Bahasa Indonesia

Pengertian Bahasa Sansekerta: Ciri, Sejarah, dan Contoh

bahasa sansekerta
Written by Siti Badriyah

Pengertian Bahasa Sansekerta: Ciri, Sejarah, dan Contoh – Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, selalu membutuhkan kehadiran orang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk itu manusia perlu berinteraksi dengan orang lain dengan berbagai media salah satunya adalah bahasa sebagai alat untuk dapat terhubung. Tanpa adanya bahasa, manusia tidak akan bisa menyampaikan maksud atau pesan tertentu yang ditujukan termasuk tidak bisa meminta bantuan kepada lingkungannya. Ada berbagai macam bahasa lahir di seluruh dunia salah satunya adalah bahasa Sansekerta yang termasuk salah satu bahasa tertua. Lalu apa itu bahasa Sansekerta dan mengapa bahasa ini sampai termasuk salah satu bahasa tertua yang pernah dipakai di dunia?

Sebelum mengenal lebih jauh, perlu diketahui bahwa bahasa ini menurut para sejarawan diduga sebagai bahasa lisan pertama yang ada di bumi. Dugaan ini semakin kuat karena banyak bahasa yang digunakan oleh bangsa Eropa terinspirasi dari bahasa ini sehingga termasuk peninggalan kuno. Hal ini dibuktikan dengan anggapan yang diajarkan semua lembaga pendidikan atau universitas seluruh dunia yang menganggapnya sebagai yang paling kuno. Tetapi belum ada bukti yang memastikan kapan awal mula bahasa Sansekerta dipakai atau tepat pada tahun berapa bahasa ini digunakan. Sebelum membahas lebih jauh sejarah bahasa Sansekerta, perlu kita ketahui apa itu bahasa Sansekerta?

Pengertian Bahasa Sansekerta

Apa itu bahasa Sansekerta dan apa makna yang terkandung didalamnya? Bahasa Sansekerta adalah rumpun bahasa Indo-Eropa yang dianggap salah satu yang paling tua dan banyak dikenal oleh para peneliti bahasa. Makna dari bahasa Sanskerta yaitu bahasa yang sempurna, antonim dari bahasa rakyat atau prakerta dan banyak dipakai untuk keperluan agama atau ilmiah. Sampai saat ini, bahasa Sansekerta menjadi salah satu bahasa resmi yang digunakan di negara India karena berhubungan erat dengan Agama Hindu dan Budha. Di daerah India sendiri, bahasa Sansekerta banyak digunakan dalam beberapa acara dalam agama Hindu atau beberapa perayaan besar kenegaraan lainnya.

Bagi masyarakat India, bahasa ini begitu eksklusif karena menjadi penanda perbedaan status sosial sehingga hanya diajarkan kepada golongan atau kasta tinggi. Penggunaan bahasa Sansekerta tidak hanya berkembang di negara India saja, namun beberapa negara juga menggunakannya untuk beberapa simbol tertentu atau semboyan. Indonesia menjadi salah satu dari beberapa negara di dunia yang menggunakan bahasa ini dalam semboyan negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Kita tidak asing dengan semboyan yang bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu juga, yang diambil dari salah satu bahasa tertua di dunia ini. Walau tidak sepenuhnya semboyan ini menggunakan bahasa Sansekerta karena ada perpaduan dengan bahasa asli dari Indonesia yaitu Jawa Kuno.

Ciri-ciri Bahasa Sansekerta

Setelah mengetahui apa itu bahasa Sansekerta pada ulasan sebelumnya, lalu bagaimana ciri-ciri bahasa Sansekerta sehingga orang dapat membedakannya dengan yang lainnya? Berikut ini ciri-cirinya.

1. Mempunyai Delapan Tata Bahasa

Dalam bahasa Sansekerta terdapat Delapan tata bahasa yang membedakannya dengan bahasa lainnya. Delapan tata bahasa yang dimaksud adalah sebagai berikut.

