in

Review Buku Kumpulan Puisi: Adam, Hawa, dan Durian

Adam, Hawa, dan Durian – Buku puisi telah menjadi bagian penting dari warisan sastra. Di dunia yang sudah maju, buku puisi tetap menjadi sumber inspirasi bagi banyak penyair dan pembaca. Buku puisi adalah kumpulan puisi yang diterbitkan dalam bentuk cetak atau digital.

Buku ini mencakup berbagai macam puisi yang ditulis oleh penyair dari berbagai latar belakang dengan gaya penulisannya. Buku puisi sering kali termasuk puisi yang dikurasi dengan hati-hati, sehingga menyajikan pengalaman membaca yang kohesif dan memikat bagi pembaca.

Salah satu buku puisi yang banyak menarik perhatian pembaca, khususnya penikmat puisi yaitu buku karya Garin Nugroho berjudul Adam, Hawa, dan Durian. Puisi-puisi yang terangkum dalam buku ini merupakan ungkapan hati tentang perjalanan seni yang ditulis oleh Garin Nugroho sejak tahun 1990.

Melalui buku kumpulan puisinya, Garin Nugroho menawarkan cara yang unik untuk melacak dan menggambarkan jejak pengalaman serta kegelisahan yang dialaminya sepanjang perjalanannya dalam dunia kebudayaan. Puisi-puisi tersebut dihimpun dengan tema cinta yang secara mendalam mengungkapkan pentingnya berbagai aspek kehidupan, sekaligus menampakkan betapa besar cinta yang Garin Nugroho miliki terhadap sebuah kehidupan.

Grameds, artikel ini akan mengulas mengenai buku kumpulan puisi yang berjudul Adam, Hawa, dan Durian karya Garin Nugroho. Yuk, simak ulasannya ini sampai selesai, ya.

Tentang Buku Adam, Hawa, dan Durian

 

Judul Buku : Adam, Hawa, dan Durian

Penulis Buku : Garin Nugroho

Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia

Halaman : 140

“Sebagus apapun matamu

Kamu butuh orang lain

Review Buku: The Architecture of Love | Point of View

Untuk meniup debu dari matamu.” 

Buku Adam, Hawa, dan Durian merupakan kumpulan puisi karya Garin Nugroho. Buku ini hadir sebagai manifestasinya terhadap pemahaman tiga unsur, yaitu tubuh, cinta dan imajinasi. Sejauh ini, manifestasi atas karyanya berada pada ruang lingkup film, panggung, dan buku.

Tubuh, cinta, dan imajinasi memiliki daya pikat terhadap segala kontroversi yang berhubungan dengan sejarah peradaban, khususnya pada bidang gagasan lisan maupun tulisan. Peradaban yang dimaksud adalah segala perbuatan yang dipertanggungjawabkan oleh manusia.

Melalui tubuh, manusia tidak hanya sekedar makhluk yang menghuni ruang dan waktu, artinya manusia hanya menunggu kapan batas tubuhnya selesai. Tubuh tidak hanya dipahami sebagai media yang ditempati oleh jiwa atau objek dari segala macam idealis jiwa. Hal tersebut diungkapkan oleh Garin melalui puisinya berjudul Tubuh dan Cinta. Garin beranggapan bahwa tubuh merupakan sebuah ekspresi diri.

“Kalau puisi cinta selalu lahir 

Karena aku dilahirkan olehnya.”

Tubuh hidup bersama dengan cinta dan imajinasi. Tiga unsur tersebut menjadi keberagaman yang ada dalam ruang dan waktu. Cinta akan membisikan imajinasi, agar tubuh dapat menciptakan karya-karya estetika. Proses hubungan antara tubuh, cinta, dan imajinasi pun terbentuk karena cinta merupakan tubuh yang mencari imajinasi.

Puisi-puisi yang ada dalam buku ini adalah luapan energi dari dalam diri Garin yang sudah tidak terbendung lagi. Selama menjadi seorang sutradara, Garin paham betul waktu ketika dia mencurahkan isi hatinya ke dalam sebuah tulisan hingga membentuk satu buku yang utuh.

“Kalau tak kujumpa puisi cinta

Tak kujumpa kamu.”

Review Buku Adam, Hawa, dan Durian

Pros & Cons

Pros
  • Berisi kumpulan puisi yang ditulis oleh Garin Nugroho sejak tahun 1990.
  • Puisi-puisi dalam buku berhasil menggambarkan proses kehidupan yang melibatkan tubuh, cinta, dan imajinasi.
  • Mengandung bahasa yang puitis dan terasa hidup seperti sebuah film.
Cons
  • Hanya cocok untuk pembaca yang senang dengan puisi.

