Bahasa Indonesia Sejarah Sosial Budaya

Memahami Pengertian Ceban Beserta Sejarahnya

pengertian ceban
Written by Fandy

Pengertian ceban – Kita kerap kali menyebut nominal uang dengan sebutan-sebutan yang berbeda dari biasanya. Misalnya: ceban. Penyebutan ceban dan istilah lain seperti gocap, cepek, gopek, dan sebagainya memang sering kita pakai sebagai sebutan pengganti besaran nominal tertentu. Tak cuma di Jakarta, istilah-istilah ini juga kerap kita dengar di daerah Bogor, Depok, Tangerang, sampai Bekasi alias Jabodetabek.

Bahkan, tak sedikit pula masyarakat Makassar atau Medan yang sering menggunakan sebutan pengganti ini. Namun demikian, tak semua masyarakat Indonesia paham arti dari penyebutan seperti ceban dan kawan-kawannya. Sebenarnya, apa arti dan asal-usulnya? Mari simak di bawah ini!

Pengertian Ceban

pengertian ceban

Sumber: kids.grid.id

Istilah ceban sering dipakai oleh masyarakat Indonesia, bahkan sampai tak lagi asing sebagai bahasa “gaul” ala kita. Meski begitu, jangan heran bila ada orang yang tidak tahu arti dari ceban karena kita terdiri dari berbagai macam budaya dan kebiasaan.

Bisa dibilang, istilah ceban digunakan di sejumlah daerah di Indonesia sebagai bahasa gaul yang berkembang seiring berjalannya waktu, khususnya dalam dunia pertanian karena istilah ini memberi tujuan dan maksud tertentu. Penyebutan ini sendiri berasal dari bahasa China. Sebutan ceban ini ini sering diartikan sebagai ucapan yang menunjukkan uang sepuluh ribu.

Istilah nominal seperti ceban, gocap, cepek, goceng, dan gopek ini ialah bilangan Mandarin yang dipakai dalam dialek Hokkian oleh suku Tionghoa. Kira-kira, bagaimana sejarahnya sampai penyebutan ini terbiasa dipakai di Indonesia?

Sejarah Kata Ceban

pengertian ceban

Sumber: kompas.com

Di Indonesia, kita banyak menemui berbagai suku dan etnis yang masih tersebar di seluruh penjuru nusantara dengan eksis. Salah satunya, ialah etnis Tionghoa yang kita tahu banyak tersebar di Nusantara. Inilah asal dari istilah ceban yang banyak digunakan masyarakat.

Bahasa Banlamwe (Munna Hua) merupakan akar dari istilah ceban, menurut Tionghoa.info. Istilah ini berasal dari Provinsi Hokkian (Fujian), Tiongkok, yang berdialek Hokkian. Di Indonesia, istilah ini populer dipakai karena banyaknya kalangan pedagang yang berasal dari Tionghoa.

Kesuksesan mereka di Tanah Air terbukti atas tersebarnya etnis yang satu ini di seluruh penjuru Nusantara. Bahkan, banyak penduduk Indonesia yang berasal sebagai masyarakat Tionghoa yang menggunakan istilah ceban dalam keseharian bisnis perdagangan mereka. Apalagi, di pasar-pasar tradisional di daerah Jabodetabek, Surabaya, dan Medan yang memang banyak diramaikan oleh etnis Tionghoa.

Istilah ceban mulai dipakai oleh sebagian besar anak muda yang memakai bahasa gaul Indonesia seiring berjalannya waktu. Bahasa yang satu ini umumnya merupakan bahasa Betawi yang diadaptasi dari beberapa bahasa lain, seperti bahasa Inggris dan lain sebagainya yang perlahan mulai marak dipakai, khususnya di Jakarta.

Bilangan dalam Bahasa Mandarin

pengertian cebanIstilah ceban, cepek, gopek, goceng, dan lainnya biasa digunakan dalam dunia perdagangan demi menyebut bilangan dan jumlah pada harga suatu barang. Kalau Grameds gemar berbelanja di pasar-pasar, kami sarankan untung memperhatikan berbagai penyebutan asal China ini karena banyak pedagang yang menggunakannya. Hal ini tentunya penting dipelajari agar kita tak salah membayar atau menerima kembalian.

Berikut ialah rangkuman penyebutan bilangan ini dalam jumlah populer, termasuk puluhan, ratusan, ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu, sampai jutaan!

Satuan

  • Satu (1)=it
  • Dua (2)=ji
  • Tiga (3)=sa
  • Empat (4)=si
  • Lima (5)=go
  • Enam (6)=lak
  • Tujuh (7)=cit
  • Delapan (8)=pek
  • Sembilan (9)=kau

Puluhan

  • Sepuluh (10)=cap
  • Sebelas (11)=cap it
  • Dua belas (12)=cap ji
  • Tiga belas (13)=cap sa
  • Empat belas (14)=cap si
  • Lima belas (15)=cap go
  • Enam belas (16)=cap lak
  • Tujuh belas (17)=cap cit
  • Delapan belas (18)=cap pek
  • Sembilan belas (19)=cap kau
  • Dua puluh (20)=ji cap
  • Dua puluh satu (21)=ji cap it
  • Dua puluh dua (22)=ji cap ji
  • Dua puluh tiga (23)=ji cap sa
  • Dua puluh empat (24)=ji cap si
  • Dua puluh lima (25)=ji go
  • Lima puluh (50)=go cap
  • Enam puluh (60)=lak cap
  • Tujuh puluh (70)=cit cap
  • Delapan puluh (80)=pek cap
  • Sembilan puluh (90)=kau cap

Ratusan

  • Seratus (100)=cepek
  • Seratus lima puluh (150)=pek go
  • Dua ratus (200)=no pek
  • Dua ratus lima puluh (250)=no pek go
  • Tiga ratus (300)=sa pek
  • Empat ratus (400)=si pek
  • Lima ratus (500)=go pek
  • Enam ratus (600)=lak pek
  • Tujuh ratus (700)=cit pek
  • Delapan ratus (800)=pek pa tun
  • Sembilan ratus (900)=kau pek

Ribuan

  • Seribu (1.000)=seceng
  • Seribu lima ratus (1.500)=ceng go
  • Dua ribu (2000)=no ceng
  • Dua ribu lima ratus (2.500)=no ceng go
  • Tiga ribu (3.000)=sa ceng
  • Empat ribu (4.000)=si ceng
  • Lima ribu (5.000)=go ceng
  • Enam ribu ( 6.000)=lak ceng
  • Tujuh ribu (7.000)=cit ceng
  • Delapan ribu (8.000)=pek ceng
  • Sembilan ribu (9.000)=kau ceng

Puluhan Ribu

  • Sepuluh ribu (10.000)=ceban
  • Lima belas ribu (15.000)=ban go
  • Dua puluh ribu (20.000)=no ban go
  • Dua puluh lima ribu (25.000)=no ban go
  • Tiga puluh ribu (30.000)=sa ban
  • Tiga puluh lima ribu (35.000)=sa ban go
  • Empat puluh ribu (40.000)=si ban
  • Empat puluh lima ribu (45.000)=si ban go
  • Lima puluh ribu (50.000)=go ban
  • Enam puluh ribu (60.000)=lak ban
  • Tujuh puluh ribu (70.000)=cit ban
  • Delapan puluh ribu (80.000)=pek ban
  • Sembilan puluh ribu (90.000)=kau pan

Ratusan Ribu

  • Seratus ribu (100.000)=cepek ceng
  • Seratus sepuluh ribu (110.000)=pek it
  • Seratus dua puluh ribu (120.000)=pek ji
  • Seratus dua puluh lima ribu (125.000)=pek ji go
  • Seratus tiga puluh ribu (130.000)=pek sa
  • Seratus empat puluh ribu (140.000)=pek si
  • Seratus lima puluh ribu (150.000)=pek go
  • Seratus enam puluh ribu (160.000)=pek lak
  • Seratus tujuh puluh ribu (170.000)=pek cit
  • Seratus delapan puluh ribu (180.000)=pak cek
  • Seratus sembilan puluh ribu (190.000)=pek kau
  • Dua ratus ribu (200.000)=no pek ceng
  • Dua ratus lima ratus ribu (250.000)=no pek go
  • Tiga ratus ribu (300.000)= sa pek ceng
  • Tiga ratus lima puluh ribu (350.000)=sa pek go
  • Empat ratus ribu (400.000)=si pek ceng
  • Lima ratus ribu (500.000)=go pek ceng
  • Enam ratus ribu (600.000)=lak peng ceng
  • Tujuh ratus ribu (700.000)=cit pek ceng
  • Delapan ratus ribu (800.000)=pek pak ceng
  • Sembilan ratus ribu (900.000)=kau pak ceng

Jutaan

  • Satu juta (1.000.000)=cetiaoSatu juta seratus ribu (1.100.000)=tiao it
  • Satu juta lima ratus ribu (1.500.000)=tiao puah
  • Dua juta (2.000.000)=no tiao
  • Dua juta lima ratus ribu (2.500.000)=no tiao puah
  • Tiga juta (3.000.000)=sa tiao
  • Empat juta (4.000.000)=si tiao
  • Lima juta (5.000.000)=go tiao
  • Enam juta (6.000.000)=lak tiao
  • Tujuh juta (7.000.000)=cit tiao
  • Delapan juta (8.000.000)=pek tiao
  • Sembilan juta (9.000.000)=kau tiao
  • Sepuluh juta (10.000.000)=cap tiao
  • Lima puluh juta (50.000.000)=go cap tiao
  • Seratus juta (100.000.000)=cepek tiao
  • Lima ratus juta (500.000.000)=go pek tiao

Rupiah Tunggal

  • Lima rupiah (Rp5)=go tun
  • Sepuluh rupiah (Rp10)=cap tun
  • Dua puluh lima rupiah (Rp25)=jo go tun
  • Lima puluh rupiah (Rp50)=go cap tun
  • Seratus rupiah (Rp100)=cepek tun

Bahasa Hokkien

Bahasa Hokkien atau Hokkian (閩南語 atau ditulis sebagai 闽南语 secara sederhana) merupakan salah satu bahasa dari rumpun bahasa Min Selatan dari region Minnan di Tiongkok. Bahasa ini juga merupakan bagian dari rumpun bahasa Sinitik dan digunakan secara luas terutama di Provinsi Fujian (Hokkien) serta Guangdong (Kengtang) bagian utara.

Bahasa ini juga digunakan di Hokkien Taiwan (Taiwan), Singapura, sampai Asia Tenggara yang punya konsentrasi tinggi perantau Tionghoa asal Provinsi Fujian. Selain sebagai bahasa Hokkien, bahasa ini juga terkenal sebagai bahasa Holo di daerah Tiongkok dan Taiwan.

Seperti yang telah dibahas, bahasa Hokkien merupakan akar dari lahirnya penyebutan nominal ceban, gopek, goceng, gocap, dan lain sebagainya di Indonesia. Dengan demikian, penting untuk mengetahui tentang bahasa yang satu ini.

Penyebutan nominal ceban dan kawan-kawan menjadi salah satu bukti banyaknya kata-kata dari bahasa Tionghoa yang diserap sebagai bahasa Indonesia. Meski begitu, nyatanya, bahasa yang paling banyak diserap ialah bahasa Hokkien, bukan bahasa Mandarin.

Bahasa Hokkien punya ciri khas fonologis yang menjadi alasannya. Fonem /f/ pada posisi bahasa Mandarin punya padanan fonem /h/ dalam bahasa Hokkien.

Tentunya, bahasa Indonesia yang cukup dekat dengan bahasa Hokkien bisa dimengerti karena mayoritas pendatang di Asia Tenggara yang berasal dari Tionghoa datang dari Provinsi Fujian yang tak memakai bahasa Mandarin yang merupakan dialek Utara.

Suku Tionghoa di Indonesia

pengertian ceban

Sumber: Pixabay

Setelah mengetahui pengertian ceban dan bahasa Hokkien yang merupakan asal-usulnya, akan menarik jika kita mempelajari terkait tiga suku Tionghoa yang paling banyak berada di Indonesia, bukan? Oleh sebab itu, mari simak lanjutan artikel di bawah ini!

1. Hokkian

Lebih lengkap, suku Hokkian merupakan penduduk asal Provinsi Fujian yang terletak pada bagian tenggara-selatan Tiongkok. Perantau yang tinggal di berbagai negara, termasuk Asia Tenggara, banyak berasal dari suku Hokkian. Jadi, tak heran bila salah satu mayoritas populasi orang Tionghoa di Indonesia diisi oleh suku ini.

Sebenarnya, bahasa Hokkian yang dikenal ialah Minnan Selatan yang termasuk bagian dari bahasa Han. Di Provinsi Fujian (Hokkian), Taiwan, Guangdong utara, dan Asia Tenggara, dialek yang satu ini digunakan secara luas. Bahkan, di seluruh dunia, diperkirakan terdapat 50 juta penutur bahasa Hokkian secara total.
Di Indonesia sendiri, konsentrasi orang Hokkian berada di daerah Sumatera Utara, Riau (khususnya Pekanbaru, Sumatera Barat (Padang), Jambi, Sumatera Selatan (Palembang), Bengkulu, Jawa, Bali, Kalimantan (Banjarmasin, Kutai), Sulawesi (Makassar, Manado, Kendari), sampai Ambon.

2. Hakka

Salah satu kelompok Tionghoa Han terbesar di Tiongkok adalah suku Hakka. Seperti nama sukunya, bahasa yang dipakai adalah bahasa Hakka atau dikenal sebagai bahasa Khek di Indonesia. Orang Hakka sendiri ialah suku Han yang tersebar di kawasan pegunungan Provinsi Guangdong, Fujian, dan Guangxi, Tiongkok.
Dialek Hakka yang berbeda juga dimiliki oleh masing-masing daerah ini, tergantung bagian gunung yang ditinggali dan provinsinya. Saat ini, bahasa Hakka/Khek juga menjadi salah satu dari tujuh bahasa utama di China.

Penutur bahasa Hakka yang berbeda dialek dan logat dapat memahami pembicaraan satu sama lainnya meskipun saking terpisah. orang Hakka pasti akan mempertahankan kebudayaan kemana pun mereka pergi, terutama soal bahasa. Daripada bahasa Tionghoa lain, bahasa Hakka punya kekerabatan lebih dekat terhadap bahasa Mandarin. Sebab itulah, mereka masih mempertahankan bahasa dan kebudayaan meski telah pindah dan menetap di berbagai daerah lainnya.

Pasalnya, berpindah-pindah dalam kelompok besar dan menetap bersama sudah menjadi kebiasaan pula. Diperkirakan, terdapat 30-45 juta orang Hakka di seluruh dunia!

Di Tiongkok Selatan, orang Hakka juga merupakan pendatang terakhir di tanah orang lain. Sering kali, mereka harus bertahan hidup di tanah yang tak subur dan dianggap rendah karena sebagian besarnya tak punya tanah, dianggap kurang beradab, dan miskin. Penolakan dari kelompok Han lain inilah yang menyebabkan tumbuhkan sifat orang Hakka yang berani, ulet, gigih, dan tabah.

Mereka menjadi komunitas dengan solidaritas tinggi dan berhubungan erat karena konflik dengan penduduk asli. Di luar rumah, kaum pria punya tugas yang berat, sedangkan para wanita mengurus rumah dan ladang dengan baik. Orang Hakka menjadi berani mengambil risiko untuk pergi dari tempat asal dan melakukan imigrasi ke tempat-tempat lain di Tiongkok atau luar negeri karena konflik yang berkelanjutan dengan penduduk asli.

Di Indonesia, konsentrasi orang Hakka berada di daerah Jakarta, Aceh, Sumatera Utara, Batam, Sumatera Selatan (Palembang), Lampung, jawa, Bangka Belitung, Kalimantan (Pontianak dan Banjarmasin), Sulawesi Utara (Manado), Sulawesi Selatan (Makassar), Jayapura, dan Ambon.

3. Kanton

Penduduk Guangzhou, ibukota Provinsi Guangdong, menjadi asal dari suku Kanton. Di sana juga merupakan kota terbesar di bagian selatan Tiongkok. Banyak penduduknya berpendidikan tinggi dan terkenal dengan teknik pengobatan tradisional yang manjur.

Di Indonesia, bahasa Kanton sering disebut sebagai bahasa Konghu, yakni salah satu dari dialek Tionghoa yang dituturkan di daerah barat daya Tiongkok (Guangdong), Hong Kong, Macau, serta masyarakat keturunan Tionghoa di Asia Tenggara.

Terdapat hampir 70 juta penutur bahasa Kanton di seluruh dunia. Menurut penelitian dari ahli bahasa Han di Tiongkok, dialek Kanton termasuk salah satu dialek bahasa Han tertua yang masih ada. Dulunya, dialek ini dipakai secara luas di zaman Dinasti Tang.

Di Indonesia, daerah Jakarta, Makassar, Medan, dan Manado menjadi wilayah konsentrasi suku Kanton.

Penutup

Grameds, itulah penjelasan terkait pengertian ceban dan dialek asal-usulnya, sampai berbagai suku asal Tionghoa yang banyak menetap di Indonesia. Semoga semua artikel ini bermanfaat untuk, Grameds. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Bagi kamu yang ingin membaca buku tentang China, seperti “Percakapan Bahasa Mandarin Praktis Untuk Wisata”, “Gampang Ingat Aksara China Untuk Anak-Anak”, dan “Memahami China”, bisa mendapatkannya melalui situs Gramedia.com.

Penulis: Sevilla Nouval Evanda

Percakapan Bahasa Mandarin Praktis Untuk Wisata
https://www.gramedia.com/products/percakapan-bahasa-mandarin-praktis-untuk-wisata?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasihttps://www.gramedia.com/products/percakapan-bahasa-mandarin-praktis-untuk-wisata?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Gampang Ingat Aksara China Untuk Anak-Anak
https://www.gramedia.com/products/gampang-ingat-aksara-china-untuk-anak2?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasihttps://www.gramedia.com/products/gampang-ingat-aksara-china-untuk-anak2?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Memahami China
https://www.gramedia.com/products/memahami-china?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasihttps://www.gramedia.com/products/memahami-china?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Baca juga:

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.