in

Review Buku Lalu, Baton Diserahkan Karya Maiko Seo

Lalu, Baton Diserahkan adalah sebuah buku yang mengisahkan tentang Yuko, seorang anak yang duduk di bangku SMA yang memiliki 5 orang tua, terdengar aneh bukan? Pada awal kehidupannya, Yuko sama seperti orang-orang pada umumnya. Ia memiliki dua orang tua. Saat Yuko masih kecil, ibunya meninggal dunia, kemudian ayahnya menikah lagi dan cerita ini terus berlanjut sampai akhirnya Yuko hanya tinggal berdua dengan ayahnya yang bernama Morimiya.

Buku Lalu, Baton Diserahkan ini akan memberikan pengalaman membaca yang sangat berharga karena buku ini berisi  tentang kehidupan dan hubungan dengan orang tua. Buku yang memiliki halaman sebanyak 408 halaman dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada 28 Oktober 2023 ini pasti akan menjadi buku yang layak untuk dibaca.

Apakah kamu penasaran dengan buku ini? Kamu sudah datang ke tempat yang tepat, karena artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang isi buku ini mulai dari sinopsis, kelebihan, kekurangan hingga pesan moralnya. Sebelum berkenalan dengan buku ini, kita kenalan dengan sosok Maiko Seo terlebih dahulu ya, sang penulis dari buku ini.

 

Profil Maiko Seo – Penulis Buku Lalu, Baton Diserahkan

Maiko Seo dilahirkan di Osaka pada tahun 1974 dan meraih gelar dalam Jurusan Sastra Jepang di Fakultas Sastra Universitas Ohtani, sebuah universitas khusus untuk wanita. Ia memenangkan Penghargaan Sastra Botchan pada tahun 2001 untuk karyanya yang berjudul “Tali Telur” (Tamago no O), yang kemudian menjadi debutnya sebagai penulis dengan penerbitan buku dari karya tersebut pada tahun berikutnya.

Maiko Seo juga sudah banyak meraih penghargaan seperti Pendatang Baru Sastra Yoshikawa Eiji pada tahun 2005 untuk “Meja Makan yang Bahagia” (Kofuku na Shokutaku) dan Penghargaan Sastra Tsubota Joji pada tahun 2008 untuk “Rentetan 100 Masa Muda Restoran Tomura” (Tomura Hanten Seishun 100 Renpatsu). Selain karya-karya yang disebutkan di atas Maiko Seo juga sudah banyak sekali melahirkan karya-karya lainnya.

 

Sinopsis Buku Lalu, Baton Diserahkan

Aku tidak memahami landasan mengapa seseorang bisa disebut sebagai orang tua kandung, tetapi jika orang yang melahirkanku dan memiliki hubungan darah dengan ku dianggap sebagai orang tua ku yang asli, maka waktu yang aku habiskan bersama dengan keluarga asliku sangatlah singkat. Terutama karena saat itu aku masih kecil, sehingga kenanganku pun kurang jelas.

Secara khusus, aku sepenuhnya tidak memiliki ingatan tentang ibuku sama sekali. Menurut cerita yang diceritakan oleh ayahku, ibuku meninggal dalam kecelakaan saat aku mau beranjak tiga tahun. Tetapi, aku tidak bisa mengingatnya sama sekali kejadian itu. Aku hanya merasa mengenalnya ketika melihat foto ibu, tetap aku sama sekali tidak punya kenangan yang jelas tentangnya.

Aku sendiri pun merasa terkejut karena ingatan tentang orang yang melahirkanku dan ada bersamaku selama tiga tahun awal di kehidupan ku sangatlah samar dan sama sekali tidak ada yang bisa aku ingat. Mungkin, seberapa pentingnya seseorang, mereka tetap bisa terlupakan ketika mereka meninggal sebelum kita cukup besar untuk menyimpan kenangan yang jelas tentang mereka. Namun, jika aku bisa mengingat ibuku dengan jelas, mungkin aku akan selalu merasa kesepian.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

 

Kelebihan dan Kekurangan Buku Lalu, Baton Diserahkan

Pros & Cons

Pros
  • Isi buku yang terkesan hangat dan menyentuh membuat pembaca tertarik membaca buku ini.
  • Penekanan karakter dalam buku ini sangat jelas.
  • Sampul buku yang sangat menarik.
Cons
  • Cukup tebal dan alur cerita terkesan lambat.

Kelebihan Buku Lalu, Baton Diserahkan

Buku Lalu, Baton Diserahkan karya Maiko Seo memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah, pembawaan narasi dalam buku ini dibuat dengan hangat dan menyentuh sehingga memberikan pengalaman membaca yang sangat berkesan bagi pembaca. Cerita yang menyentuh ditambah dengan penekanan karakter yang sangat bagus oleh penulis membuat buku ini menjadi buku yang layak untuk dibaca. Setiap karakter dalam buku ini memiliki kebiasaan yang unik dan pemikirannya sendiri-sendiri, keunikan ini akan membuat pembaca jatuh cinta dengan karakter yang ada di dalam buku ini.

Sampul buku yang menarik adalah suatu kelebihan yang memainkan peran sangat penting dalam kelebihan suatu buku. Sampul dengan latar belakang bangunan-bangunan di jepang saat musim gugur, lalu ada dua orang yang sedang berada diatas tangga sambil melihat orang yang berada di bawah semua elemen ini dipadukan dengan warna coklat dan oranye yang memberikan kesan hangat. Pembaca yang awalnya belum mengetahui tentang buku ini juga mungkin akan langsung terhipnotis untuk membeli buku ini saat melihat sampulnya saja.

Kekurangan Buku Lalu, Baton Diserahkan

Meskipun Buku Lalu, Baton Diserahkan karya Maiko Seo ini memiliki beberapa kelebihan, buku ini tetap tidak luput dari kekurangan. Buku ini memiliki  ketebalan 408 halaman ini membuatnya menjadi buku yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan sekali duduk saja. Meskipun alur ceritanya menarik, halaman yang terlalu tebal dapat menjadi kekurangan. Alur cerita dalam buku ini memang menarik akan tetapi pergerakan plot cerita dalam buku ini lumayan lambat sehingga akan memberikan rasa bosan bagi pembaca yang kurang menyukai buku dengan alur cerita yang lambat.

 

Pesan Moral Buku Lalu, Baton Diserahkan

Buku Lalu, Baton Diserahkan karya Maiko memberikan banyak sekali pesan moral tersirat, lewat tokoh utamanya Yuko yang selalu diberikan kasih sayang oleh semua orang tuanya. Pesan tersirat ini mengajarkan untuk orang tua dan anak untuk selalu menerima dan memberikan kasih sayang tanpa pamrih. Buku ini juga mengajarkan kita tentang cinta dan kasih tanpa syarat.

‘Ada orang yang akan memasak untukku ketika aku sedang sedih ataupun bahagia, mungkin… inilah yang memberikan ku kekuatan’

Satu kalimat dari buku ini yang sangat berarti dan memberikan pembelajaran bagi pembaca. Kalimat ini mengingatkan pembaca untuk selalu menghargai semua usaha yang sudah dilakukan oleh orang-orang tersayang untuk kita.

Nah Grameds, itu dia sinopsis, ulasan dan pesan moral dari buku Lalu, Baton Diserahkan karya Maiko Seo. Yuk langsung saja dapatkan buku ini hanya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.

Penulis: Gabriel

 

Rekomendasi Buku

Yang Belum Usai: Kenapa Manusia Punya Luka Batin?

Yang Belum Usai: Kenapa Manusia Punya Luka Batin?

Time heals nothing. Frasa itu yang kami pilih untuk menjadi pembuka buku ini. Selama ini, ada konsepsi bahwa luka batin akan sembuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Bahwa pada akhirnya kita akan mampu memaafkan orang-orang yang telah menyakiti hati kita. Bahwa trauma kita akan hilang. Bahwa kita akan baik-baik saja. Tapi, itu semua keliru. Menyembuhkan luka batin bukanlah pekerjaan pasif. Kita tidak bisa diam dan membiarkan “waktu yang menyembuhkan”. Menyembuhkan luka batin adalah pekerjaan aktif, dan kita harus menyediakan energi, waktu, biaya, dan komitmen kita untuk sembuh dari luka psikologis yang telah kita tumpuk entah sejak kapan. Sama seperti luka fisik yang butuh dibersihkan, ditutup, dirawat dan disembuhkan, luka batin juga membutuhkan langkah-langkah pengobatan agar tidak menjadi parah hingga membusuk di dalam diri kita. Setiap luka di fisik membutuhkan penanganan dan perawatan yang berbeda. Jika intervensi yang diberikan tidak tepat, luka di tubuh bisa mengalami infeksi, membengkak, dan menjadi lebih parah. Demikian adanya dengan luka batin. Kita butuh tahu luka apa yang kita miliki dan memahami langkah apa yang tepat untuk menyembuhkannya.