  • Tata bahasa berupa nominatif merupakan tata bahasa yang merujuk pada kata benda. Nominatif dalam pola bahasa pada pembentukan kalimat tertentu menunjukkan posisi sebagai subjek. Pada intinya, normatif merupakan kelas kata untuk semua jenis atau unsur yang dapat dibendakan.
  • Tata bahasa vokatif merupakan kata yang merujuk pada kata persuasif seperti ajakan, seruan, atau panggilan.
  • Tata bahasa berupa akusatif merupakan kata yang menunjukkan pada objek dari sebuah kata kerja. Akusatif dalam pembentukan suatu kalimat menempati posisi sebagai objek yang didahului oleh kata kerja berbentuk transitif. Sehingga akusatif dengan kata kerja transitif harus saling berdampingan karena keduanya saling mempengaruhi.
  • Tata bahasa instrumentalis merujuk pada alat. Pada kalimat bentuk pasif, kata benda yang menyebut pelaku merupakan instrumentalis.
  • Tata bahasa dativ merujuk pada kata tunjuk yaitu kepada, seperti, atau untuk.
  • Tata bahasa berupa ablatif merujuk pada asal usul sesuatu atau objek yang mampu menggerakan sesuatu.
  • Tata bahasa generatif merujuk pada kata yang menunjukkan kepemilikan atau kepunyaan.
  • Tata bahasa lokatif merujuk pada keberadaan sesuatu atau menunjukkan letak suatu tempat tertentu.

2. Mengenal Tiga Jenis Kelamin atau Gender

Ada tiga jenis kelamin atau gender yang dikenal dalam Sansekerta yaitu maskulin yang merupakan laki-laki, feminin pada perempuan, serta netral. Penggunaannya biasa pada benda-benda yang dapat dibedakan menurut gendernya. Netral disini berarti kata benda yang dimaksud dapat melekat pada laki-laki atau pada perempuan. Kata benda yang berakhiran a tapi pendek merupakan maskulin atau netral, sedangkan yang berakhiran a panjang maka hampir bisa dikatakan feminim.

3. Ada Tiga Jenis Jumlah

Ada tiga jenis dalam tata bahasa Sansekerta untuk membedakan suatu benda, yaitu singular untuk benda yang berjumlah satu, dualis untuk menunjukan dua benda, dan jamak yang menunjukkan jumlah lebih dari dua.

4. Memiliki Skema Dasar

Skema dasar disini sebagai tanda untuk membedakan mana kata yang termasuk singular, dualis, atau jamak. Skema dasar inilah yang digunakan dalam pembentukan kata dalam 8 tata bahasa seperti yang sudah dijelaskan di atas.

5. Mempunyai Hukum Sandhi

Hukum sandhi merupakan perubahan kata yang terjadi baik itu di awal, tengah, atau akhir karena adanya pengaruh bunyi yang hampir mirip. Ada dua jenis hukum sandhi, yaitu sandhi dalam dan sandhi luar. Sandhi dalam adalah kata dasar yang bergabung dengan imbuhan tertentu. Sedangkan sandhi luar adalah dua kata dasar yang bergabung menjadi satu kata utuh.

Istilah ini dapat ditemukan dalam bahasa Jawa Kuno atau dalam bahasa Indonesia. Beberapa contoh yang termasuk sandhi dalam pada bahasa Jawa yaitu:

  • omah yang berarti rumah terbentuk dari dua unsur yaitu a ditambah uma.
  • kepengen yang bermakna keinginan terbentuk dari dua unsur yaitu kapa dan ingin.

Sedangkan yang termasuk sandhi luar diantaranya yaitu narendra (gabungan dari nara dengan indra) serta Werkudara (gabungan dari wreku dengan udara).

Sejarah Perkembangan Bahasa Sansekerta

Setelah belajar mengenai apa itu bahasa sansekerta dan ciri-ciri yang membedakannya dengan bahasa lainnya, lalu bagaimana dengan sejarah perkembangannya? Tidak begitu banyak peninggalan atau penemuan sejarah yang mengatakan asal usul dan kapan bahasa ini lahir sehingga dapat berkembang seperti sekarang ini. Dugaan atau perkiraan yang mengatakan bahasa Sansekerta sebagai salah satu bahasa tertua di dunia adalah pada masa Veda. Periode ini muncul tahun 1750-500 sebelum masehi dimana pada peradaban tersebut bangsa Indo-Arya tinggal dan menetap di India bagian Utara. Mereka menggunakan bahasa Sansekerta sebagai alat komunikasi antara satu dengan lainnya hingga menyebar ke daerah lain.

Dari dugaan tersebutlah anggapan sebagai bahasa tertua di dunia disematkan sampai sekarang ini. Sebenarnya bahasa lain yang dianggap paling tua dibandingkan dengan bahasa Sansekerta adalah bahasa Het yang termasuk dalam rumpun bahasa Indo-Eropa. Bahasa Het banyak digunakan oleh orang-orang yang berada di daratan Turki. Persebaran bahasa Sansekerta begitu luas hingga mempengaruhi beberapa kosakata yang ada di Eropa, salah satunya yaitu dalam bahasa Inggris. Beberapa kosakata yang mirip tersebut adalah sebagai berikut:

Banyaknya kemiripan dengan bahasa-bahasa klasik bangsa Eropa hingga membuat banyak sarjana pada saat itu terkejut. Kedekatan yang tercipta diantara keduanya menunjukkan adanya ikatan historis yang cukup kuat dan akar kata yang membuatnya mirip. Hal ini tidak terlepas dari hubungan bahasa Sansekerta dengan bahasa-bahasa kuno lainnya yang termasuk besar seperti bahasa Latin atau Yunani.

Perkembangan Sansekerta juga tidak lepas dari campur tangan bangsa Arya yang menyebar ke penjuru India hingga meluas ke luar India. Dalam teori migrasi Indo-Arya mengemukakan bahwa bahasa Sansekerta memiliki kaitan yang erat dengan bahasa Indo-Eropa lainnya karena penuturnya merupakan orang yang sama. Hal yang dapat membuktikan teori ini adalah kedekatan antara bahasa Indo-Iran dengan bahasa Slavik dan Baltik dari eropa dimana terjadi pertukaran kosakata di dalamnya. Pertukaran kosakata yang dimaksud berkaitan dalam flora-fauna dalam bahasa Indo-Eropa.

Pada masa prasejarah, bahasa yang digunakan oleh bangsa Indo-Arya yang dipercaya sebagai nenek moyang bahasa Sansekerta. Akan tetapi, kepercayaan ini tidak bisa dibuktikan oleh peninggalan benda atau yang lainnya sehingga tidak jelas serta rentang waktunya terlalu panjang. Thomas Burrow sebagai salah satu ahli sejarah linguistik mengatakan bahwa bahasa Sansekerta sebagai cabang Indo-Arya yang bermigrasi menuju wilayah Iran Timur. Perpindahan itu kemudian diarahkan menuju ke Asia Selatan tepatnya pada abad ke-2 sebelum masehi.

Bahasa yang digunakan oleh bangsa Indo-Arya tidak serta merta sama, melainkan mengalami perubahan yang kemudian bernama bahasa Weda. Bahasa inilah yang diduga sebagai bentuk praklasik dari bahasa Sansekerta hingga lebih dikenal sampai sekarang. Peninggalan sejarah kuno yang menggunakan bahasa Sansekerta adalah kitab suci Agama Hindu yang bernama Regweda yang ditulis pada abad ke-2. Namun peninggalan ini hanya berupa ucapan yang diturunkan oleh generasi sebelumnya dan tidak dicatatkan pada media tertentu sehingga tidak begitu dipercaya kebenarannya.

Regweda sendiri merupakan kitab suci agama Hindu yang dibuat secara terpisah karena dikarang oleh banyak pengarang pada waktu itu. Orang yang mengarang kitab ini merupakan orang yang berbeda dari generasi yang satu dengan generasi lainnya. Louis Renou yang merupakan peneliti sastra Sanskerta khususnya Regweda menyebutkan bahwa bahasa Weda memiliki pola linguistik yang lebih teratur pada masanya. Beberapa peninggalan setelah setelah kita Regweda diantaranya yaitu Atharwaweda, Yajurweda, Samaweda, dan beberapa naskah kuno lainnya. Dari adanya peninggalan berbahasa Weda tersebut, bahasa Sansekerta dianggap sebagai bahasa kuno yang digunakan pada masyarakat di daerah barat laut, timur, dan utara negara India.

Beberapa kelompok terpelajar di Eropa lalu mempertanyakan apakah Sansekerta merupakan bahasa lisan atau hanya sebatas bahasa sastra. Perbedaan itu melahirkan dua kubu yang mempunyai pendapat masing-masing, satu mempercayai Sansekerta sebagai bahasa lisan dan lainnya sebagai bahasa sastra. Kelompok yang pro sebagai bahasa lisan mempercayainya berdasarkan pelestarian melalui naskah-naskah yang ditulis dengan bahasa Sansekerta pada masa India Kuno. Mereka mengatakan bahwa bahasa Sansekerta klasik pada waktu itu dituturkan oleh mereka yang termasuk golongan terpelajar dan kelompok yang berbudaya.

Beli Buku di Gramedia

Penyebaran Sansekerta juga sampai ke wilayah Indonesia, lebih tepatnya pada awal abad ke-5 Masehi oleh pendeta yang berasal dari India dan sekitarnya. Terlebih pada abad ke-7 dimana keberadaan agama Hindu di nusantara kala itu mencapai puncak kejayaannya lewat beberapa kerajaan besar. Kerajaan besar yang pernah berdiri di wilayah Indonesia seperti Kerajaan Kutai sebagai kerajaan tertua di indonesia, Tarumanegara, hingga yang paling terkenal yaitu Majapahit. Peninggalan kerajaan-kerajaan tersebut umumnya berupa prasasti yang ditulis dalam bahasa Sansekerta seperti dari kerajaan Kutai lewat 7 buah prasasti berbahasa Sansekerta.

Kerajaan Majapahit sebagai kerajaan Hindu terbesar di Indonesia juga meninggalkan banyak peninggalan bersejarah beraroma bahasa Sansekerta. Salah satu peninggalan yang terkenal hingga saat ini adalah sumpah palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada yang berkuasa pada waktu itu. Dalam sumpah palapa, terdapat kata Nusantara yang berasal dari bahasa Sansekerta yang digunakan sampai sekarang yang dapat ditemukan pada teks atau bacaan lainnya. Nusantara berasal dari kata nusa yang berarti pulau dan kata antara yang bermakna luar. Nusantara oleh Patih Gajah Mada ditujukan untuk seluruh wilayah di luar pulau Jawa karena keinginannya untuk menyatukan seluruh wilayah menjadi satu dengan nama Nusantara.

Walaupun membawa pengaruh yang kuat lewat kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu pada waktu itu, bahasa Sansekerta mulai ditinggalkan pada abad 14. Penyebabnya disebabkan karena runtuhnya kekuasaan dinasti kerajaan Hindu digantikan oleh kekuasaan Islam yang lebih banyak menyebarkan bahasa arab dan melayu. Namun, tidak serta merta unsur Sansekerta hilang begitu saja karena kosakata dari bahasa melayu dan daerah lainnya di nusantara merupakan serapan Sansekerta. Jawa merupakan daerah yang masih terdapat unsur Sansekerta dalam beberapa kosakata yang dikembangkan dan digunakan oleh para leluhur hingga kini. Bukti bahwa masih kentalnya unsur Sansekerta walaupun sudah lama sekali ditinggalkan oleh banyak orang.

Tidak hanya mempengaruhi bahasa daerah tertentu saja, bahasa nasional negara Indonesia juga mendapat pengaruh yang sama selain dari Arab, Cina, Inggris, Belanda, dan sebagainya. Diperkirakan kurang lebih 800 dalam bahasa Indonesia terdapat unsur dari bahasa Sansekerta yang masih digunakan dan tercatat dalam KBBI.

Contoh Bahasa Sansekerta dalam Bahasa Indonesia

Dalam artikel ini kita tidak hanya tahu apa itu bahasa Sansekerta, tapi kita juga harus tahu bahwa banyak kata-kata yang merupakan serapan dari bahasa Sansekerta. Kita bahkan merasa sangat familiar dengannya karena sudah terbiasa melafalkannya. Terlebih pada zaman dahulu pengaruhnya begitu kuat di tanah air sehingga banyak kosakata yang ikut diserap. Berikut ini contoh beberapa kosakata hasil serapan ke bahasa Indonesia.

Setelah tahu apa itu bahasa Sansekerta, ciri-ciri, hingga sejarahnya, banyak pelajaran yang dapat dipetik. Begitu besarnya pengaruh bahasa Sansekerta di dunia ini membuat keberadaannya masih melekat meski zaman terus berubah. Hal tersebut menandakan bahwa leluhur bangsa tersebut berhasil menjaga eksistensinya antar generasi. Kita sebagai bangsa Indonesia juga harus mencontoh pelestarian tersebut dan menjaga agar bahasa Indonesia sebagai media komunikasi tidak luntur tergerus waktu. Jangan sampai alat pemersatu bangsa yang begitu majemuknya hilang sehingga kita juga akan kehilangan identitas nasional.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

About the author

Siti Badriyah

Tulis menulis menjadi salah satu hobi saya. Dengan menulis, saya menyebarkan beragam informasi untuk orang lain. Tak hanya itu, menulis juga menggugah daya berpikir saya, sehingga lebih banyak informasi yang dapat saya tampung.

Kontak media sosial Instagram saya Siti Badriyah