in

Review Novel Selamat Datang di Toko Buku Hyunam-Dong Karya Hwang Bo-Reum

Selamat Datang di Toko Buku Hyunam-Dong menyajikan kisah yang hangat, pahit, dan manis layaknya secangkir kopi di sore hari. Membaca buku ini akan mengantarkan kamu pada ruang-ruang kehidupan yang diisi berbagai macam keresahan dan masalah sehari-hari. Tidak seperti novel yang konfliknya bikin pusing, buku ini justru mengajak kamu menyelami tiap sisi kehidupan dengan tenang dan realistis.

Sesuai dengan judulnya, novel karya Hwang Bo-Reum ini mengangkat tema yang unik dan sederhana, yaitu toko buku. Kisah tentang toko buku kecil di tengah kota memang terkesan biasa saja, tetapi Hwang Bo-Reum berhasil mengulik hal-hal manis dan pelik dari sebuah toko buku, lho.

Tak heran kalau novel ini disebut cocok sebagai teman healing untuk membantu kita rehat sejenak dari kesibukan, entah dalam pekerjaan atau perkuliahan. Sampulnya yang indah pun seolah mengajak kita istirahat, menutup ponsel atau laptop, dan mengikuti kisah-kisah di dalamnya. Warna sampulnya didominasi biru dengan latar toko buku kecil yang terhimpit oleh kesibukan kota dan orang-orang. Tak lupa latar langit berbintang yang seakan merepresentasikan isi ceritanya.

Grameds, kalau kamu suka buku, kopi, dan ketenangan, novel ini adalah gabungan dari ketiganya! Kabar baiknya, novel karya penulis Korea Selatan ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia.

Dengan total 408 halaman, novel ini cocok untuk pembaca ingin bacaan ringan, tetapi tetap sarat pesan moral. Kalau kamu penasaran dengan ceritanya, langsung saja kunjungi situs gramedia.com atau mampir ke toko buku gramedia terdekat dari rumah kamu, ya.

Nah, sekarang mari kita kupas tuntas apa saja kelebihan, kekurangan, dan pesan moral yang termuat dalam novel ini. Namun, sebelum kita lanjut, rasanya sangat penting mengenal penulisnya dulu, nih. Seperti apa rekam jejak dan profil seorang Hwang Bo-Reum, ya?

 

Profil Hwang Bo-Reum, Penulis Novel asal Korea Selatan

Sumber: World Literature Today

Kiprah Hwang Bo-Reum di dunia kepenulisan masih terbilang baru karena ia memulai debut novel dengan buku Selamat Datang di Toko Buku Hyunam-Dong. Sebelumnya penulis wanita ini menulis tiga kumpulan esai, yaitu I Read Everyday, I Tried Kickboxing for the First Time, dan This Distance Is Perfect.

Novel debut Hwang Bo-Reum ini berhasil memenangkan kontes terbuka yang diadakan oleh Brunch, platform penerbitan di Korea Selatan. Meski berbakat menulis, Hwang Bo-Reum sebenarnya bekerja sebagai software engineer setelah menempuh pendidikan tinggi di jurusan computer science.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

 

Sinopsis Novel Selamat Datang di Toko Buku Hyunam-Dong

Kisah dalam novel ini sederhana. Hanya tentang wanita pencinta buku bernama Yeong-ju yang mendirikan toko buku kecil di tengah kota, tepatnya di Hyunam-dong. Setelah masalah yang berat menghampirinya, Yeong-ju memutuskan mengelola toko buku. Bagi Yeong-ju, buku adalah cara terbaik untuk melepaskan diri dari rasa sesak sehingga dapat menghadapi hari-hari dengan lebih nyaman. Toko Buku Hyunam-Dong akhirnya dibangun di lokasi yang tak terlalu istimewa, yaitu di tengah rumah-rumah yang berdiri dalam keheningan.

Yeong-ju juga menjalani hari-harinya dengan biasa saja, hanya membaca buku dengan wajah yang murung. Sekilas Yeong-ju terlihat seperti pengunjung toko buku dibandingkan sang pemilik. Akan tetapi, keseharian Yeong-ju membaca buku dan mengelola toko buku akhirnya menyingkirkan perasaan hampa dalam batinnya. Rasa lelah dan hampa pun tergantikan dengan keutuhan seolah ia mendapatkan satu per satu hal yang hilang dari dirinya.

