in

Buku Novel Karya Eka Kurniawan

Kenalan dari buku? Emangnya bisa ya? Tentu saja bisa. Dengan mempelajari bagaimana cara seseorang menulis, ciri khas yang selalu dibawakan, dan bagaimana latar cerita yang disuguhkan dapat membuat pembaca dari buku tersebut mengenal secara perlahan sosok penulis di baliknya.

Banyak sekali pembaca yang menyukai seorang penulis buku dari bagaimana gaya penulisan buku tersebut. Oleh karena itu, buku bukan hanya menambah wawansan pembacanya, tetapi menjadi salah satu cara yang baik untuk berkenalan dengan seseorang tanpa harus menemui orang tersebut.

Seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Peribahasa yang selalu muncul dalam benak masyarakat jika belum saling mengenal satu sama lain. Dalam artikel ini, kita akan mengenal lebih dalam siapa sebenarnya sosok dari balik buku best seller yang banyak diterjemahkan kedalam berbagai bahasa di dunia.

Siapa di sini yang masih asing dengan sosok Eka Kurniawan? Yuk, kita bahas agar kamu bisa lebih mengenal siapa Eka Kurniawan sosok hebat dibalik banyaknya buku best seller yang telah tersebar di dunia dengan berbagai bahasa dan pencapaiannya. Mari kita simak bahasan di bawah ini.

Corat-Coret di Toilet

Buku Corat-coret di Toilet adalah buku pertama yang ditulis oleh Eka Kurniawan pada tahun 2000 lalu. Buku ini berisi kumpulan cerpen yang menarik dan sangat relate dengan kehidupan keseharian kita. Ide baru diangkat Eka Kurniawan dalam buku ini, seperti kehidupan mahasiswa, kisah cinta, dan sosial politik yang membuat pembaca sangat menggemari buku ini.

Buku ini memiliki 12 cerita pendek di dalamnya, diantaranya adalah Peterpan dan Corat-coret di Toilet. Kumpulan cerpen dalam buku Corat-coret di Toilet dikemas dengan berbagai alunan emosi yang berirama, tapi tak kehilangan ciri khas dari sang penulis, Eka Kurniawan.

Buku ini menggambarkan bagaimana toilet menjadi saksi dari respon mahasiswa terhadap situasi politik pemerintah yang terjadi pada saat itu. Mahal dan berharganya sebuah kebebasan pendapat saat itu membuat toilet menjadi sebuah kanvas putih yang mahasiswa pakai untuk media aspirasi yang tertahan

Tentu saja, semua berawal dari toilet yang bersih dengan dinding polosnya. Toilet biasa dikaitkan dengan sifat alami manusia untuk melakukan buang air besar dan buang air kecil. Namun, dalam novel ini, ada insight menarik bahwa di dalam sebuah bilik toilet, seseorang bisa mengumpulkan ide dan menyatakan aspirasinya.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Salah satu kutipan terkenal dari buku ini adalah “Aku tidak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya pada dinding toilet.” – Eka Kurniawan. Karakter kuat seorang Eka Kurniawan dapat langsung tergambar dengan kalimat di atas. Sindiran halus tentang dunia perpolitikan digambarkan secara sederhana dan memikat. Bahasa yang sederhana dan mudah dipahami membuat para pembacanya sangat menikmati aliran emosi dalam buku ini.

Cantik Itu Luka

Siapa sangka menjadi seseorang yang cantik itu sulit? Ternyata paras cantik dan rupawan membuat seorang Dewi Ayu harus merasakan kesengsaraan. Novel Eka Kurniawan yang berjudul Cantik Itu Luka, menghadirkan riset yang begitu mendalam tentang fakta tersebut. Novel ini diambil pada masa penjajahan dengan tokoh utamanya, yaitu seorang perempuan cantik keturunan Belanda bernama Dewi Ayu.

Dalam novel Cantik Itu Luka menggambarkan potret kehidupan masyarakat di masa lampau yang hanya berisi dengan peperangan dan kekacauan. Waktu itu, stigma di masyarakat masih sangat kuat. Perempuan hanya dinobatkan sebagai pemuas nafsu dari laki-laki. Kenyataan pahit ini pun yang harus diminum oleh Dewi Ayu, perempuan dengan paras yang begitu menawan.

Sedikit demi sedikit, lama kelamaan, luka yang dirasakan Dewi Ayu semakin memburuk. Dewi Ayu melahirkan satu persatu anaknya akibat pemerkosaan tersebut. Semua anaknya adalah perempuan dan semuanya lahir dengan paras yang begitu indah sama seperti sang ibunda. Saat mengandung anak yang keempat, ketakutan mulai menjelajahi batin Dewi Ayu. Ia memohon dan berdoa kepada sang Kuasa supaya jika bayi yang dilahirkannya adalah perempuan, ia harus terlahir dengan paras yang buruk rupa. Kuasa sang Pencipta mengabulkan doa Dewi Ayu dan terjadilah demikian. Meskipun begitu, Dewi Ayu memberinya nama anak keempatnya Si Cantik.

Kejamnya kisah yang digambarkan oleh Eka Kurniawan dalam novel Cantik Itu Luka membuat novel ini berhasil diterjemahkan ke dalam 34 bahasa asing dengan judul dalam bahasa Inggrisnya adalah Beauty Is a Wound. Buku Cantik Itu Luka telah mendapatkan banyak penghargaan bahkan sampai kepada kanca internasional. Penghargaan tersebut di antaranya adalah World Readers Awards tahun 2016 dan Prince Claus Awards tahun 2018 silam.

Lelaki Harimau

Tak kalah dengan novel lainnya, Lelaki Harimau juga mendapat sorakan yang meriah dari para pembaca kesayangan Eka Kurniawan. Novel ini mengisahkan tentang perjalanan hidup Margio yang harus mengalami naik turunnya lika dan liku kehidupan.

Dalam alur cerita yang digambarkan Eka Kurniawan, Margio terlibat perkelahian batin antara dirinya dan keluarga sang kekasih. Hingga pada akhirnya, Margio harus terjebak dalam lubang kesengsaraan pembunuhan. “Bukan aku! Ada harimau di dalam tubuhku.” – Eka Kurniawan, kutipan terkenal dari novel Lelaki Harimau.

Novel Lelaki Harimau ini mengajarkan pembacanya tentang banyak hal. Eka Kurniawan menyelipkan nilai-nilai kehidupan sederhana dalam setiap penggambaran tokohnya, antara cinta dan benci, takut dan birahi, air dan darah. Melalui buku Lelaki Harimau, Eka Kurniawan memperoleh penghargaan Book of The Year IKAPI pada tahun 2015 silam. Buku ini pun menjadi sorotan internasional yang membuat Lelaki Harimau ini diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, Prancis, Italia, Jerman, dan Korea.

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

Karya ketiga dari Eka Kurniawan yang dirilis pada tahun 2015 lalu, sukses membuat pembacanya terkesan dengan penggunaan kata yang digunakan oleh Eka Kurniawan. Dalam novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, Eka Kurniawan mengisi setiap paragraf dengan kata-kata vulgar dengan gaya penulisan yang cukup liar.

Novel ini mengisahkan sebuah peristiwa di puncak rezim yang penuh kekerasan. Dimana dua orang polisi melakukan tindakan pemerkosaan kepada seorang perempuan gila. Ajo Kawir dan temannya yang pada saat itu ketahuan mengintip kejadian tersebut dari sebuah lubang di jendela, secara terpaksa harus menyaksikan itu secara langsung dengan jarak yang dekat.

Arjo Kawir dan temannya diseret oleh kedua polisi tersebut untuk melihat secara dekat adegan pelecehan tersebut. Setelah kejadian mengerikan tersebut, Ajo Kawir harus menunggu “burung”-nya untuk bangun dari tidur lelap yang begitu panjang. Meskipun begitu, Ajo Kawir tidak berusaha secara sengaja untuk membangunkan burung tidurnya dan tetap fokus pada cintanya pada seorang gadis.

Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas sudah dicetak ulang sebanyak 10 kali dan sekarang menjadi film yang sangat digemari oleh masyarakat. Film dengan judul bahasa Inggris “Vengeance Is Mine, All Others Pay Cash) dirilis pada tahun 2021 yang disutradarai oleh Edwin dan diproduseri oleh Muhammad Zaidy dan Meiske Taurisia, serta diproduksi oleh Palari Films.

Karya dari Eka Kurniawan ini berhasil meraih penghargaan tingkat internasional di Swiss pada tahun 2021 lalu. Film yang diadaptasi dari buku Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas meraih pencapaian gemilang dengan memenangkan Golden Leopard, dimana ini adalah sebuah penghargaan tertinggi di Festival Film Locarno di Swiss.

Cinta Tak Ada Mati

Kumpulan cerpen yang ditulis oleh Eka Kurniawan ini menyuguhkan bagaimana pertarungan melawan kenyataan dengan bermain-main, bukan dengan gagah. Eka Kurniawan menggelar latar cerita yang beragam, mulai dari munculnya orang-orang buangan, respon ajaib dari karakter tokoh yang dibentuk, dan peristiwa-peristiwa tak terduga.

Buku Cinta Tak Ada Mati mengisahkan bagaimana orang-orang pinggiran, buangan, yang tidak punya apapun kecuali doa, melawan kerasnya sosok kemapanan. Tidak semua cerpen dari buku Cinta Tak Ada Mati dibungkus dengan tema di atas. Namun, cerpen ini dibahas dari sisi karakter orang buangan yang “tak memiliki apapun kecuali doa”.

Bagaimana keadaan dan situasi harus memaksa orang-orang buangan tersebut untuk bertahan dengan melakukan tindakan “ajaib”. Lagi-lagi Eka Kurniawan menampilkan sisi dan kondisi dari budaya dan sosial politik orang-orang beruntung yang coba dibungkam dan diabaikan oleh sejarah.

Cerpen dalam buku Cinta Tak Ada Mati memiliki khas yang tak hanya menonjolkan karakter yang lemah yang digambarkan dengan orang buangan. Namun, kumpulan cerpen ini juga akan meneror pikiran dan mental pembacanya karena terlalu hanyut dibawa oleh latar cerita yang dibuat oleh Eka Kurniawan dalam buku tersebut.

Profil Eka Kurniawan

Sumber: Jakartapost.com

Seorang sastrawan yang memiliki segudang prestasi yang membanggakan, baik kanca nasional maupun internasional, Eka Kurniawan. Eka Kurniawan lahir pada 28 November 1975 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Eka Kurniawan menempuh jenjang pendidikan tertingginya di Universitas Gadjah Mada dan berhasil menjadi lulusan Fakultas Filsafat universitas tersebut. Saat ini, Eka Kurniawan tinggal di Jakarta. Eka Kurniawan hidup bersama istrinya, seorang penulis novel Ratih Kumala, dan seorang anak perempuannya.

Skripsi dengan judul Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis adalah awal mula Eka Kurniawan melangkahkan kakinya di dunia sastra, tepatnya sejak tahun 1999. Yayasan Aksara Indonesia menerbitkan skripsi dari Eka Kurniawan.

Nama Eka Kurniawan semakin melambung ketika beberapa karyanya muncul di kanca internasional. Eka Kurniawan pernah diliput oleh beberapa media internasional, diantaranya adalah The Economist, The Strait Time, The Sun dan masih banyak lagi. Selain sosoknya yang ingin diketahui media luar negeri, karya pun tak luput dari sorotan media tersebut. Salah satunya adalah Cantik Itu Luka. Novel yang menjadi buah bibir masyarakat dunia ini pernah diulas oleh salah seorang kritikus dari New York Times.

Tak hanya di luar negeri, di dalam negeri pun nama Eka Kurniawan menjadi buah bibir. Perilisan film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas membuat nama Eka Kurniawan banyak dibicarakan. Kualitas isi dari buku dan cara penulisan Eka Kurniawan yang tak dapat diragukan lagi membuat para pembaca semakin mencintai tulisan Eka.