Apa itu luka batin, bagaimana mengidentifikasinya dan bagaimana cara memulai perjalanan untuk pulih dari luka batin? Buku ini adalah kompilasi esai penulis-penulis Pijar Psikologi mengenai luka batin. Penulis-penulis artikel dalam buku ini ingin mengajak masyarakat untuk mengenal lebih dekat dengan luka batin. Kita perlu terbiasa mendengar, membaca, dan membicarakan luka batin agar luka tersebut bisa benar-benar kita rawat dan kita sembuhkan. Semoga buku ini dapat membumikan pembicaraan mengenai luka batin selayaknya pembicaraan mengenai luka fisik saat kita terjatuh ketika menaiki sepeda.

Merawat Luka Batin

Merawat Luka Batin

Merawat Luka Batin adalah buku yang ditulis oleh seorang Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa bernama dr. Jiemi Ardian Sp.Kj. Buku ini berisi tentang proses berpikir, bukan sekadar berpikir dengan positif. Saat perasaan sedang tidak baik-baik saja, terlebih pada keadaan depresi, proses pikir kita biasanya ikut andil dalam memperburuk keadaan. Namun, sulit bagi kita untuk menyadari proses berpikir yang bermasalah ini karena kita menganggapnya sebagai cara kita melihat realitas. Menyadari pikiran yang keliru saat hal itu muncul bukanlah hal yang mudah.

Buku ini memuat beberapa pola untuk membentuk cara berpikir yang tepat. Tak hanya orang-orang yang sedang merawat luka batin, para caregiver dan penyintas depresi juga bisa menarik manfaat dari buku ini. Semoga buku ini juga bisa menghapus stigma tentang depresi dan menunjukkan bahwa gangguan kejiwaan, termasuk depresi, bisa dialami siapa saja.

Berdamai dengan Luka Batin

Berdamai dengan Luka Batin

Kamu bisa melalui situasi yang tidak menyenangkan itu. Bertumbuh menjadi kuat tanpa kamu duga. Dari kesakitan itu akhirnya kamu jalani juga. Dari luka itu akhirnya kamu mengerti juga. Mungkin kemarin air mata berlinang. Kini terasa biasa-biasa saja, akhirnya. Meski soal menerima perlu sepenuh jiwa. Perlahan luka-luka itu pudar, perlahan sakit itu berubah menjadi sekuat kamu hari ini. Mari merayakan kesakitan, untuk perlahan-lahan menjadi versi terbaik dirimu seutuhnya. Tenang saja, serapuh apa pun kita, kita akan tetap bertumbuh.

Mungkin, kamu pernah berada di posisi menjalani hidup dengan banyak ketidakselarasan prinsip yang kamu bawa. Banyak sekali opini dan tuntutan dari orang-orang terdekat maupun orang asing yang baru saja kamu temui. Kemudian, terciptalah luka yang membuatmu rapuh hingga putus harapan.

Hal itu, memang bisa dikatakan sebagai hal yang di luar kendali. Sebentar, jangan langsung merasa patah. Kadang kita tidak mampu sejalan antara prinsip, kenyataan yang menerjang kita, dan perkataan yang saling menyudutkan di antara kita.

Tapi, manusia tetap punya harapan untuk merasa lebih baik dari hari lalu, hari kemarin, dan segala sesuatu yang menyakitkan.

Boleh jadi luka kita hari ini adalah cara untuk membuatmu terbiasa, atas alur hidup yang semakin hari semakin melelahkan, dan bahkan di luar dari dugaan. Kita tak akan pernah dapat terhindar dari luka, tetapi kita hanya bisa belajar untuk terbiasa atas luka. Berharap semakin kuat untuk tempuh hidup dari waktu ke waktu.

“Percayalah, hari-hari baik itu ada.”

Luka yang menyakitkan itu akan pudar bersama waktu yang jauh dari sebuah perkiraan. Puing-puing luka itu menjelma menjadi kebahagiaan yang dapat kamu peluk dengan senyaman-nyamannya. Sehingga kamu akan berkata,

“Ini sungguh luar biasa, ternyata aku sudah bertempuh sejauh ini.”

 

Sumber:

  • https://www.goodreads.com/book/show/199325235-lalu-baton-diserahkan?from_search=true&from_srp=true&qid=cyoI8tNPYY&rank=1
  • https://www.google.co.id/books/edition/Lalu_Baton_Diserahkan/uZjlEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Lalu,+Baton+Diserahkan&pg=PT4&printsec=frontcover

Written by Adila Verni