Perlahan Yeong-ju mulai membuka diri terhadap pengunjung yang datang. Waktu pun bergulir dan Toko Buku Hyunam-Dong terus kedatangan pengunjung baru. Yeong-ju mulai mengenal banyak orang dari berbagai latar belakang. Toko buku yang semula hanya menjadi tempat penyembuhan bagi Yeong-ju, kini beralih menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang ingin membaca buku.

Tak hanya menjadi tempat untuk menenangkan hati lewat buku, Toko Buku Hyunam-Dong berubah menjadi titik temu dari cerita-cerita tiap individu yang ditarik ke sana. Toko ini terasa istimewa sehingga Yeong-ju memutuskan merekrut seorang barista bernama Min-joon untuk meracik kopi. Yeong-ju ingin tiap pengunjung yang datang dapat minum kopi sembari membaca buku.

Toko buku ini pun tumbuh menjadi komunitas melalui acara-acara yang diadakan oleh Yeong-ju dan Min-joon. Ada acara bedah buku, baca buku bersama, kelas menulis, hingga sesi interaksi dengan penulis. Peran Min-joon pun cukup besar dalam mempromosikan toko buku milik Yeong-ju di media sosial dan blog. Namun, Yeong-ju yang masih awam dalam mengelola bisnis toko buku tetap berjuang menghadapi persoalan finansial.

Yeong-ju harus memikirkan prospek toko buku dan berusaha mempertahankan kondisi finansial. Meski ada kesulitan, tetapi cerita-cerita berharga dari tiap pengunjung yang hadir telah melengkapi hidup Yeong-ju.

 

Kelebihan dan Kekurangan Novel Selamat Datang di Toko Buku Hyunam-Dong

Pros & Cons

Pros
  • Temanya unik, yaitu tentang toko buku dan komunitas yang terbangun di dalamnya.
  • Cara penulis menceritakan tiap tokoh terasa mengalir dan nyaman dibaca.
  • Pengembangan karakter yang bagus karena tiap tokoh memiliki kisahnya masing-masing
  • Pengembangan tokoh utama yang dibangun dengan baik sehingga pembaca dapat merasa relate dan melihat perubahan sang tokoh.
  • Gaya bahasanya ringan dan diksi-diksinya mudah dipahami.
  • Terdapat pesan-pesan moral yang realistis dan relevan dengan manusia di era modern.
  • Menyelipkan kritik sosial tentang toko buku dan sudut pandang mengenai kehidupan kerja di era modern.
Cons
  • Ada banyak tokoh di luar tokoh utama sehingga mungkin pembaca akan sulit mengingat nama dan peran tiap tokoh.
  • Gaya terjemahannya agak kaku.

Kelebihan Novel Selamat Datang di Toko Buku Hyunam-Dong

Novel Selamat Datang di Toko Buku Hyunam-Dong cocok dibaca oleh pembaca yang ingin mencari makna kehidupan di tengah hiruk-pikuk dunia. Novel ini tidak ingin menggurui pembaca lewat pesan-pesannya, tetapi memperlihatkan kehidupan tiap pengunjung toko buku.

Melalui cerita pahit dan manis dari tiap pengunjung, kita akan diajak memahami hal-hal penting dari kehidupan. Novel ini bicara banyak tentang kehidupan di dunia kerja melalui sudut pandang yang realistis, seperti makna work life balance. Isu yang diangkat selaras dengan tema bukunya, yaitu komunitas di dalam toko buku yang bertujuan menyembuhkan hati para pengunjungnya.

Tak hanya isu dalam dunia kerja, novel ini juga membicarakan isu-isu lain yang relate dengan kita. Ada isu tentang kesulitan mencari kerja, menjalin hubungan, hingga pernikahan yang tentunya pernah dialami oleh semua orang. Fokus ceritanya pun tidak selalu tertuju pada Yeong-ju sebagai tokoh utama. Penulis memberi ruang bagi tokoh-tokoh lain untuk bercerita dan berjuang mencari jalan keluar lewat pertemuan hangat di toko buku. Porsi Min-joon juga cukup besar dan kehadirannya memantik suasana yang lebih hangat.

