in

Review Novel Holy Mother Karya Akiyoshi Rikako

Holy Mother karya Akiyoshi Rikako masih menjadi santapan favorit para penggemar genre mystery thriller, terutama bagi mereka yang menyukai elemen crime. Permainan plot dan twist yang mengejutkan sukses memberikan cita rasa yang khas pada novel kriminal ini. Tentu bukan Akiyoshi sensei namanya jika tidak berhasil menipu pembacanya dengan lihai melalui plot twist-nya, ya.

Grameds, kalau kamu penyuka novel misteri dengan bumbu investigasi detektif yang kuat, buku ini wajib masuk daftar bacaan kamu. Novel yang terbit pada 19 Februari 2019 oleh penerbit Haru ini memiliki plot, karakter, dan alur yang dieksekusi dengan sangat matang.

Dengan total 280 halaman, novel Holy Mother cocok menjadi bacaan menantang yang habis dalam sekali duduk. Apalagi kalau kamu terbiasa membaca karya-karya penulis Jepang, tentu sudah tak asing dengan gaya bahasa yang mengalir. Nah, novel ini juga menyajikan kisah yang penuh kejutan, tetapi diceritakan dengan sederhana sehingga tidak membuat kamu pusing.

Bagian spesial novel ini juga tersaji pada blurb yang pendek, tetapi menyimpan kesan misterius dan mengundang rasa penasaran. Mengikuti jejak buku-buku sebelumnya, seperti Girl in The Dark, novel Holy Mother ini mengamankan posisinya sebagai salah satu karya terbaik dari Akiyoshi sensei, lho.

Hmm, kamu pasti sudah penasaran dengan daya tarik dan eksekusi misteri dalam novel ini, ya? Nah, Grameds mari kita kenal lebih dalam dengan Akiyoshi sensei dulu sebelum lanjut membahas novelnya.

Profil Akiyoshi Rikako, Penulis Novel Holy Mother

Sumber: AsianWiki

Kiprah Akiyoshi Rikako di dunia penulisan terbilang sangat gemilang, Grameds. Ada banyak novel bergenre misteri kriminal karya Akiyoshi sensei yang sukses di pasaran. Sebut saja Girl in The Dark, Absolute Justice, Ankoku Joshi, Burning Heat, Memory of Glass, Holy Mother, Giselle, Silence, dan Scheduled Suicide Day.

Karya-karya Akiyoshi sensei memang didominasi misteri dengan tema yang gelap dan twist yang bikin geleng-geleng kepala. Sepak terjang Akiyoshi Rikako yang mengesankan ini dimulai dengan cerita pendek berjudul Snow Flower atau Yuki no Hana pada tahun 2008. Tidak tanggung-tanggung, karya debutnya ini memenangkan penghargaan sastra Yahoo! Japan yang ketiga.

Karier Akiyoshi Rikako terus melesat setelah cerita pendeknya diadaptasi menjadi film pendek. Debut dengan buku kumpulan cerita pendek di tahun 2009 menjadi garis awal bagi perjalanan panjang Akiyoshi sensei. Selanjutnya tak hanya Yuki no Hana yang berhasil melaju ke layar lebar, Grameds. Karya Akiyoshi berjudul The Dark Maidens dan Ankoku Joshi juga diangkat menjadi film.

Sebagai penulis Jepang dengan kiprah yang bersinar, Akiyoshi Rikako menjalani studi di Universitas Waseda dengan mengambil jurusan sastra. Dari rekam jejak pendidikannya, tak heran kalau Akiyoshi sensei lihai meramu ceritanya, ya, Grameds. Kemampuan penulis wanita ini makin terasah setelah meraih gelar master di Loyola Marymount University, Los Angeles dengan jurusan Film dan TV Production.

Sejauh ini sudah ada lebih dari delapan buku karya Akiyoshi sensei yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Grameds. Kamu sudah baca yang mana saja, nih? Nah, sekarang mari kita lanjutkan membahas sinopsis novel Holy Mother.

Review Buku: The Architecture of Love | Point of View

Sinopsis Novel Holy Mother Karya Akiyoshi Rikako

Novel Holy Mother mengikuti kisah Honami, seorang wanita yang sulit memiliki anak akibat sindrom ovarium polikistik yang dideritanya. Penyakit ini merupakan mimpi buruk bagi Honami yang sangat mengharapkan keturunan. Secara medis, sindrom ini memicu terjadinya pembesaran ovarium dengan tumbuhnya kista kecil. Kelainan ini tergolong gangguan hormon androgen.

Akibatnya sel telur wanita tidak dapat berkembang dengan maksimal sehingga sangat sulit bagi Honami untuk hamil. Honami pun menempuh segala cara, termasuk program bayi tabung. Akan tetapi, semua upayanya selalu berujung pada kegagalan.

Perjuangan Honami pun berakhir dengan keberuntungan saat akhirnya ia berhasil hamil dan melahirkan anak perempuan. Honami dan anaknya yang bernama Kaoru hidup damai di wilayah Aiide, tempat yang terkenal karena ketenangannya.

Meski tinggal di daerah yang jauh dari kriminalitas, hidup Honami dan Kaoru ternyata tak luput dari masalah. Tiba-tiba ancaman datang ketika kasus pembunuhan anak laki-laki di area itu meneror Aiide yang damai. Hati Honami pun terguncang, apalagi pembunuhan tersebut termasuk sadis karena korban diperkosa setelah dibunuh.

Insting Honami bergerak tajam dan ia berusaha melakukan segala cara untuk menjaga putrinya. Di sisi lain, penyelidikan polisi belum menemukan titik terang dan tidak ada pelaku yang tertangkap. Investigasi para detektif tak hanya menemui jalan buntu, tetapi juga mimpi buruk saat mayat dari korban lain ditemukan dalam kondisi jari yang terpotong dan hilang.

Penyelidikan para detektif yang gagal membuat Honami makin takut hingga akhirnya ia memutuskan melindungi Kaoru dengan caranya sendiri. Kisah Honami dan Kaoru berjalan berdampingan dengan Makoto, pelajar SMA dengan kehidupan yang unik.

Di usia muda, Makoto sudah bekerja paruh waktu di supermarket dan mengambil peran sebagai guru kendo untuk anak kecil di sela-sela waktunya. Pekerjaan keduanya sebagai pelatih kendo membuat Makoto akrab dengan anak kecil. Selama menjalani hari-harinya, Makoto yang mencintai kendo selalu membawa peralatannya di dalam tas.

Dua karakter ini, Honami dan Makoto dipertemukan dalam novel Holy Mother yang tiap plotnya dibalut dengan misteri. Lantas, bagaimana kelanjutan kisah Honami, ya? Grameds, kamu sudah bisa memeluk buku ini dengan mengunjungi gramedia.com, lho.

Nah, sekarang mari kita kupas tuntas kelebihan dan kekurangan novel ini!

Kelebihan dan Kekurangan Novel Holy Mother Karya Akiyoshi Rikako

Pros & Cons

Pros
  • Gaya bahasa mengalir dan lugas.
  • Terjemahan rapi dan ada penjelasan kosakata.
  • Plot twist sulit ditebak dan disusun dengan matang.
  • Penulisan sudut pandang tiga karakter (Honami, dua detektif, dan Makoto) disusun dengan rapi.
  • Character development yang menarik dan penuh kejutan.
  • Pemberian petunjuk tentang kasus ditulis dengan detail.
  • Riset yang mendalam tentang kondisi medis, seperti penyakit hormon yang diderita tokoh utama.
  • Sisi emosional tentang sosok ibu.
Cons
  • Alur cukup lambat meski tersusun rapi.
  • Kasus pembunuhan yang sangat sadis dan melibatkan anak kecil sebagai korban mungkin tidak cocok untuk beberapa pembaca.

Kelebihan Novel Holy Mother Karya Akiyoshi Rikako

Novel Holy Mother terbilang cukup kompleks karena mengangkat isu pembunuhan dan pelecehan seksual terhadap anak kecil. Fenomena sosial yang dikemas dalam cerita fiksi dapat menjadi daya tarik bagi sebagian pembaca, terutama untuk mereka yang aware dengan persoalan tersebut.

Di luar konfliknya yang kompleks, pembagian sudut pandang penceritaan atau dikenal dengan POV tokoh dalam novel ini juga sangat bervariasi. Akiyoshi sensei memperkenalkan empat karakter yang menjadi sorotan utama di sepanjang cerita, yaitu Honami, dua detektif (Sakaguchi dan Tanizaki), serta Makoto Tanaka.

Meski ada empat sudut pandang yang akan membeberkan kisahnya masing-masing, tetapi penulisan Akiyoshi yang rapi membuat detail dari tiap tokoh terjelaskan dengan baik.

Sejak awal cerita pun, pembagian sudut pandang ini sudah dieksekusi sehingga kita tak akan terlalu lama menyimak kehidupan Honami. Poin menarik dalam novel Holy Mother ini terletak pada character development yang menarik dan penuh kejutan, Grameds.

Sejak awal, kita akan diajak mengenal tokoh Honami dan latar belakangnya yang sangat menyedihkan. Kondisi Honami dapat mengundang sisi emosional pembaca karena berkaitan dengan hubungan ibu dan anak. Kemudian, sudut pandang akan beralih pada dua detektif yang membuat kisah Holy Mother berubah dinamis.

Penceritaan dari sudut pandang duo detektif ini dikemas dengan menarik. Selain karena berpacu dengan waktu untuk menemukan pelaku pembunuhan anak kecil di Aiide, dua karakter ini juga memiliki chemistry yang cocok. Formula menyatukan detektif laki-laki dan detektif perempuan dalam sebuah kisah kriminal memang memicu interaksi yang menggugah hati.

Kemudian, sudut pandang berganti lagi menjadi tokoh pelajar SMA bernama Makoto Tanaka. Bukan pelajar biasa, Makoto ini pandai dalam kendo dan menekuni dua pekerjaan di waktu luangnya. Seperti sudah menjadi ciri khas, Akiyoshi sensei gemar sekali menyelipkan latar SMA dalam tokoh-tokohnya, begitu pula dengan Holy Mother.

Meski latar belakang Makoto berbanding terbalik dengan duo detektif tadi, tetapi tokoh yang satu ini justru menjadi plot twist tersendiri. Sama halnya meski Akiyoshi sensei sudah lincah memberi rangkaian petunjuk di sepanjang cerita, tetap saja plot twist utamanya sanggup membuat pembaca sesak napas.

Kematangan penyusunan plot twist ini berasal dari riset yang mendalam juga, baik dari segi medis, tindakan kriminal, hingga alur penyelidikan. Akiyoshi memang terkenal dengan riset dalam ceritanya yang berkualitas, sama dengan penulis-penulis Jepang lainnya. Jadi, tak heran kalau kelainan medis dan tindak kriminal dalam novel berdampak besar pada plot cerita.

Namun, semua aspek-aspek unggul ini tidak akan terasa luar biasa tanpa penulisan yang bagus, Grameds. Nah, gaya bahasa dalam novel ini cukup mengalir dari awal cerita. Pemilihan diksinya pun tidak rumit sehingga kita dapat fokus dengan kasus dan konfliknya.

Selain diksi yang lugas, novel Holy Mother juga tidak menyisakan plot hole, lho. Hal ini karena Akiyoshi sensei melengkapi tiap karakter dengan back story. Nah, ada poin yang sangat penting dalam novel terjemahan seperti Holy Mother, yaitu penjelasan kosakata. Dalam novel ini, ada banyak kosakata yang berkaitan dengan medis dan bahasa Jepang. Kabar baiknya, penjelasan tiap kosakata sudah terpoles sempurna dan tidak membingungkan.

Hmm, lantas apakah novel ini memiliki kekurangan? Mari kita kupas lebih dalam, ya, Grameds.

Kekurangan Novel Holy Mother Karya Akiyoshi Rikako

Sedikit gambaran, novel Holy Mother ini mengusung format inverted detective story, yaitu konsep terbalik dari format whodunnit yang sudah umum. Kalau kamu membaca kisah kriminal, tentu kamu akan menebak siapa pelakunya dan sang pelaku terungkap di akhir cerita.

Nah, itulah format whodunnit yang banyak digunakan dalam cerita detektif. Namun, ada juga pola inverted yang membuat sang pelaku sudah terungkap di awal atau pertengahan cerita. Pola seperti ini digunakan oleh penulis Keigo Higashino dan rupanya Akiyoshi Rikako juga mengadopsinya dalam Holy Mother.

Terungkapnya sang pembunuh di awal atau pertengahan cerita bisa membuat sebagian pembaca merasa kecewa. Akan tetapi, kalau kamu penyuka fiksi kriminal, pola ini justru dapat memberi tantangan yang menarik. Kamu akan diajak melihat para tokoh berpacu mengejar si pembunuh yang sudah kamu ketahui.

Jadi, seharusnya format inverted ini bukan sebuah kekurangan, ya, Grameds. Sisi lemah dalam novel Holy Mother ini justru terletak pada alurnya yang agak lambat di bagian awal. Selain itu, bagian awal cerita juga banyak menampilkan kegiatan Honami yang agak monoton.

Di sisi lain, kalau kamu tidak terbiasa dengan kosakata berbau medis, mungkin novel ini agak berat untuk dibaca, Grameds. Nah, itu sebabnya kamu disarankan memperhatikan tiap detail dan penjelasan kosakata.

Selain alur yang lambat, kasus pembunuhan sadis dalam novel ini juga bisa mengusik kenyamanan pembaca. Pembunuhan di daerah Aiide mengincar anak kecil dan menampilkan kekejaman seksual. Pola penceritaan yang detail mungkin akan membuat sebagian pembaca merasa terguncang.

Pesan Moral Novel Holy Mother Karya Akiyoshi Rikako

Novel ini menampilkan sisi-sisi tergelap dari manusia yang mungkin kerap luput dari atensi kita, Grameds. Dengan isu yang berat dan kompleks, novel ini tidak menawarkan aksi kejam pembunuhan saja, tetapi makna kehidupan yang lebih dalam. Pendek kata, novel Holy Mother sangat direkomendasikan untuk karya crime thriller yang memukau dan memuaskan.

Nah, Grameds, itu dia sinopsis, ulasan, dan pesan moral dari novel Holy Mother karya Akiyoshi Rikako. Untuk kamu yang suka membaca novel dengan genre mystery/thriller, novel ini sangat cocok untuk kamu! Dapatkan novel ini hanya di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik buat kamu.

Penulis: Gheani

 

Rekomendasi Buku dari Penulis Akiyoshi Rikako

Scheduled Suicide Day

scheduled suicide day

Scheduled Suicide Day adalah novel yang ditulis oleh Akiyoshi Rikako. Novel ini adalah sebuah novel horor penuh misteri yang mengisahkan tentang seorang anak bernama Ruri. Ia hidup bersama ibu tirinya yang jahat, yang ia yakini telah membunuh ayahnya. Ruri bertekad untuk bunuh diri untuk menyusul ayahnya. Namun, rencananya ini diganggu oleh sesosok hantu pemuda. Hantu ini berjanji akan mengungkap kematian ayah Ruri dan menunjukkan bukti-bukti yang disembunyikan ibu tiri Ruri. Hantu pemuda ini bertaruh jika ia tidak bisa menemukan bukti-bukti tersebut, maka ia akan membiarkan Ruri bunuh diri satu minggu kemudian. Dapatkan hantu pemuda ini memenuhi janjinya dan menghentikan Ruri untuk bunuh diri?

 

Burning Heat

burning heat

Burning Heat adalah novel bergenre thriller yang ditulis oleh penulis Jepang, Akiyoshi Rikako. Novel ini telah diterjemahkan ke banyak bahasa di seluruh dunia, termasuk bahasa Indonesia. Novel Burning Heat terjemahan bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Haru Verlag pada Maret 2021. Dengan total 296 halaman, novel ini menyajikan kisah kriminal yang sarat romansa. Ini adalah kisah perjuangan untuk keadilan. Sakiko Kawasaki adalah seorang wanita muda yang baru saja kehilangan suaminya. Tadatoki, suami Sakiko, meninggal dalam apa yang dia yakini sebagai pembunuhan berencana.

 

The Dead Returns

the dead returns

Suatu malam, Aku didorong jatuh dari tebing. Untungnya aku selamat. 

Namun saat aku membuka mataku dan menatap cermin, aku tidak lagi memandang diriku yang biasa-biasa saja. Tubuhku berganti dengan sosok pemuda tampan yang tadinya hendak menolongku. 

Dengan tubuh baruku, aku bertekad mencari pembunuhku. 

Tersangkanya adalah teman sekelas. Total ada 35 orang. Salah satunya adalah pembunuhku.

Perasaan tidak dianggap oleh orang sekitar menjadi suatu hal yang lebih buruk ketimbang bullying yang marak dilakukan oleh anak-anak sekolah. Buku The Dead Returns ini bercerita tentang Koyama Nobuo, anak yang tidak tampan, tidak populer, pendiam, dan otaku (istilah Jepang yang artinya menekuni suatu hal atau hobinya secara mendalam) kereta api. Pada suatu hari, Koyama Nobuo mati karena didorong ke tebing oleh salah satu dari teman sekelasnya. Takahashi Shinji pun datang menolong Nobuo dan kemudian terjadilah pertukaran jiwa di tubuh mereka. Takahashi Shinji, seorang pemuda tampan dan juga pintar. Seseorang yang benar-benar berkebalikan dengan Koyama Nobuo. Saat menjadi Takahashi Shinji, Koyama Nobuo mencoba untuk menjadi dirinya sendiri, ia pun membuka secara terang-terangan bahwa ia seorang otaku. Saat itu, teman-teman sekelasnya menganggap ia keren dan lucu, berbeda jauh saat dirinya berparas Koyoma Nobuo.

Written by Adila V M