Fakta mengejutkan tentang Eka Kurniawan adalah kenyataan bahwa dirinya pernah ditolak sebanyak empat kali oleh penerbit Indonesia. Salah satu karyanya yang berjudul Cantik Itu Luka yang menjadi novel karya pertamanya (sebelum Lelaki Harimau). Lelaki Harimau terbit terlebih dahulu dikarenakan novel berjudul Cantik Itu Luka sempat ditolak oleh empat penerbit di Indonesia.

Saat itu, keajaiban terjadi ketika penerbit asal Amerika Serikat, New Directions pada tahun 2015 lalu menerbitkan buku karya Eka Kurniawan dengan judul “Beauty is Wound” dengan teks terjemahan bahasa Inggris. Mulai dari saat itulah nama Eka Kurniawan semakin melejit di Amerika Serikat dan novelnya masuk dalam daftar 100 buku terkemuka The New York Time.

Tak hanya ditolak, Eka Kurniawan juga pernah menolak penghargaan yang diberikan oleh negara kepada dirinya. Penghargaan yang diberikan oleh kemendikbud adalah “Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisional 2019”.

Eka Kurniawan menjelaskan alasan ia menolak penghargaan tersebut adalah karena Eka Kurniawan menilai bahwa negara belum terlalu peduli dengan kebudayaan yang ada di Indonesia. Eka Kurniawan melihat bahwa negara “gagal” membuktikan bisa melindungi seniman dan berbagai macam kerja kebudayaan.

Berikut adalah beberapa hasil karya dari Eka Kurniawan; Corat-coret di Toilet, Cantik Itu Luka, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, Lelaki Harimau, O, Cinta Tak Ada Mati, Kumpulan Budak Setan, dan Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi.

Dikarenakan buku dengan cerita yang menarik tersebut, Eka Kurniawan mendapatkan gelar sebagai salah satu “Global Thinkers of 2015” dari jurnal Foreign Policy dan di tahun 2016, Eka Kurniawan menjadi penulis Indonesia pertama yang dinominasikan untuk Man Booker International Prize.

Kesimpulan

Keempat buku di atas adalah beberapa karya dari Eka Kurniawan yang banyak sekali digemari oleh para pecinta buku. Selain itu, keempat buku di atas memiliki kisah dan penggambaran latar belakang yang masih sesuai dengan kehidupan keseharian kita loh. Meskipun cerita yang disajikan sangat sederhana, Eka Kurniawan membuat latar penggambaran setiap ceritanya sangat menarik dan membekas di benak pembacanya

Bagaimana? Apakah kamu sudah mengenal siapa sosok Eka Kurniawan? Yap. Sosoknya sangat mengagumkan bukan? Eka Kurniawan berhasil membuat harum nama Indonesia di bidang sastra. Meskipun ia pernah mengalami penolakan sebanyak empat kali, tetapi Eka Kurniawan tetap tegar dan maju langkah demi langkah sampai akhirnya Eka Kurniawan sampai pada titik ini.

Buku yang Eka Kurniawan hasilkan banyak sekali memberi pelajaran bagi pembacanya. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana Eka Kurniawan menyelipkan pesan moral dan kehidupan di sela-sela alur cerita dari setiap bukunya. Meskipun telah meraih banyak penghargaan, Eka Kurniawan tetap menghadirkan karya-karya baru yang membuat para pecinta tulisannya terus menunggu dan menantikan karya barunya.

Pelajaran yang dapat diambil dari sosok Eka Kurniawan adalah bagaimana kita menjadi sosok orang yang selalu percaya diri dengan apa yang kita punya. Meski dari keluarga yang sederhana, Eka Kurniawan tetap menghasilkan karya yang luar biasa meski dirinya pernah ditolak. Begitupun dengan tindakan keseharian yang kita lakukan. Lakukanlah dengan sebaik mungkin, semaksimal mungkin, agar apapun yang kita lakukan bisa menjadi pembelajaran yang berharga bagi orang yang berada di sekitar kita. Jangan lupa juga untuk selalu bersyukur dan menghargai orang-orang di sekitar kita ya.

Bagi kamu yang tertarik dan menyukai dengan buku dari Eka Kurniawan, segera dapatkan buku-buku best sellernya di www.gramedia.com.

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy