Bahasa Indonesia

Perbedaan Paragraf Deduktif dan Induktif Disertai Contohnya

paragraf deduktif dan induktif
Written by Siti Badriyah

Perbedaan Paragraf Deduktif dan Induktif Disertai Contohnya – Paragraf deduktif dan induktif adalah bagian dari paragraf di dalam teks bacaan. Apa itu paragraf deduktif dan induktif? Artikel ini akan membahas persoalan lengkap mengenai paragraf deduktif dan induktif. Meliputi pengertian, perbedaan, sampai cara penulisannya.

A. Pengertian Paragraf

pengertian paragrafParagraf dapat kita sebut sebagai kelompok kalimat dalam sebuah wacana. Definisi yang lebih lengkapnya yakni paragraf merupakan kelompok kalimat yang saling berkaitan dan disusun secara sistematis untuk menjelaskan satu gagasan utama dalam suatu tulisan.

Dalam satu paragraf harus mengandung adanya satu gagasan utama yang didukung dengan kalimat penjelasnya. Antara paragraf satu dengan paragraf lain tidak harus mempunyai panjang-pendek yang sama karena hal tersebut bergantung dari adanya isi pembahasan yang dibicarakan.

Paragraf biasanya mengacu pada kegiatan mengemukakan isi pikiran dalam bentuk tulisan. Contoh dari tulisan yakni proposal, artikel, buku pelajaran, novel, cerpen, puisi, naskah drama, dan lain-lain.

Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd. mengenai paragraf. Paragraf memiliki unsur yang penting untuk dipelajari dalam kegiatan menulis dan mengarang. Semua unsur penting tersebut bisa Grameds ketahui dengan memiliki buku Seri Terampil Menulis Paragraf ini.

Seri Terampil Menulis Bahasa Indonesia: Paragraf

Seri Terampil Menulis Bahasa Indonesia: Paragraf

Beli Buku di GramediaB. Fungsi Paragraf

Menurut Tarigan (1995, dalam Jumiati), paragraf mempunyai beberapa fungsi dalam adanya sebuah karangan, yaitu,

  1. Bagi seorang penulis, paragraf berfungsi sebagai “wadah” untuk mengungkapkan gagasan utamanya.
  2. Sebagai alat untuk menyampaikan gagasan umum yang urut dan teratur
  3. Bagi pembaca, paragraf berfungsi untuk mempermudah mereka dalam memahami apa isi pikiran penulis
  4. Sebagai sarana untuk mengembangkan jalan pikiran penulis yang sistematis
  5. Sebagai pedoman bagi pembaca untuk mengikuti alur pikiran penulisnya
  6. Sebagai “penanda” dari dimulainya pikiran baru
  7. Sebagai pengantar, transisi, atau kesimpulan dalam keseluruhan karangan.

Menurut Razak dan Alwi (2001, dalam Jumiati) untuk menjadi sebuah paragraf yang logis dan sistematis, harus memenuhi unsur-unsur yang ada yakni (1) gagasan utama; (2) gagasan penjelas; (3) kalimat utama; (4) kalimat penjelas; (5) transisi; (6) dan kalimat penegak.

Sementara itu, berdasarkan letak kalimat topiknya, paragraf dibagi menjadi (1) paragraf deduktif, (2) paragraf induktif, dan (3) paragraf campuran.

BACA JUGA: Ide Pokok: Pengertian, Ciri-ciri, Fungsi dan Cara Menemukannya

C. Pengertian Paragraf Deduktif

Paragraf deduktifMenurut Tarigan (2008, dalam Siregar) paragraf deduktif merupakan paragraf yang memiliki kalimat topik berada di awal kalimat. Kalimat topik tersebut kemudikan dikembangkan lagi menjadi kalimat-kalimat penjelas sehingga kalimat topik tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Kalimat topik biasanya kita sebut sebagai kalimat utama.

Sementara itu, menurut Mahyana (2008, dalam Anggelika) menerangkan bahwa paragraf deduktif merupakan paragraf yang disusun dengan mengawali pengembangan gagasannya dari sesuatu yang umum menuju sesuatu yang lebih khusus.

Keberadaan kalimat-kalimat penjelas berfungsi untuk mengembangkan atau memperjelas kalimat utama. Paragraf deduktif biasanya lebih mudah untuk dipahami karena gagasan utama yang berada di awal kalimat.

1. Struktur Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif tentu saja memiliki struktur, seperti yang dikemukakan oleh Alwi (2001, dalam Alkfisa) terdapat tiga struktur yang memiliki tiga susunan untuk menjelaskan informasinya. Umumnya, dalam sebuah paragraf akan terdiri atas kalimat utama, kalimat pengembang langsung, dan kalimat pengembang tidak langsung. Sementara itu, struktur-struktur dalam paragraf deduktif mempunyai empat variasi yaitu,

  • Satu gagasan utama yang dijelaskan oleh banyak kalimat pengembang langsung tanpa kalimat pengembang tidak langsung
  • Satu gagasan utama yang dijelaskan oleh satu kalimat pengembang langsung dan banyak kalimat pengembang tidak langsung
  • Satu gagasan utama yang dijelaskan oleh banyak kalimat pengembang langsung dan satu kalimat pengembang tidak langsung
  • Satu gagasan utama kalimat pengembang tidak langsung.

2. Contoh Paragraf Deduktif

Bunyi-bunyi bahasa atau satuan bahasa sebenarnya termasuk lambang sebab sifatnya konvensional. untuk memahami makna atau yang diacu oleh bunyi-bunyi bahasa itu kita harus mempelajarinya. Tanpa mempelajarinya, orang Inggris tidak akan tahu bahwa <meja> dalam Bahasa Indonesia itu adalah ‘table’ dalam m bahasanya; dan dia juga tidak akan tahu bahwa <anjing> dalam bahasa Indnesia sama dengan ‘dog’ dalam bahasanya. (Chaer, 2003)

Berdasarkan contoh di atas, paragraf tersebut merupakan paragraf deduktif yang mempunyai kalimat topik atau kalimat utama berada di awal paragraf. Kalimat utamanya berupa Bunyi-bunyi bahasa atau satuan bahasa sebenarnya termasuk lambang sebab sifatnya konvensional.

Kamus Bahasa Indonesia

Kamus Bahasa Indonesia

Beli Buku di GramediaD. Paragraf Induktif

paragraf induktifParagraf induktif memiliki ciri utama yang berkebalikan dengan paragraf deduktif, yaitu keberadaan gagasan utama atau kalimat topiknya berada di akhir kalimat. Menurut Atmazaki (2007, dalam Siregar) mengemukakan bahwa paragraf induktif adalah jenis paragraf yang dalam proses penarikan kesimpulannya berdasarkan keadaan yang bersifat khusus untuk dikristalisasi (ditegaskan) secara umum.

Lalu, menurut Akhadiah (1999, dalam Jumiati) paragraf induktif adalah paragraf yang dikembangkan dengan pola khusus-umum. Dalam paragraf induktif ini dimulai dengan gagasan penjelas atau kalimat penjelas, kemudian diakhiri dengan kalimat utamanya.

Menurut Alwi (2001, dalam Jumiati) keberadaan kalimat topik di akhir paragraf induktif ini berfungsi sebagai simpulan atau rangkuman yang telah disajikan dalam kalimat-kalimat penjelasnya. Paragraf induktif harus disusun secara logis dan sistematis supaya pembaca dapat mengerti mengenai kalimat utamanya.

1. Ciri-Ciri Paragraf Induktif

berikut merupakan ciri-ciri dari kalimat induktif, yaitu

  • Diawali dengan adanya penyebutan penjelasan-penjelasan khusus sebagai pendukung dari gagasan utama
  • Setelah itu, digeneralisasi menjadi sebuah simpulan berdasarkan adanya penjelasan-penjelasan tersebut
  • Kesimpulan yang sekaligus menjadi kalimat utama terletak di akhir paragraf.

2. Konjungsi dalam Paragraf Induktif

Dalam sebuah paragraf induktif, penggunaan konjungsi antar kalimat menjadi salah satu cara supaya paragraf tersebut menjadi bentuk yang padu dan mudah dipahami. Apa saja yang termasuk dari konjungsi antar kalimat? Kamu bisa menggunakan konjungsi atau kata hubung berupa jadi, akhirnya, akibatnya, oleh karena itu, maka dari itu, berdasarkan uraian di atas, atau dengan demikian.

3. Contoh Paragraf Induktif

“Novel dan film populer tidak terlepas dari aspek ekonomi. dalam hal ini, faktor ekonomi merupakan aspek refleksi suatu budaya masyarakat setempat karena suatu karya novel atau film akan diproduksi jika diperkirakan akan menguntungkan dalam penjualan. Berhubungan dengan hal tersebut, bentuk novel merupakan transposisi kehidupan sehari-hari ke dalam karya novel yang diciptakan oleh produksi pasar. dengan demikian, peningkatan kegemaran masyarakat terhadap novel populer, dari segi bisnis ini merupakan peluang besar untuk meraih keuntungan dengan memenuhi selera masyarakat seingga beberapa novel dibuat secara massal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun demikian, alasan penciptaan sebuah novel populer tidaklah selalu untuk memenuhi selera masyarakat, tetapi juga ada tujuan-tujuan tertentu yang mendasari penciptaan novel tersebut. Dengan demikian, faktor penerbit penting dalam proses pempopuleran novel”. (Adi, 2016: 32)

Berdasarkan contoh paragraf di atas, kalimat utamanya berada di akhir kalimat yaitu Dengan demikian, faktor penerbit penting dalam proses pempopuleran novel.  Mengapa? Karena pada awal kalimat menjelaskan bagaimana suasana atau peristiwa khusus yang terjadi dari keberadaan novel populer, kemudian diakhiri dengan penegasan mengenai faktor populernya sebuah novel.

Seri Terampil Menulis Bahasa Indonesia: Kalimat

Seri Terampil Menulis Bahasa Indonesia: Kalimat

Beli Buku di GramediaE. Perbedaan Antara Paragraf Deduktif dan Induktif

Paragraf Deduktif Paragraf Induktif
Letak Kalimat Topik di awal kalimat di akhir kalimat
Pola Kalimat Umum – khusus Khusus – umum

SYARAT MENULIS PARAGRAF YANG BAIK

Secara umum, syarat dalam menulis paragraf yang baik meliputi kesatuan, kepaduan, kelengkapan, keruntutan, dan konsistensi. Syarat-syarat tersebut harus terpenuhi supaya paragraf yang ditulis dapat dengan “luwes” menyampaikan isi pikiran penulis kepada pembacanya. Berikut uraian mengenai syarat-syarat tersebut!

1. Kesatuan Paragraf

Kesatuan paragraf menjadi salah satu hal dasar yang harus diperhatikan saat menulis paragraf. Mengapa? Karena kesatuan paragraf ini berkaitan erat dengan adanya sebuah kalimat utama dan dan beberapa kalimat penjelas dalam mendukung gagasan utama tersebut. Dalam kalimat penjelas tidak boleh terdapat  unsur atau informasi yang tidak berhubungan sama sekali dengan kalimat utamanya. Apabila terdapat unsur atau informasi yang menyimpang dari kalimat utama, dapat menyulitkan pembaca dalam memahami paragraf.

Kesatuan paragraf ini mengandalkan informasi yang termuat dalam kalimat utama. Dengan kata lain, informasi yang terdapat dalam kalimat-kalimat penjelas harus terfokus pada kalimat utamanya. Jika terdapat satu atau dua kalimat utama sebaiknya dipisah dan dijadikan paragraf sendiri atau paragraf selanjutnya saja. Yuk simak contohnya!

Cerita rekaan lazim disebut fiksi merupakan cerita yang tidak berdasarkan pada kejadian sebenarnya. Jika dalam sastra non-imajinasi semua kejadian dalam cerita harus dipertanggungjawabkan atas data, dalam sastra imajinasi penulis sama sekali bebas dari ikatan apapun yang bersifat data. Ini bukanlah berarti bahwa penulis tidak menggunakan data untuk menyusun fiksinya, hanya saja peristiwa-peristiwa yang sebenarnya terjadi sudah diubah oleh penulis untuk memberikan arti tertentu. Akan tetapi, sastra populer tidaklah selalu berbentuk fiksi akan tetapi non-fiksi yang tentunya berisi tentang realitas kehidupan atau berkomentar tentang realitas kehidupan yang dikemas tidak dalam bentuk sastra imajinasi. (Adi, 2016: 24)

Berdasarkan contoh di atas, kalimat utamanya adalah berupa Cerita rekaan lazim disebut fiksi merupakan cerita yang tidak berdasarkan pada kejadian sebenarnya, sementara kalimat-kalimat selanjutnya adalah kalimat penjelasnya. Kalimat-kalimat penjelas tersebut jelas membicarakan mengenai informasi yang sama yaitu cerita fiksi.

2. Kepaduan Paragraf

Paragraf yang baik adalah paragraf yang kalimat-kalimatnya berkaitan satu sama lain. Kepaduan antar kalimat-kalimat tersebut dapat dianalisis berdasarkan adanya penggunaan alat kohesinya, yakni secara gramatikal dan leksikal. Alat kohesi gramatikal dapat berupa (a) konjungsi, (b) referensi (pengacuan), (c) substitusi, dan (d) pelesapan kata. Sementara itu alat kohesi leksikal berupa (a) sinonim, (b) antonim, (c) hiponim, dan (d) pengulangan kata.

a. Konjungsi

Merupakan kata hubung yang dipergunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sebuah kalimat atau antarkalimat dalam paragraf. Konjungsi memiliki banyak macam yaitu yang menyatakan pertentangan, yang menyatakan perbandingan, yang menyatakan akibat atau hasil, yang menyatakan tujuan, yang menyatakan singkatan, yang menyatakan tempat, yang menyatakan waktu, dan lainnya.

b. Referensi (pengacuan)

Merupakan hubungan antara referen dengan lambang yang dipakai untuk mewakilinya dalam suatu paragraf.

c. Substitusi

Merupakan penggantian konstituen dengan menggunakan kata yang maknanya sama sekali berbeda dengan kata yang diacunya.

d. Pelesapan kata (elipsis)

Merupakan pelesapan unsur bahasa yang maknanya telah diketahui sebelumnya didasarkan pada konteks.

e. Sinonim

Merupakan persamaan makna antara dua satuan bahasa.

f. Antonim

Merupakan perlawanan makna antara dua satuan bahasa.

g. Hiponim

Merupakan hubungan antara kelas umum dan sub-kelasnya. Hubungan dalam hiponim dapat berupa sub-ordinat dari sub-ordinat lain atau biasanya disebut sebagai hiponim bertingkat.

h. Pengulangan kata (Repetisi)

merupakan penyebutan kembali satuan bahasa yang telah disebut sebelumnya. Repetisi ini dapat berupa pengulangan kata, frasa, atau klausa. Repetisi juga terdapat dua jenis yakni pengulangan sebagian dan pengulangan keseluruhan.

3. Kelengkapan dan Ketuntasan Paragraf

Syarat selanjutnya yakni kelengkapan dan ketuntasan paragraf. Dalam aspek syarat ini, kalimat utama dalam suatu paragraf harus dikembangkan sesuai dengan informasi yang diperlukan dari kalimat utama. Sehingga, pembaca dapat memeroleh informasi secara utuh melalui paragraf tersebut.

Ketuntasan paragraf ini berhubungan dengan seberapa dalam pembahasan yang ditulis dalam paragraf tersebut. Semakin faktual dalam proses penggambaran suatu informasi atau objek tersebut maka akan semakin jelas dan terpercaya pula isi paragrafnya. Sehingga informasi dalam paragraf harus disampaikan secara lengkap dan utuh.

4. Keruntutan Paragraf

Dalam sebuah paragraf dapat dikatakan runtut apabila uraian informasinya disajikan secara urut atau tidak adanya informasi yang melompat-lompat sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti alur tulisan yang dituliskan oleh penulis.

Terdapat beberapa model urutan informasi dalam suatu paragraf, yakni urutan tempat, urutan waktu, urutan khusus-umum, urutan tingkat, urutan apresiatif, urutan sebab-akibat, dan urutan tanya jawab. Dalam setiap model-model urutan informasi tersebut mempunyai karakteristik tersendiri.

5. Konsistensi Paragraf

Dalam proses menulis paragraf, sudut pandang penulis menjadi poin penting. Sehingga dapat dikatakan bahwa cara penulis dalam menempatkan dirinya terhadap tulisannya dapat membangun suatu paragraf yang baik.

Sudut pandang yang digunakan dalam menulis paragraf sama halnya dengan sudut pandang yang biasa kita pelajari. Yakni sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang ketiga, sudut pandang pengamat, dan sudut pandang campuran.

Melalui sudut pandang tersebut dapat diperhatikan konsistensinya. Penulis harus konsisten untuk menetapkan sudut pandang apa yang digunakan dalam tulisannya dan harus dipertahankan dari awal hingga akhir paragraf.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

About the author

Siti Badriyah

Tulis menulis menjadi salah satu hobi saya. Dengan menulis, saya menyebarkan beragam informasi untuk orang lain. Tak hanya itu, menulis juga menggugah daya berpikir saya, sehingga lebih banyak informasi yang dapat saya tampung.

Kontak media sosial Instagram saya Siti Badriyah