Secara keseluruhan, pengembangan karakter dalam novel ini dibangun dengan baik dan tidak terburu-buru. Yeong-ju diceritakan memiliki alasan untuk resign dari pekerjaannya meski usianya sudah matang untuk berkarier. Ia menghadapi masalah mental yang cukup serius dan penulis tidak tergesa-gesa mengungkap tiap masalah Yeong-ju.

Sama seperti Yeong-ju, tiap karakter yang hadir memiliki latar belakang yang beragam, seperti seorang penulis, seorang remaja, seorang wanita yang memiliki rasa trauma, dan tokoh-tokoh lainnya. Cara penulis menyampaikan cerita dari tiap karakter pun sangat mengalir dan terasa nyaman dibaca. Pemilihan diksinya pun cukup sederhana dan lebih mengarah pada kesan puitis. Membaca buku ini seperti menemukan potongan-potongan kutipan tentang kehidupan sehingga cocok dijadikan quotes, seperti kutipan di bawah ini.

“Memang menyenangkan kalau saya bisa mengejar mimpi, tapi bukankah lebih menyenangkan jika saya melepaskannya?”

Kutipan di atas hanya satu dari banyak bagian yang menunjukkan sisi pesimis di dalam novel ini. Akan tetapi, sudut pandang “pesimis” ini justru dekat dengan realitas yang ada dan kita alami. Jadi, buku ini tidak menawarkan motivasi belaka melalui kisahnya, tetapi mengajak kita memahami kehidupan dari titik terendah.

Oleh sebab itu, pesan-pesannya terasa realistis dan sesuai dengan keadaan di lingkup kaum urban. Sorotan tentang kaum urban ini juga terlihat dari masalah kestabilan finansial di toko buku yang diperjuangkan oleh Yeong-ju. Novel ini juga mempertanyakan faktor apa yang membuat sebuah buku dipajang di rak best seller.

Apakah karena penjualan bukunya bagus, buku itu banyak dibicarakan di media sosial, atau dibaca oleh orang terkenal? Pertanyaan ini membuka ruang kritik yang cukup mendalam dan dilemparkan kepada pembaca.

Singkatnya, bagi sebuah novel debut, Hwang Bo-Reum cukup berhasil meracik cerita yang menyentuh hati dan cocok dibaca pelan-pelan sembari meminum kopi.

Kekurangan Novel Selamat Datang di Toko Buku Hyunam-Dong

Novel debut Hwang Bo-Reum ini memiliki kekurangan dari segi jumlah tokoh. Buku ini lebih mirip kumpulan kisah dari para tokoh yang bertemu di toko buku milik Yeong-ju. Oleh karena itu, ada banyak tokoh yang terlibat dan tiap tokoh memiliki cerita masing-masing.

Alhasil, ada banyak kisah dengan konflik berbeda yang disajikan. Mungkin kita akan sedikit lelah mengikuti tiap konfliknya, meski sumber masalahnya tidak terlalu rumit. Selain itu, novel ini juga tidak menonjolkan klimaks yang berat sehingga memang ringan diikuti.

Akan tetapi, jumlah karakter yang banyak ini bisa membuat kita lupa dengan tokoh sebelumnya. Di sisi lain, para tokoh menggunakan nama Korea yang mungkin sulit diingat oleh pembaca yang baru pertama kali membaca novel terjemahan dari Korea Selatan.

Kekurangan lainnya terletak pada gaya terjemahannya yang agak kaku. Memang novel terjemahan memiliki gaya bahasa yang berbeda dari novel lokal. Hal ini juga terlihat pada novel ini, Grameds. Akan tetapi, hal ini kembali pada preferensi dan selera masing-masing pembaca, ya. Nah, ada satu hal terakhir yang mungkin perlu dibahas juga, yaitu tempo cerita yang lambat.

Tiap pembaca memiliki selera yang berbeda sehingga tempo cerita mungkin tidak bisa disebut kekurangan juga. Namun, novel Selamat Datang di Toko Buku Hyunam-Dong memang punya tempo yang lambat. Sebagai novel yang slow pace, mungkin ada pembaca yang merasa cepat bosan, tetapi ada juga yang tidak terusik dengan hal ini.

 

Pesan Moral Novel Selamat Datang di Toko Buku Hyunam-Dong

Novel ini membicarakan banyak sudut pandang, isu sosial, masalah kehidupan, dan keresahan. Pesan utama yang disampaikan bicara tentang titik perhentian dalam hidup yang membuat kita terus merasa lelah, jenuh, dan cemas. Kita memerlukan tempat perhentian itu agar dapat memandang hidup dengan lebih indah. Titik henti dapat ditemukan dalam hal-hal yang sederhana, seperti toko buku, kopi, dan teman bicara.

Kutipan di bawah ini menunjukkan pesan yang indah bagi pembaca.

Konon agar harmoni terdengar indah dalam musik, harus ada disonansi di depannya. Itulah sebabnya harmoni dan disonansi harus hidup berdampingan dalam musik. Dan hidup itu seperti musik. Karena ada disonansi sebelum harmonis, kita dapat merasakan bahwa hidup itu indah.”

Grameds, langsung saja bawa pulang buku ini agar kamu bisa memeluknya. Gramedia selalu setia menjadi #SahabatTanpaBatas yang akan memberikan buku-buku berkualitas dan asli dari penulis terbaik agar kamu dapat #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gheani

 

Rekomendasi Novel dari Penulis Korea Selatan

Aku Akan Datang (I’ll Be Right There) karya Kyung-sook Shin

Aku Akan Datang (I`ll Be Right There)

Oleh karena itu, aku meninggalkan kalian semua dengan satu pemikiran terakhir: Hidup. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, kalian harus mencintai, berjuang, marah, bersedih, dan hidup. Telepon dari mantan kekasih yang telah delapan tahun tak berkabar membuat Jeong Yun mengenang kembali hari-harinya sebagai mahasiswa dan orang-orang yang pernah begitu dekat di hatinya––tiga sahabat karibnya, dan seorang profesor sastra yang idealis, penuh karisma. Awal tahun 1990-an Korea Selatan bergolak oleh demonstrasi mahasiswa. Masa-masa itu membawa banyak tragedi dan setiap orang berusaha bertahan dengan cara masing-masing. Begitu pula Jeong Yun dan sahabat-sahabatnya. Ketika sang profesor menjelang ajal, para mantan mahasiswanya berkumpul untuk mengantar kepergiannya. Di sanalah Jeong Yun dan mantan kekasihnya, Myeong Seo, bertemu lagi. Kisah yang ditulis dengan indah, tentang cinta, persahabatan, dan kehilangan, oleh Kyung-sook Shin, pengarang buku Please Look After Mom.

Ibu Tercinta (Please Look after Mom) karya Kyung-sook Shin

Rekomendasi novel bertema motherhood yang bagus kali ini ditulis oleh Kyung Sook Shin–penulis asal Korea Selatan yang ditulis pertama kali tahun 2008. Bercerita tentang sosok Ibu yang hilang saat melakukan perjalanan pulang setelah kunjungannya ke rumah salah satu anaknya di Kota Seoul. Biasanya Sang Suami akan berjalan di depan istrinya tersebut, sebelum istrinya mengikuti dari belakang. Tapi hari itu, Sang Suami tidak bisa menemukan istrinya di kereta. Cerita yang menyayat hati ini mengkombinasikan tokoh-tokohnya menjadi narator. Menarik, dan membuat siapapun pembacanya akan menebak-nebak kebenarannya.

Dear, Hyun Nam karya Cho Nam-joo

Dear, Hyun Nam

Cho Nam-joo adalah mantan penulis naskah televisi. Dalam tulisan Kim Jiyoung, Born 1982, dia sebagian menggambarkan pengalamannya sendiri sebagai seorang wanita yang berhenti dari pekerjaannya untuk tinggal di rumah setelah melahirkan seorang anak. Dia dikenal sangat baik setelah dia menulis Kim Jiyoung, Born 1982 sebagai novel ketiganya. Ini memiliki dampak besar pada ketidaksetaraan gender dan diskriminasi dalam masyarakat Korea, dan telah diterjemahkan ke dalam 18 bahasa.

Written by Adila Verni