 

Membaca buku kumpulan puisi Adam, Hawa, dan Durian akan mengingatkan pembaca pada perjalanan hidup yang tidak terlupakan melalui tiga unsur utama, yaitu  tubuh, cinta, dan imajinasi. Buku ini mengisahkan perjalanan panjang dari karier penulis bernama Garin Nugroho sejak tahun 1990.

Setiap puisi dalam buku ini memberikan pengalaman hidup yang memikat dengan kisah-kisah percintaan yang mengharukan, keindahan dalam kesederhanaan, serta makna yang mendalam.

Antologi puisi ini adalah karya khas dari Garin yang berhasil dikemas secara sinematik sehingga pembaca seakan terhanyut dalam adegan dan nuansa yang nyata, sama seperti menonton film.

Menelusuri setiap puisi dalam buku ini seperti menyusuri perjalanan kreatif, mulai dari tahap kelahiran pikiran yang sederhana hingga pemikiran yang mendalam. Bahasa sinematik yang digunakan oleh Garin Nugroho begitu puitis, sementara puisi-puisinya terasa hidup.

Berdasarkan judulnya sendiri, yaitu Adam dan Hawa seolah menjadi perwakilan dari wujud cinta, maka membaca buku ini dapat membawa pembaca pada pengalaman penuh makna dari proses kehidupan yang melibatkan sebuah hubungan.

Bagi pembaca yang ingin merasakan kegelisahan dan keunikan dari Garin Nugroho, buku Adam, Hawa, dan Durian menjadi pilihan yang tepat. Buku ini mampu mengabadikan keunikan dari hal-hal yang mungkin kita anggap biasa-biasa saja dan menjadikannya istimewa melalui tulisan dari Garin Nugroho.

Buku kumpulan puisi Adam, Hawa, dan Durian akan membawa pembaca pada perjalanan yang tidak terlupakan melalui kenangan hidup yang penuh dengan keindahan dan makna. Sekaligus, karya ini menggugah pembaca untuk merenungkan kembali tentang hidup mereka sendiri.

Mengenal Garin Nugroho, Penulis Buku Adam, Hawa, dan Durian

Sumber: wikipedia

Garin Nugroho merupakan seorang sutradara, penulis skenario, dan produser film yang namanya sudah tidak asing lagi di Indonesia. Dia mulai dikenal secara luas setelah merilis film berjudul Cinta dalam Sepotong Roti tahun 1990. Kemudian, film keduanya, Surat untuk Bidadari tahun 1992, hingga berhasil membawa namanya ke panggung internasional.

Pria kelahiran tahun 1961 ini juga memiliki perhatian yang besar terhadap masalah lingkungan hidup. Hal itu terlihat dari film-filmnya dengan tema lingkungan, salah satunya adalah Under The Tree. Kemudian, tahun 1987 Garin Nugroho juga mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat atau LSM yang bernama SET. LSM ini bertujuan untuk menciptakan bahasa yang baru, menginspirasi kreativitas, dan membangun komunitas.

Garin Nugroho atau yang lebih dikenal dengan Mas Garin menempuh pendidikan film di Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dengan jurusan Sinematografi dan berhasil menyelesaikannya tahun 1985. Pria yang lahir di Yogyakarta ini merasa bahwa belajar film saja tidaklah cukup, sehingga dia memilih untuk mengambil pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan menyelesaikannya pada tahun 1991.

Garin memulai kariernya sebagai sutradara melalui produksi film dokumenter. Namanya mulai dikenal setelah film cerita panjang pertamanya, Cinta dalam Sepotong Roti (1990) berhasil memenangkan penghargaan Film Terbaik di Festival Film Indonesia tahun 1991. Film keduanya, Surat untuk Bidadari (1992) membawa Garin ke panggung internasional. Sejak saat itu, namanya semakin dikenal di berbagai festival film internasional.

Pada perayaan 250 tahun Mozart yang diselenggarakan tahun 2006, Garin berhasil menjadi salah satu dari enam sutradara inovatif dunia untuk membuat film, yang kemudian melahirkan Opera Jawa. Pada akhir tahun 2006, ia juga turut mendirikan Jogja-NETPAC Asian Film Festival.

Pada awalnya, Garin Nugroho memulai karier sebagai pembuat film dokumenter dan kritikus film. Dia telah menyelesaikan kurang lebih dua puluh film, meliputi dokumenter, film pendek, dan film panjang. Tidak hanya itu, Garin juga sempat terlibat pembuatan video klip musik untuk artis-artis ternama di Indonesia, seperti Titi DJ.

Pada tahun 2021 Garin Nugroho menerbitkan buku kumpulan puisi pertamanya yang berjudul Adam, Hawa, dan Durian. Buku ini berisi tulisan-tulisan yang menggambarkan perjalanan karier Mas Garin sejak tahun 1990. Puisi-puisi yang ada dalam buku ditulis spontan oleh Mas Garin.

Mengenal Film Puisi Cinta yang Membunuh, Terinspirasi Buku Adam, Hawa, dan Durian

Film Puisi Cinta yang Membunuh diangkat dari buku kumpulan puisi berjudul Adam, Hawa, dan Durian karya Garin Nugroho, sekaligus sutradaranya. Film ini bercerita tentang seorang wanita yang memiliki rasa trauma karena kekerasan semasa kecilnya.

Menonton film ini seolah dibawa masuk ke dalam kehidupan seorang wanita muda bernama Ranum yang diperankan dengan sangat baik oleh Mawar de Jongh. Ranum adalah seorang mahasiswi jurusan desain di sebuah kampus, namun kehidupannya tidaklah mudah. Dia telah mengalami banyak kekerasan di masa kecilnya dan meninggalkan bekas yang mendalam dalam ingatannya, bahkan sampai menimbulkan trauma.

Trauma yang dialami oleh Ranum membuatnya menjadi penyendiri dan anti sosial dan sulit untuk bergaul dengan lingkungan. Namun, hal yang lebih mengerikan adalah bahwa trauma itu membawanya melakukan tindakan kekerasan terhadap orang lain, hingga membuatnya berubah menjadi seorang pembunuh keji.

Film ini menggambarkan adegan-adegan yang penuh darah dan menyajikan metafora yang khas dari Garin Nugroho, sutradara yang sangat berbakat. Garin Nugroho juga sangat cerdik dalam membuat penonton berpikir keras dengan menyajikan banyak plot twist yang berhasil menguras pikiran.

Selain itu, film ini juga menghadirkan elemen yang menarik dengan menggambarkan buku Adam, Hawa, dan Durian. Buku yang menjadi simbol kehidupan dan pergulatan Ranum dalam menghadapi kekerasan yang dialaminya. Melalui buku ini, penonton diajak untuk memahami dan merenungkan tentang pemaknaan kehidupan dan cara kerja trauma seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain.

Secara keseluruhan, film Puisi Cinta yang Membunuh memberikan pengalaman yang tidak terlupakan dan memikat bagi penontonnya. Film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pemahaman tentang kekerasan, trauma, dan perjalanan hidup seorang wanita muda. Garin Nugroho telah berhasil menciptakan karya yang tidak hanya indah secara sinematik, tetapi juga berkesan secara emosional dan intelektual.


Penutup

Buku kumpulan puisi Adam, Hawa, dan Durian karya Garin Nugroho merupakan karya yang menarik. Pada buku ini, penulis mampu menghadirkan perasaan, pikiran, dan pengalaman dengan gaya penulisan yang personal dan autentik.

Tema-tema yang diangkat dalam buku ini, seperti perjalanan hidup manusia, hubungan cinta antar sesama maupun dengan elemen lain, dan makna dari kesederhanaan, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan. Oleh karena itu, buku ini layak menjadi bacaan bagi pecinta puisi dan para pembaca yang ingin merenungkan makna hidup.

Grameds, itulah ulasan mengenai buku kumpulan puisi Adam, Hawa, dan Durian karya Garin Nugroho. Apabila Grameds ingin menyelam lebih jauh setiap kalimat dari puisi-puisi yang ada dalam buku, Grameds dapat membaca dan membelinya di Gramedia.com.

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Dwi Puji Lestari

Rujukan Artikel:

  • Buku Adam, Hawa, dan Durian Karya Garin Nugroho
  • https://ebooks.gramedia.com/id/buku/adam-hawa-dan-durian
  • Profil Garin Nugroho
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Garin_Nugroho
  • Artikel Kumparan: Galih Pilih Kuta, Bali, untuk Pre-Launching Kumpulan Puisi Pertamanya
  • https://kumparan.com/kanalbali/garin-pilih-kuta-bali-untuk-pre-launching-kumpulan-puisi-pertamanya-1vRrRzEJg7y
  • Artikel: Puisi Cinta yang Membunuh Suguhkan Horor Thriller Mencekam Berdarah-Darah
  • https://www.biem.co/read/2023/01/04/94155/puisi-cinta-yang-membunuh/

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy