in

Review Novel Hidup (To Live) Karya Yu Hua

Novel Hidup (To Live) Bagi Grameds yang sedang mencari novel realistis tentang kehidupan, novel Hidup (To Live) ini sangat direkomendasikan. Cetakan pertama novel ini diterbitkan pada 2015. Cetakan terbaru novel ini yang telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama pada 12 April 2020.

Novel ini sudah berhasil meraih penghargaan, meskipun pada awalnya dilarang terbit, kemudian menjadi salah satu buku kontroversial dan paling berpengaruh di Cina dekade terakhir ini. Fugui adalah anak seorang anak tuan tanah kaya yang pekerjaannya menghabiskan waktu di meja judi dan ditemani pelacur.

Fugui pun kehilangan hartanya beserta harta leluhurnya, juga orang-orang yang dicintainya. Fugui pun berupaya untuk bertahan hidup di tengah kekacauan perang saudara, absurditas Revolusi Kebudayaan, sampai bencana kelaparan yang melanda Cina akibat pemerintahan Mao.

Cerita tragis kehidupan Fugui merangkum kengerian perjalanan sejarah negeri Cina di tengah revolusi komunis. Hidup (To Live) merupakan karya kontroversial yang sempat dilarang beredar di Cina. Novel ini sudah meraih banyak penghargaan sastra internasional, diadaptasi menjadi film, dan sudah diterjemahkan ke lebih dari 20 bahasa.

Dengan kata-katanya yang sederhana, Yu Hua merangkai cerita yang menggugah tentang sebuah Cina. Ia menyajikan cerita yang sangat realistis dan tanpa basa-basi. Novel Hidup (To Live) yang ditulis oleh Yu Hua ini menggambarkan tragedi, penderitaan, kematian, dan perjalanan sejarah revolusi kebudayaan Cina yang mengerikan.

Walaupun demikian, banyak aspek-aspek positif yang bisa didapatkan dari novel ini. Kisah ini mampu mengajak para pembacanya merefleksikan tentang perjuangan hidup, memberitahu prinsip hidup masyarakat Cina yang sangat baik untuk selalu diingat dan diterapkan, supaya lebih mengetahui sejarah negeri Cina, dan mengajarkan pembaca untuk mensyukuri hidupnya.

Yuk, biar kamu semakin yakin untuk memiliki novel Hidup (To Live) ini langsung simak review singkat ini sampai selesai, ya.

Review Novel Hidup (To Live)

Pros & Cons

Pros
  • Novel Hidup (To Live) ini menawarkan kisah kehidupan yang begitu realistis.
  • Buku dengan begitu sempurna menggambarkan penderitaan seseorang.
  • Yu Hua merangkai narasi yang sangat luar biasa.
  • Penulis membangun karakter setiap tokohnya dengan sangat kuat, bukan hanya Fugui sebagai tokoh utama, tetapi juga tokoh-tokoh pendukung lain.
  • Yu Hua juga membangun latar yang sangat jujur, tidak ada yang ditutup-tutupi tentang latar suasana Cina pada masa itu.
  • Gaya bahasa yang digunakan Yu Hua ringan dan tentunya mudah dimengerti.
  • Agustinus Wibowo berhasil menerjemahkan novel ini dengan sempurna.
  • Yu Hua juga menyajikan banyak kutipan yang bisa menjadi inspirasi dan refleksi bagi para pembaca.
  • Kisah kehidupan Fugui ini memberikan banyak pesan moral yang dapat menjadi pembelajaran bagi pembaca.
Cons
  • Novel ini menuai kontroversi yang memang menjadi isu sensitif di Tiongkok.
  • Alur kisah novel ini dinilai terburu-buru di awal.

 

Lelaki itu sedang minum teh pahit buatan petani. Ia duduk di depan pintu, sementara sepasang matanya memerhatikan tubuh-tubuh renta itu sambil terbungkuk-bungkuk menyusuri pematang sawah. Sampai suatu suara menarik perhatiannya. Lelaki tua itu bernama Fugui, itu juga nama sapi yang berada di sampingnya.

Dua Fugui yang sengsara itu bekerja sama membajak satu petak sawah kecil mereka. Ini adalah kisah seorang lelaki Fugui yang terlahir sebagai anak keluarga kaya raya. Fugui menikah dengan seorang wanita bernama Jiazhen yang merupakan seorang putri juragan beras.

