban.

Dari segi premis, cerita ini tidak menyuguhkan konflik yang berat karena berfokus pada pesan moral dan bagaimana cara Sid menangkap pesan itu. Alurnya pun sangat mudah diikuti dengan tambahan plot-plot yang nyaman untuk dipahami. Selain alurnya yang tersusun dengan rapi, gaya bahasa yang digunakan pun sangat ringan.

Narasi yang mengalir membuat pembawaan ceritanya menjadi lebih menyenangkan, terutama bagi anak-anak. Jadi, sebagai bacaan anak-anak di waktu luang, buku Si Anak Pohon ini sangat direkomendasikan. Namun, meski ada banyak poin kesederhanaan dalam buku ini, tetapi nilai-nilai moralnya tetap tersampaikan dengan sangat baik.

Pembaca yang bukan anak-anak pun tetap bisa merasa terhubung dengan nilai-nilai ini, lho. Hal ini karena cerita Sid yang belajar menerima dirinya sebagai sebatang pohon banyak mencerminkan situasi di dunia nyata, baik bagi anak-anak atau orang dewasa.

Begitu dengan rasa kesepian yang ternyata bisa hadir juga dalam kehidupan anak-anak, seperti yang dirasakan oleh Sid. Kegagalan dalam suatu hal yang disukai juga menjadi bagian dari kehidupan orang dewasa, seperti yang dialami Sid. Nah, cara penulis mengeskplor nilai-nilai ini didasarkan pada kisah fantasi.

Bagi Sid, sebatang pohon hanya tumbuhan yang tak berotak. Namun, ketika ia menjadi pohon, Sid justru dapat belajar memahami dirinya. Tak hanya itu, melalui pertemuan dengan berbagai karakter, Sid dapat memahami dunia yang ia tempati.

Jika Sid tidak diberi kesulitan, mungkin ia tidak akan pernah belajar. Nah, pesan inilah yang menjadi sorotan utama kisahnya. Selama perjalanan Sid menyelami kehidupan baru, kita juga akan melihat pertumbuhan karakter Sid dari anak kesepian menjadi seseorang yang berani menghadapi masalah.

Sid yang merasa kesepian tidak hanya menemukan teman-teman baru, tapi juga banyak kekuatan untuk bangkit. Oleh karena itu, Sid dapat menerima dirinya sebagai sebatang pohon dan mulai mengatasi kesulitannya. Keberanian dan ketangguhan ini tidak datang tiba-tiba, tapi dibangun secara perlahan.

Bagi anak-anak, perjuangan dan pertumbuhan karakter Sid ini dapat menjadi inspirasi yang tidak menggurui. Sebaliknya anak-anak akan mendapat teladan yang baik sehingga ingin mencontoh perbuatan Sid. Dalam dunia anak-anak, menemukan teladan adalah hal yang sangat penting. Lagi-lagi, tak hanya bagi anak-anak, buku yang memberi contoh teladan ini juga akan relevan bagi pembaca yang lebih tua.

Selain pesan moral tentang penerimaan diri sendiri dan cara menemukan keberanian dalam hidup, buku ini juga membicarakan nilai-nilai persahabatan. Dari kisah Sid, kita seakan diberi tahu bahwa tidak ada makhluk yang sendirian karena pada akhirnya Sid memiliki teman-teman baru.

Grameds, poin menarik lainnya dari buku ini terletak pada gaya visualnya yang khas, sederhana, dan menarik. Pemilihan warnanya juga sangat beragam sehingga mendukung alur ceritanya. Tentu saja poin tentang visual, layout, dan warna ini sangat krusial mengingat buku ini memang ditujukan untuk anak-anak.

Kekurangan Buku Si Anak Pohon

Si Anak Pohon

button cek gramedia com

 

Buku ini memang tergolong singkat sehingga dapat dihabiskan dalam sekali duduk saja, Grameds. Mungkin inilah poin yang menjadi kekurangan dari buku Si Anak Pohon. Jika buku ini memiliki jumlah halaman yang lebih banyak, nilai-nilai moral yang didasarkan dari latar belakang budaya Asia akan lebih tereksplor.

Jika dilihat dari latar belakang penulisnya yang banyak menggali kultur Asia, buku ini dapat memuat budaya-budaya Asia dengan detail. Oleh karena itu, penambahan halaman dengan cerita yang lebih panjang dapat memperluas kandungan nilai dan budaya ini. Bagi para pembaca pun, kandungan nilai budaya yang kuat dapat menjadi bahan pembelajaran dan tambahan wawasan.

 

Pesan Moral dalam Buku Si Anak Pohon

Si Anak Pohon

button cek gramedia com

 

Grameds, mungkin akan sulit menerima perubahan diri sendiri, terutama jika kita tiba-tiba berada dalam keadaan yang kita benci. Namun, hidup harus tetap berjalan seperti biasa. Sebagai manusia, kita yang harus kuat menghadapi perubahan dan kondisi dalam hidup yang membuat kita merasa benci. Keberanian kita harus tumbuh seiring dengan masalah yang akan terus hadir. Itulah pelajaran yang bisa kamu dapatkan di buku Si Anak Pohon.

Nah, itulah ringkasan pesan moral dari buku ini. Grameds, kalau kamu tertarik dengan buku ini, langsung saja kunjungi situs gramedia atau toko buku, ya. Gramedia selalu setia menjadi #SahabatTanpaBatas yang akan memberikan buku-buku berkualitas dan asli dari penulis terbaik agar kamu dapat #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gheani

 

Rekomendasi Buku Anak

Nanti itu Kapan karya Satoko Miyano

Nanti itu Kapan?

button cek gramedia com

Saat Tocchan minta kudapan, mamanya bilang “nanti”. Saat Tocchan mengajak main, papanya bilang “nanti”. Sebenarnya “nanti” itu kapan, sih? Berapa lama Tocchan harus menunggu? 1 menit? 2 menit? Atau 1 jam? Tocchan selalu merasa bahwa dia sendirian di rumah. Keluarganya memiliki toko makanan. Orang tua Tocchan sibuk menjalankan toko dan melayani pelanggan. Setiap kali Tocchan meminta ibu dan ayahnya untuk bermain, atau menanyakan sesuatu kepada mereka, mereka hanya mengatakan “Nanti…”. Orang tuanya tidak segera melakukan apa yang mereka janjikan. Lonely Tocchan mencoba menghabiskan waktunya sendiri. Tocchan yang malang, bertanya-tanya kapan sebenarnya “nanti” itu? Ibu awalnya membeli ini untuk “mengajarkan” anak bagaimana menunggu. Tapi, Ibulah yang menyadari bahwa bahkan untuk anak kecil, menunggu itu tidak mudah. Padahal, orang dewasa harus bisa mengatur waktu dan menepati janji untuk anak. Tidak peduli seberapa sibuk mereka. “Nanti Nak”, kalimat itu begitu sering diucapkan tanpa penjelasan berapa lama sang anak harus menunggu.

 

Sepeda Ontel Kinanti karya Iwok Abqari

Sepeda Ontel Kinanti

button cek gramedia com

 Sepeda merupakan benda kesayangan Kinanti. Bagi Kinanti, sepeda dapat mengantarkannya menggapai cita-cita menuju masa depan yang lebih baik.

 

Gadis Kecil Penjaga Bintang karya Wikan Satriati

Gadis Kecil Penjaga Bintang

button cek gramedia com

“Kau bisa saja menganggap doamu menguap sia-sia,namun sesungguhnya doa itu akan sampai kepada Tuhan.” Gadis Kecil Penjaga Bintang merupakan kumpulan kisah tentang doa;doa untuk orang tua, doa belajar, serta ungkapan rasa syukur Tak ada yang bisa menandingi keindahan dan kemuliaan doa. Sesama, lingkungan sekitar, diri sendiri, terutama kepada Sang Pencipta.

Written by Adila V M