in

Review Novel 172 Days Karya Nadzira Shafa

172 Days karya Nadzira Shafa berhasil membingkai sekuntum kesedihan yang terbalut rasa ikhlas di sepanjang ceritanya. Kematian memang tak mengenal waktu, begitu juga dengan cinta dan rindu. Dua kalimat ini sangat tepat untuk menggambarkan novel dengan latar kisah nyata dan dijadikan memoriam untuk lelaki pujaan yang sudah tiada.

Grameds, kamu sudah tahu siapa Nadzira Shafa? Penulis yang debut dengan novel 172 Days ini lebih dikenal sebagai selebgram dan penyanyi, sekaligus istri dari almarhum Ameer Azzikra. Sebelum mengikat janji pernikahan dengan Ameer Azzikra, Nadzira memiliki kisah hijrah yang mengantarnya pada keputusan untuk menikah muda.

Novel 172 Days merupakan curahan hati Nadzira setelah Ameer Azzikra berpulang di usia 20 tahun. Dengan total 241 halaman, novel bergenre romance yang diluncurkan penerbit Motivaksi Inspira ini berhasil meraup sorotan publik, terutama bagi pembaca yang mengenal sosok Nadzira Shafa.

Kisah haru dan penuh perjuangan di balik novel ini sukses mengantarkan 172 Days ke layar lebar, lho, Grameds. Novel ini diadaptasi menjadi film oleh Hadrah Daeng Ratu, sutradara terkemuka yang sudah menggarap banyak karya, terutama film horor. Sentuhan tangan Hadrah Daeng Ratu sukses memoles kisah nyata Nadzira Shafa menjadi ruang nostalgia.

Kisah dalam novel yang terbit pada 20 Juli 2022 ini memang menarik dan menggugah hati, Grameds. Kalau kamu menyukai cerita yang penuh ketulusan dan pesan moral, karya debut Nadzira Shafa ini bisa menjadi bacaan yang tepat. Kamu juga bisa memeluk novel ini dan membacanya di waktu luang dengan mengunjungi Gramedia.com.

 

Profil Penulis Novel 172 Days

Sumber: ladiestory

Nadzira Shafa terhitung masih sangat muda saat menerbitkan novel 172 Days. Sebagai penulis muda tanah air yang berhasil mencetak karya debutnya, kemampuan Nadzira menulis kisah hidupnya patut diacungi jempol, Grameds.

Wanita kelahiran tahun 2000 ini mengawali karier di industri hiburan sebagai penyanyi yang menyanyikan ulang lagu-lagu bertema islami. Lewat kanal YouTube Dreamedia, wanita berparas cantik yang akrab dipanggil Zira ini suka membagikan hasil cover lagunya.

Tak hanya lagu religi, Zira juga menyanyikan lagu-lagu lokal, seperti “Soulmate” dari grup Kahitna dan “Butiran Debu” yang dipopulerkan oleh Rumor. Bakat menyanyi membawa Zira menekuni dunia tarik suara dengan lebih serius.

Mungkin kamu pernah dengar lagu “Dialog Hati” atau “Sempurnakan Aku”, Grameds? Kedua lagu ini merupakan karya Zira sebagai penyanyi yang rilis di kanal YouTube pribadinya. Zira juga mengisi sound track untuk film 172 Days yang diangkat dari novel karyanya, lho.

Lagu “Rakit” yang menggambarkan perjalanan cinta Zira dan mendiang suaminya ini sudah rilis di kanal YouTube pribadinya, Grameds. Selain aktif merilis lagu, Zira juga aktif di media sosial sebagai selebgram. Zira diketahui aktif di platform TikTok dan Instagram dengan jutaan pengikut.

Review Buku: The Architecture of Love | Point of View

Selebgram berdarah Arab, Sunda, dan Betawi ini juga menempuh pendidikan tinggi di Jakarta dengan mengambil jurusan psikologi, lho. Saat ini Zira juga mengelola usaha sembari tetap berkarya di dunia tarik suara.

Grameds, pasti kamu penasaran dengan novel 172 Days karya Zira, ya? Mari kita ulas lebih dalam karyanya, yuk.

 

Sinopsis Novel 172 Days

Novel 172 Days mengikuti kisah nyata tentang sosok Zira, gadis muda yang dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan agamis. Akan tetapi, latar belakang keluarga agamis tak lantas membuat Zira hidup dalam jalan yang selalu lurus.

Akibat suatu kejadian di sekolah, Zira mulai mengikuti pergaulan yang salah dan buruk dalam pandangan agama. Keputusan Zira untuk hijrah akhirnya datang setelah ada masalah di lingkup keluarganya. Zira mulai mengikuti kegiatan religi sebagai bagian dari proses hijrah, seperti pengajian.

Tak disangka melalui kegiatan rohani, Zira bertemu dengan Ameer Azzikra, putra dari ustaz Muhammad Arifin Ilham. Ameer juga mengikuti jejak ayahnya dan menjadi ustaz di usia muda dan kerap mengisi acara zikir akbar. Pertemuan Zira dan Ameer berlanjut dari sekadar percakapan biasa menjadi obrolan yang lebih intens.

Mereka pun sepakat ingin pergi ke jenjang yang lebih serius dengan menjalani taaruf. Akhirnya perjalanan cinta Zira dan Ameer berlabuh di pelaminan. Akan tetapi, badai tiba-tiba datang di pernikahan mereka yang baru beberapa bulan.

Ameer ternyata diberi ujian mengalami penyakit yang membuatnya terbaring kritis di rumah sakit. Tak lama, ajal menjemput Ameer di usia pernikahannya yang baru 172 hari. Zira pun mengarungi pasang surut kesedihan dan kerinduan setelah kematian Ameer.

 

Kelebihan dan Kekurangan Novel 172 Days

Pros & Cons

Pros
  • Kisah asmara yang sederhana, tetapi relate bagi pembaca.
  • Menampilkan hubungan asmara yang sehat dan dapat menjadi contoh yang baik bagi pembaca.
  • Mengandung nilai-nilai religius tentang agama dan pernikahan yang islami.
  • Kaya akan pesan moral yang dapat menjadi teladan bagi anak-anak muda.
  • Kisah Zira dan Ameer diceritakan dengan gaya bahasa yang mengalir.
  • Gaya penulisan yang emosional dan mengharukan.
Cons
  • Cerita mengandung nilai-nilai islami sehingga cenderung lebih cocok dan relevan untuk sebagian pembaca saja.

Kelebihan Novel 172 Days

Grameds, ada banyak pilihan konflik dan isu yang dapat diangkat dalam novel bergenre romance atau kisah asmara di masa muda. Akan tetapi, ada juga novel romance dengan pesan moral yang mendalam dan begitu intens mengajarkan nilai-nilai kehidupan. Nah, 172 Days menjadi salah satu novel yang menonjolkan sudut pandang religi, lho.

Lewat karakter Ameer Azzikra yang menanamkan nilai-nilai islami dalam kehidupan sehari-harinya, kita akan diajak memahami arti kehidupan. Sosok Zira yang dulu berpaling ke jalan yang salah pun menjadi titik balik yang penuh makna. Ameer digambarkan sebagai sosok suami yang sabar dan tekun membimbing Zira.

Perjalanan hijrah Zira akan sulit tanpa kehadiran Ameer yang mengayomi. Mungkin itulah sebabnya Zira memandang Ameer sebagai hadiah dari Allah kepada dirinya. Bagi Ameer sendiri, sosok Zira adalah jawaban atas doanya yang meminta istri terbaik. Dua karakter utama ini benar-benar digambarkan saling melengkapi satu sama lain, ya, Grameds! Jadi, tidak heran jika keseluruhan ceritanya mampu mengaduk-aduk perasaan kita sebagai pembaca.

Di sisi lain, pengembangan karakter dalam novel ini perlu diapresiasi karena dipenuhi aura positif. Karakter Ameer dapat menjadi teladan bagi pembaca, terutama para pemuda yang ingin memasuki kehidupan pernikahan. Adapun back story tokoh Zira juga memiliki banyak plot yang relate bagi para pembaca.

Melalui sosok Zira yang berjuang untuk hijrah, kita akan diajarkan pentingnya nilai-nilai agama dan betapa sesatnya pergaulan yang salah. Bagi pembaca yang berusia muda, kisah dalam novel 172 Days semestinya bisa dijadikan teladan dalam menata kehidupan.

Grameds, mungkin kamu berpikir kalau novel hanya sekadar fiksi yang bersifat hiburan semata. Namun, novel 172 Days ini didasarkan pada kisah nyata sehingga pesan-pesan moral di dalamnya bukan semata-mata nasihat sang penulis. Jika memaknai novel ini dengan lebih mendalam maka kita akan menemukan pesan moral tentang hubungan asmara yang sehat.

Bagi kaum muslim, proses taaruf menjadi salah satu jalan untuk mencapai pernikahan, ya, Grameds. Nah, novel ini menceritakan proses taaruf yang dijalani dengan keteguhan dan niat baik. Alhasil, pernikahan Zira dan Ameer pun berjalan dengan lancar. Zira pun merasakan kebahagiaan dari pernikahan yang diawali dengan niat tulus ini.

Walaupun pada akhirnya takdir berkata lain, tetapi niat kedua tokoh untuk menghindari gaya pacaran yang tidak sehat menjadi nilai penting dalam novel ini. Jadi, novel 172 Days ini tak hanya menarik dari segi plot dan pengembangan karakter, tetapi juga memberikan makna penting tentang pernikahan.

Dari segi gaya bahasa, cara Nadzira Shafa menuliskan kisahnya terbilang emosional dan mengharukan. Poin ini dapat dilihat dari kutipan-kutipan dialog yang begitu menguras isi hati, seperti saat Zira meminta Ameer menjemputnya. Dialog batin ini mengungkapkan hati Zira yang putus asa karena tidak ada Ameer di sisinya.

Zira yang dipasung kesedihan akhirnya merasa tidak lagi memiliki tujuan hidup. Rasa sedih yang menusuk hati ini membuat Zira meminta ikut bersama sang suami. Novel 172 Days ini dengan penuh empati memotret pergumulan batin Zira yang berusaha ikhlas.

Meski rasa ikhlas itu dapat hadir memenuhi hati, tetapi sebagai manusia yang tak dapat hidup sendiri, Zira tetap merindukan Ameer. Bagian inilah yang menjadi simbolis dalam kisah cinta Zira dan Ameer, bahkan part yang ikonik. Bagian ini juga dicantumkan menjadi tagline dalam sampul novelnya dengan kutipan, “aku ikhlas, tapi aku rindu”. Kutipan ini benar-benar merepresentasikan perjuangan Zira berdamai dengan kenyataan, Grameds.

Perjalanan cinta Zira dan Ameer yang singkat pun diceritakan dengan cukup mengalir dari awal hingga akhir. Sebagai pembaca, kita akan menyadari betapa indahnya hubungan yang sehat itu, Grameds.

Kekurangan Novel 172 Days

Novel ini memuat nilai-nilai islami yang kental sehingga mungkin kurang relevan bagi sebagian pembaca. Pesan moral dan nilai-nilai penting yang menjadi pondasi ceritanya juga berkutat pada ajaran Islam. Oleh karena itu, novel 172 Days akan lebih cocok untuk dijadikan bacaan religi yang ringan dan hangat.

Grameds, kalau suka kisah romantis dan bosan dengan konflik remaja, novel 172 Days ini menawarkan cerita yang lebih dewasa. Akan tetapi, mungkin cerita dalam novel ini akan lebih condong pada ajaran agama, ya.

Selain itu, premis novel 172 Days juga tidak menawarkan sesuatu yang unik dan sangat berbeda dari sebagian besar novel sejenis. Premisnya berpusat pada dua orang yang disatukan oleh takdir dan terpisah karena maut. Meski premisnya terbilang cukup umum, tetapi ada fakta bahwa novel ini diangkat dari kisah nyata yang dapat menjadi daya tarik tersendiri.

 

Pesan Moral Novel 172 Days Karya Nadzira Shafa

Grameds, mungkin ini saatnya kamu mencoba membaca novel dengan latar religi yang kuat dalam tiap plotnya. Novel yang seperti itu dapat memberikan pengalaman yang segar dan bermakna. Sama halnya dengan novel 172 Days ini yang mencoba untuk memberi tahu tanpa terlalu menggurui.

Ada banyak pesan yang dituturkan dalam novel ini, yaitu keteguhan untuk menjalin hubungan yang sehat, pernikahan yang sesuai ajaran agama, cara merawat hubungan asmara setelah menikah, dan cara mencintai diri sendiri. Ya, sosok Ameer dikisahkan mampu merawat rasa cinta kepada dirinya sendiri yang berdampak pada istrinya, Zira.

Melalui sosok Ameer yang mampu mencintai dirinya, kita akan memahami pentingnya rasa cinta itu. Entah kepada diri sendiri, pasangan, dan Tuhan yang kita sembah. Pendek kata, novel ini menyajikan realitas tentang betapa tidak terduganya takdir dalam kehidupan manusia sehingga manusia harus berjuang berdamai dengan kehilangan.

Novel 172 Days karya Nadzira Shafa tersedia di Gramedia.com, jadi jangan lupa buat bawa pulang bukunya, ya!

Penulis: Gheani

Rekomendasi Novel Bergenre Romance

Istri Kedua karya Asma Nadia dan Isa Alamsyah

istri kedua

Mengangkat tema poligami, novel “Istri Kedua” yang ditulis oleh sepasang suami istri —Asma Nadia dan Isa Alamsyah— ini menyajikan kisah-kisah mengenai kehidupan rumah tangga para pelaku poligami. Novel setebal 210 halaman ini sedikit banyak akan memberikan gambaran kepada pembaca bagaimana kehidupan poligami dan berbagai masalah yang akan dihadapi ketika harus berbagi rumah tangga dan cinta dengan perempuan lain.

 

Cinta di Ujung Sajadah karya Asma Nadia

cinta di ujung sajadah

Novel ini bercerita tentang seorang gadis bernama Cinta Ayu yang tinggal bersama ayah dan ibu tiri serta dua saudara tirinya. Mendapatkan Ibu baru dan saudara baru tak membuat kehidupan Cinta lebih baik, ia hidup bak Cinderella yang mendapatkan perlakuan tak adil dari ibu dan saudara tirinya. Sang Ayah yang seharusnya menjadi pelindung bagi putri kandungnya pun lebih sering memihak kepada istrinya yang cantik bak model, meskipun ia tahu bahwa anaknya tidak bersalah. Pertengkaran di meja makan acap kali terjadi saban pagi ketika Cinta akan pergi ke sekolah. Sepuluh tahun hidup sebagai yatim piatu, Cinta bahkan tidak mengenal wajah ibunya. Ayah dengan sempurna melenyapkan setiap jejak wanita tercinta. Ketika Ayah menikah dengan Mama Alia, dan membawa dua saudara tiri, Cinta semakin terpinggirkan. Ketika surga terkoyak dari hari-hari Cinta, pria itu hadir. Makky Matahari Muhammad yang humoris namun sopan memperkenalkannya pada dunia lain yang memberinya kebahagiaan. Hingga sebuah rahasia besar sepuluh tahun lalu terbongkar dan Cinta harus menempuh perjalanan jauh yang memisahkannya dari lelaki itu. Ketika seluruh harapan menemui jalan buntu, Cinta berjuang. Mencari kekuatan dalam sujud-sujud panjang. Menelusuri jejak surga yang dirindukan hingga tuntas saat senja di Madinah. Novel ini ditulis oleh penulis yang sama dengan Novel Best Seller Assalamualaikum Beijing, yaitu Asma Nadia.

Hijrah Itu Cinta karya Abay Adhitya

hijrah itu cinta

Senja jatuh hati kepada Satria, lelaki yang ia yakini bisa menjaga dirinya. Namun, keyakinan itu mengantarnya pada sebuah peristiwa yang mungkin akan disesalinya kemudian hari. Satria menginginkan Senja, seutuhnya. Sementara itu, sebuah rahasia dari masa lalu menampar Senja. Tentang sosok ayah yang selama ini tak jelas keberadaannya. Tentang masa lalu kelam ayah dan ibunya. Kisah itu nyaris mirip dengan keadaannya saat ini. Sebuah kesadaran untuk berubah menyeruak dalam hati. Apalagi, setelah Senja bertemu kembali dengan Fajar, seorang lelaki saleh yang pernah dikenalnya pada masa lalu. Tekad hijrah menjadi semakin kuat. Mampukah ia bertobat dan menjalani proses hijrah yang sulit? Akankah masa depan yang indah masih pantas ia dapati? Abay Adhitya atau biasa dipanggil Kang Abay adalah penulis kelahiran Cianjur yang menetap di Kota Bandung. Kang Abay adalah seorang content creator, songwriter, dan penulis. Dikenal juga dengan sebutan Motivasinger. Novel Hijrah itu Cinta merupakan novel kedua setelah novel pertamanya berjudul Cinta dalam Ikhlas terbitan Bunyan (Bentang Pustaka) pada 2017 yang berhasil menjadi best seller di Indonesia. Sebelumnya, Kang Abay pernah meluncurkan karya Song Book Galau Positif (Motivasinger Publishing, 2012) dan Song Book Pernikahan Impian (Mizania, 2014). Pada 2016, sebagai seorang pencipta lagu, Kang Abay memperoleh dua penghargaan yaitu Best Song Writer di Indonesia Nasheed Award (INA) 2016 dan penghargaan Best Song Writer di Bandung Nasheed Award (BNA) 2016. Selain itu, aktivitas Kang Abay yang lain adalah sebagai seorang pembicara publik khususnya menjadi pembicara untuk tema cinta positif, pra nikah dan bagaimana menggapai cita-cita atau impian. Ratusan event seminar di lebih dari 50 kota di Indonesia pernah dihadiri oleh Kang Abay selama 4 tahun ini dengan 50.000 lebih audiens yang terlibat.

Written by Adila V M