Jiazhen merelakan hidup enaknya itu dengan bisa hidup bersama dengan Fugui yang jelas-jelas bajingan. Fugui yang seenaknya itu setiap hari bergonta-ganti pasangan dan menghabiskan waktunya bermain judi. Fugui menceritakan tentang kisah hidupnya di suatu senja.

Masa-masa saat ia masih memakai sutra di tubuhnya dan mengambil langkah-langkah pongah. Hidupnya yang sangat sinting itu ia habiskan di meja judi. Memainkan satu putaran demi putaran berikutnya. Ketika Jiazhen, sang istri, sedang hamil besar, ia merajuk sampai memohon-mohon kepada Fugui untuk pulang.

Review Buku: The Architecture of Love | Point of View

Namun, Fugui tidak mendengarnya. Rajukan Jiazhen pun makin menjadi dan ia malah menendang istrinya hingga tersungkur. Namun, Jiazhen tetap tidak menyerah. Fugui hingga kehabisan akal melihat istrinya mengacaukan permainan judinya. Ia pun membayar sekumpulan pria dengan uang hasil judinya untuk menarik Jiazhen keluar.

Fugui bermain bersama raja judi yang bernama Long Er. Long Er memang telah tersohor di bilik-bilik Rumah Hijau. Fugui berpikir bahwa ia bisa mengelabui orang itu dengan mudah. Namun, hartanya beserta harta leluhurnya malah terkuras. Fugui pun pulang dengan malu.

Mulutnya berbusa saat pulang ke rumah, menjelaskan tragedi yang menimpanya ini. Ayahnya langsung marah besar mengeluarkan jurus hingga Fugui langsung ambruk. Keluarga menjadi kacau, sehingga mereka pun harus pindah ke rumah kecil di pedesaan.

Dari anak seorang kaya raya, Fugui kini harus menjalani hidupnya dengan keras. Ia juga perlu mendidik kedua anaknya dengan banyak ancaman. Ditambah lagi, Negeri Cina mengalami banyak naik turun kekuasaan pada masa itu.

Bagi Fugui yang hanya berprofesi sebagai petani, kebijakan Ketua Mao jelas menguntungkan. Secara terkhusus saat tanah-tanah besar milik para pemilik tanah dilebur dan harus dibagikan secara merata. Namun, bagi Long Er sebagai Tuan Tanah, hal itu jelas merugikan.

Hanya saja, kebijakan-kebijakan tersebut tak berhenti di sana. Saat hal itu berlaku, bencana kelaparan pun melanda Cina dengan begitu sadis. Mulai dari bencana kelaparan yang melanda seluruh negeri. Fugui dan Fengxia bahkan harus menggali puluhan mu demi memperoleh ketela untuk makan.

Komunisme di sana merajalela, sampai masa saat revolusi kebudayaan dianggap menjadi jalan terbaik untuk diperjuangkan. Ini adalah kisah Fugui yang menyedihkan dan sangat tidak adil.

Lalu, apakah Fugui akan berhasil melewati kisah hidupnya ini? Apakah perjuangan dirinya untuk bahagia akan berhasil?

 

Kelebihan Novel Hidup (To Live)

Novel Hidup (To Live) ini menawarkan kisah kehidupan yang begitu realistis. Buku dengan begitu sempurna menggambarkan penderitaan seseorang. Namun, Yu Hua menggambarkan peristiwa itu dengan begitu sederhana dan begitu natural.

Yu Hua merangkai narasi yang sangat luar biasa. Ia membangun karakter setiap tokohnya dengan sangat kuat. Bukan hanya Fugui sebagai tokoh utama, tetapi juga tokoh-tokoh pendukung lain digambarkan dengan sangat baik. Seperti Jiazhen, Youqing, Fengxia, dan beberapa tokoh lain yang hanya memiliki sedikit peran, tetapi bisa memberikan warna yang unik dalam cerita ini.

Yu Hua juga membangun latar yang sangat jujur, tidak ada yang ditutup-tutupi tentang latar suasana Cina. Ia menyajikan kisah jujur tentang kekejian yang sedang menimpa Cina di masa itu. Terutama tentang komunisme di sana, yang mana bisa bersifat menguntungkan, tetapi juga bisa merugikan.

Gaya bahasa yang digunakan Yu Hua ringan dan tentunya mudah dimengerti. Begitu juga versi terjemahan novel ini dalam Bahasa Indonesia. Agustinus Wibowo berhasil menerjemahkan novel ini dengan sempurna.

Yu Hua juga menyajikan banyak kutipan dalam novel ini. Kutipan yang bisa menjadi inspirasi dan refleksi bagi para pembaca. Tentunya, kisah kehidupan Fugui ini memberikan banyak pesan moral yang dapat menjadi pembelajaran bagi pembaca.

Novel yang dianggap sebagai karya memoar ini mampu membuat para pembacanya meneteskan air mata. Novel Hidup (To Live) bukan menyajikan kisah yang kejam, tetapi kisah yang sangat jujur.

Kekurangan Novel Hidup (To Live)

Selain memiliki kelebihan, novel Hidup (To Live) ini masih memiliki kekurangan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, novel ini menuai kontroversi yang memang menjadi isu sensitif di Tiongkok, sampai-sampai novel ini sempat dicekal dan tak boleh disebarkan. Mungkin ada beberapa pembaca yang kontra dengan kisah ini.

Kemudian, alur kisah novel ini dinilai terburu-buru di awal. Namun, lama kelamaan, alur kisah mulai melambat dan nyaman untuk dinikmati. Secara keseluruhan, novel ini sangat direkomendasikan untuk dibaca.

Profil Yu Hua – Penulis Novel Hidup (To Live)

Yu Hua dikenal sebagai penulis ternama Cina yang sudah menerbitkan lima karya fenomenal dan telah diakui oleh dunia sastra internasional. Ketika novel perdananya Hidup (To Live) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Agustinus Wibowo berhasil mendorong kepopuleran namanya semakin akrab dengan masyarakat Indonesia.

Yu Hua adalah pria kelahiran Haiyan, provinsi Zhejiang pada 1960. Yu Hua tumbuh besar di dalam lingkungan yang berprofesi sebagai dokter. Selama masa mudanya, Yu Hua juga berprofesi sebagai dokter gigi. Tepatnya, pada masa Revolusi Kebudayaan. Namun, keinginannya untuk menulis sangat besar.

Maka dari itu lima tahun kemudian, Yu Hua menerbitkan cerita pendek pertama di suatu majalah sastra. Sejak saat itu, nama Yu Hua mulai diakui sebagai penulis. Yu Hua telah berhasil meraih penghargaan Italian Premio Grinzane Cavour and Gluseppe Acerbo, sehingga ia pun makin rajin menulis.

Sembari berkelakar, Yu Hua mengatakan perbedaan pandangan dan opini terhadap sesuatu adalah hal yang normal. Hal ini ia pelajari dari buku Hidup (To Live) yang sempat dilarang beredar di Tiongkok, tetapi justru meraih banyak penghargaan internasional dan malah diadaptasi ke layar lebar oleh sutradara film Zhang Yimou.

Pesan Moral Novel Hidup (To Live)

Dari novel Hidup (To Live) ini, kita kembali diingatkan bahwa hidup itu hanya satu kali, jadi kita disarankan untuk selalu melakukan hal yang bermanfaat untuk diri kita, sesama, dan hidup. Lalu, melihat dari kisah Fugui, kita bisa belajar untuk tidak tamak dan mengandalkan apa yang kita punya saat ini. Sebab, segala harta yang kita miliki hanya titipan dan bisa hilang begitu saja.

Kisah ini juga mengajarkan kita untuk mementingkan kebahagiaan dalam hidup, bukan tentang harta atau jabatan. Tak ada yang perlu ditakuti dan dikhawatirkan dalam hidup, jalani saja dan berjuanglah selalu.

Kisah ini juga mengingatkan kita bahwa hidup bagaikan roda, terkadang kita berada di atas, tapi kita juga bisa turun ke bawah. Maka itu, jangan sombong ketika kita berada di atas.

Grameds, itu dia ulasan novel Hidup (To Live) karya Yu Hua. Penasaran akan bagaimana kisah Fugui menempuh rintangan hidupnya? Yuk, langsung saja dapatkan novel ini hanya di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap menyediakan kebutuhan Anda.

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gabriel

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy