Sosial Budaya

8 Jenis Pakaian Adat NTT (Nusa Tenggara Timur)

Written by Umam

Pakaian adat NTT – Nusa Tenggara Timur adalah provinsi yang terletak di bagian timur Kepulauan Nusa Tenggara. Di provinsi ini, ada sekitar 7 suku, yaitu suku Sabu, Suku Helong, Suku Sumba, Suku Dawan, Suku Rote, Suku Manggarai, dan Suku Lio.

Dengan adanya tujuh suku yang berbeda, tak heran jika NTT menjadi salah satu provinsi yang kaya akan kebudayaan. Salah satunya adalah beragam jenis pakaian adat dari setiap suku.

Berdasarkan sukunya, beberapa pakaian adat NTT bahkan mempunyai latar belakang, keanekaragaman, serta dihiasi dengan komponen yang berbeda. Nah, dalam artikel ini kita akan membahas tentang jenis-jenis pakaian adat Nusa Tenggara Timur dan ciri khasnya masing-masing.

Jenis-Jenis Pakaian Adat NTT dan Ciri Khasnya

1. Pakaian Adat Suku Rote

orami.co.id

Suku Rote merupakan suku yang bermigrasi dari pulau Seram, Maluku, menuju ke pulau Rote. Sekarang mereka menjadi penduduk asli pulau tersebut. Selain itu, suku Rote juga mendiami beberapa pulau lain seperti pulau Timor, pulau Pamana, pulau Ndao, pulau Manuk, pulau Heliana dan pulau Landu.

Suku Rote memiliki pakaian adat yang disebut tenun ikat. Pakaian ini mempunyai model yang unik serta sejarah dan nilai filosofis yang tinggi. Karena itu, pakaian adat suku Rote digunakan sebagai ikon daerah Nusa Tenggara Timur.

Awalnya, pakaian adat suku Rote terbuat dari serat-serat pohon. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat suku Rote mengganti bahan pakaian mereka dengan kain kapas. Mereka memanfaatkan lahan-lahan di sekitar rumah untuk menghasilkan kapas yang kemudian diolah menjadi kain kapas.

Keunikan dan ciri khas pakaian adat suku Rote terdapat pada penutup kepala atau topi yang disebut Ti’i Langga. Ti’i Langga ini bentuknya mirip seperti topi Sombrero yang dipakai oleh masyarakat Meksiko.

Selain itu, topi yang terbuat dari daun lontar ini lebih tahan lama dan memiliki variasi bentuk yang menarik. Alasannya karena daun lontar dapat berubah warna menjadi kekuningan atau coklat jika sudah kering kering.

a. Pakaian adat Pria Suku Rote

Bagi kaum pria Suku Rote, daun lontar ini dianggap sebagai simbol kewibawaan dan kepercayaan diri. Ti’i Langga juga menjadi salah satu aksesoris utama dalam pakaian adat suku Rote.

Pakaian adat Tenun Ikat dari suku Rote terdiri dari kombinasi kemeja putih lengan panjang dan sarung tenun ikat berwarna gelap. Nantinya sarung tersebut dipakai di bagian bawah. Para laki-laki biasanya menambahkan selendang kain bermotif di bagian dada dan bahu.

b. Pakaian adat wanita Suku Rote

Sementara para perempuan biasanya memakai aksesoris khas, yaitu perhiasan berbentuk bulan sabit. Lalu ada juga beberapa jenis aksesoris lain seperti kain selempang, pendi atau ikat pinggang yang terbuat dari emas/perak, serta Habas atau perhiasan yang dipakai di bagian leher.

Biasanya, masyarakat suku Rote menggunakan pakaian ini dalam acara-acara besar dan penting, seperti pernikahan keluarga mereka.

Selain pakaian adat, pulau Rote juga menyimpan keindahan alam eksotis yang menarik untuk dikunjungi. Kamu bisa melihat beberapa contohnya dalam buku NTT Hidden Paradise: Kupang, Soe, Rote, Alor yang ditulis oleh Rita Harahap.

2. Pakaian Adat Suku Dawan

goodminds.id

Suku Dawan merupakan suku yang tinggal di beberapa wilayah di Nusa Tenggara Timur seperti Kupang, Timor dan Belu. Masyarakat suku Dawan mempunyai pakaian adat yang bernama Amarasi.

Baju Amarasi ini terdiri dari beberapa komponen, mulai dari kebaya, selendang yang dipakai untuk menutupi bagian dada serta sarung tenun untuk bawahan.

a. Pakaian adat wanita Suku Dawan

Biasanya, para wanita memakai baju Amarasi dalam perayaan besar. Tak hanya itu saja, para wanita suku Dawan menambahkan beberapa macam aksesoris seperti tusuk konde yang berhiaskan emas, sepasang gelang berbentuk kepala ular dan sisir emas.

b. Pakaian adat pria Suku Dawan

Sementara itu, baju Amarisi khusus pria terdiri dari kemeja bodo dan sarung tenun yang diikatkan pada pinggang. Umumnya para pria suku Dawan juga menggunakan beberapa aksesoris seperti kalung habas, gelang timor, kalung muti salak dan hiasan tara pada bagian kepala.

3. Pakaian Adat Suku Helong

goodminds.id

Suku Helong adalah suku yang mayoritas penduduknya berasal dari pulau Timor. Masyarakat suku ini kebanyakan tinggal di wilayah Kupang Tengah dan Kupang Barat. Namun, ada juga yang dapat dijumpai di pulau Flores dan Pulau Semau.

Pakaian adat suku Helong terbagi menjadi dua jenis, yaitu pakaian adat khusus wanita dan pakaian adat khusus laki-laki. Biasanya, masyarakat suku Helong menggunakan pakaian adatnya dalam acara-acara adat.

a. Pakaian adat wanita Suku Helong

Pakaian adat khusus wanita suku Helong terdiri dari berbagai komponen seperti kebaya atau kemben dan sarung sebagai bawahan yang diikat dengan ikat pinggang emas (pending).

Selain itu, ada tambahan beberapa aksesoris seperti hiasan kepala yang berbentuk bulan sabit (bula molik), kalung dan anting-anting berbentuk bulan (kerabu), serta hiasan leher yang berbentuk bulan.

b. Pakaian adat pria Suku Helong

Untuk laki-laki, pakaian adatnya terdiri dari atasan kemeja bodo yang dipadukan dengan bawahan selimut lebar. Lalu, ada berbagai macam aksesoris yang biasa digunakan oleh para laki-laki seperti ikat kepala (destar) dan perhiasan leher (habas).

4. Pakaian Adat Suku Sabu

goodminds.id

Suku Sabu adalah salah satu kelompok etnis yang tinggal di pulau Sawu dan pulau Raijua, Nusa Tenggara Timur. Masyarakat suku Sabu mempunyai pakaian adat yang terbagi menjadi dua jenis yaitu pakaian adat khusus pria dan pakaian adat khusus wanita.

a. Pakaian adat pria Suku Sabu

Bagi para pria, pakaian adat ini biasanya terdiri dari kemeja putih lengan panjang yang dipadukan dengan bawahan sarung kain katun. Lalu, ada berbagai macam aksesoris yang biasa digunakan seperti selendang yang ditaruh di bagian bahu, ikat kepala berupa mahkota tiga tiang yang terbuat dari emas, sabuk berkantong, kalung muti salak, perhiasan leher (habas) dan sepasang gelang emas.

b. Pakaian adat wanita Suku Sabu

Untuk pakaian adat khusus wanita, umumnya cukup sederhana dibanding dengan pria. Kaum wanita Suku Sabu biasanya menggunakan kebaya dan dua buah kain tenun berbentuk sarung dengan dua lilitan dan ikat pinggang (pending).

Pakaian adat suku Sabu biasanya dipakai oleh ketua adat dan masyarakat saat menghadiri acara adat, termasuk saat melakukan ritual pemakaman.

5. Pakaian Adat Suku Sumba

goodminds.id

Suku Sumba adalah suku yang tinggal di Pulau Sumba Nusa Tenggara Timur. Suku ini mempunyai pakaian adat yang bernama Hinggi. Hinggi yang digunakan ini terdiri dari dua lembar, yaitu Hinggi Kombu dan Hinggi Kawuru.

a. Pakaian adat pria Suku Sumba

Untuk bagian kepala, kaum pria suku Sumba melengkapinya dengan ikat kepala (Tiara Patang) yang dililitkan atau dibentuk seperti jambul. Posisi dari jambul ini berada pada bagian depan atau samping kanan dan kiri, tergantung pada simbol yang ada di jambulnya.

Selain itu, pakaian adat suku Sumba untuk pria juga dilengkapi dengan berbagai macam aksesoris seperti senjata tradisional (kabiala) yang ditaruh di bagian ikat pinggang. Bagi masyarakat suku Sumba, Kabiala dianggap sebagai lambang dari keperkasaan.

Lalu, pada bagian pergelangan tangan kiri dipasangkan perhiasan yang disebut Muti Salak serta Kanatar. Perhiasaan ini menyimbolkan strata sosial dan kemampuan ekonomi pemakainya.

b. Pakaian adat wanita suku Sumba

Untuk pakaian adat yang dikenakan oleh kaum wanita biasanya berupa kain yang berbeda-beda jenisnya, seperti Lau Kawar, Lau Pahudu, Lau Mutikau dan Lau Pahudu Kiku. Kain-kain ini digunakan hingga setinggi dada serta pada bagian bahu ditutup menggunakan Taba Huku yang berwarna senada dengan kain yang dikenakan.

Lalu, di bagian kepala wanita suku Sumba memakai Tiara berwarna polos yang diikatkan dan dilengkapi dengan Hai Kata (Tiduhai). Selanjutnya pada bagian dahi memakai perhiasan logam (Maraga), di bagian telinga memakai perhiasaan yang disebut mamuli serta memakai kalung emas.

Pemakaian semua aksesoris tersebut membuat penampilan wanita suku Sumba menjadi terlihat semakin istimewa. Pakaian adat suku Sumba biasanya digunakan pada acara-acara adat atau peristiwa besar seperti upacara adat, pesta perayaan dan sejenisnya.

Pakaian adat suku Sumba sekarang cenderung menekankan pada tingkat kepentingan dan juga suasana lingkungan suatu kejadian dibanding hierarki status sosial. Akan tetapi masih ada beberapa perbedaan kecil.

Contohnya seperti busana pria bangsawan yang terbuat dari kain-kain serta aksesoris yang lebih halus daripada pria dari kalangan rakyat biasa. Namun secara keseluruhan, komponen-komponennya terlihat sama.

6. Pakaian Adat Suku Lio

goodminds.id

Suku Lio adalah suku tertua yang berada di Flores, mereka bisa ditemui di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Suku ini salah satu suku yang sangat memegang teguh tradisi dan budaya warisan para leluhur, termasuk pakaian adatnya.

Masyarakat suku Lio mempunyai pakaian adat yang hingga saat ini masih dilestarikan bernama Tenun Ikat Patola. Ikat patola sendiri merupakan kain tenun yang dipakai secara khusus oleh kepala suku dan warga kerajaan.

Pakaian adat ini mempunyai ciri khas motif yang beragam seperti motif hewan, dahan, dedaunan, ranting hingga motif manusia. Ukurannya terbilang kecil dengan bentuk geometris yang disusun membentuk jalur-jalur berwarna biru atau merah yang didasari kain berwarna gelap.

Motif-motif tersebut ditenun dengan menggunakan benang berwarna merah atau biru pada kain yang berwarna gelap. Wanita dari kalangan bangsawan biasanya menambahkan manik-manik atau kulit kerang sebagai hiasan pada bagian tepinya.

Ikat patola ini terbilang cukup sakral sebab sering digunakan sebagai penutup jenazah para kepala suku, raja dan bangsawan. Selain itu, pakaian adat ini biasa digunakan sebagai pakaian kebesaran pada saat ritual atau upacara adat, seserahan saat hajatan, upacara penghormatan kepada sang pencipta, barang jaminan, busana kebesaran, memakaikan kepada anak dan menantu serta bukti kemampuan keterampilan menenun anak gadis sebagai persyaratan menikah.

7. Pakaian Adat Suku Manggarai

goodminds.id

Manggarai merupakan suku yang tinggal di wilayah Nusa Tenggara Timur. Mereka mempunyai pakaian adat dengan nilai filosofis tinggi, yaitu kain Songke.

Kain Songke adalah kain yang wajib digunakan oleh para wanita suku Manggarai dengan cara pemakaian yang mirip seperti sarung.

Akan tetapi, pemakaiannya tidak boleh dilakukan secara sembarangan sebab ada beberapa bagian yang harus menghadap ke arah depan.

Kain Songke didominasi oleh warna hitam yang melambangkan keagungan dan kebesaran suku Manggarai. Selain itu, ada juga motif-motif lain pada kain Songke, masing-masing motif mempunyai makna yang berbeda-beda.

Contohnya seperti kain Songke dengan motif wela kaleng. Motif ini melambangkan ketergantungan manusia dengan alam. Ada juga kain Songke bermotif Ranggong yang melambangkan kerja keras serta kejujuran. Lalu ada motif Su’i yang melambangkan bahwa segala sesuatu memiliki batasannya.

8. Pakaian Adat Suku Sikka

krisdasomerpes.wordpress.com

Suku Sikka merupakan sebuah komunitas adat yang tinggal di Kabupaten Sikka, Flores Timur Tengah, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Suku Sikka memiliki pakaian adat yang sudah terpengaruhi oleh budaya luar, seperti Bugis, Portugis, Cina, Belanda, Arab, dan India.

Pakaian adat suku Sikka dibagi menjadi dua jenis, yaitu pakaian adat khusus wanita dan pakaian adat khusus laki-laki. Dulu, pakaian adat suku Sikka dibedakan berdasarkan tingkatan sosial, yaitu bangsawan dan masyarakat umum.

Namun sekarang, tradisi ini sudah ditinggalkan sehingga tidak ada lagi perbedaan dalam pakaian adatnya. Kecuali pada tingkat kehalusan tenunan, jahitan, dan juga ukiran perangkat perhiasannya.

a. Pakaian adat wanita Suku Sikka

Untuk kaum wanita, pakaian adat ini terdiri dari penutup badan yang berupa Labu Liman Berun, bentuknya seperti kemeja berlengan panjang dan terbuat dari sutera. Labu Liman Berun wanita sedikit terbuka di bagian pangkal leher agar memudahkan saat pemakaiannya.

Selain itu, bentuk polanya juga tidak terlalu menyerupai kemeja atau blus yang berkancing di bagian depannya.  Sementara di bagian atasnya diselempangkan selendang yang melintang sampai ke dada.

Lalu di bagian bawahnya menggunakan kain sarung khusus wanita, yaitu utan lewak. Kain sarung ini dihiasi dengan beragam flora dan fauna dalam lajur-lajur bergaris.

Utan lewak sendiri berarti kain tiga lembar yang berwarna dasar gelap dengan paduan-paduan warna merah, coklat, putih, biru, dan kuning secara melintang. Warna-warna kain wanita ini melambangkan berbagai suasana hati atau kekuatan-kekuatan magis.

Di bagian kepala, ada hiasan berupa konde atau sanggul yang terbuat dari ukiran berwarna keemasan. Saat ini ada beberapa variasi lagi untuk hiasan kepala kaum wanita yang dipengaruhi oleh suku-suku lainnya.

Perhiasaan lainnya yang digunakan oleh kaum wanita adalah gelang (kalar) yang dibuat dari gading dan perak. Penggunaannya tergantung peristiwa dan upacara adat, namun jumlah kalar gading dan perak biasanya genap. Seperti dua gading dan dua perak di setiap tangan.

Kaum ningrat biasanya menggunakan lebih banyak kalar, namun jumlahnya tetap genap. Seperti enam, delapan, sepuluh, dan seterusnya. Perhiasan lain yang sering digunakan oleh kaum wanita adalah kilo yang tergantung pada telinga.

b. Pakaian adat pria suku Sikka

Pakaian adat kaum laki-laki Suku Sikka umumnya terdiri dari kain penutup badan dan juga penutup kepala. Untuk penutup badan, biasanya mirip seperti kemeja gaya barat yang bertangan panjang dengan warna putih.

Hanya saja, ada tambahan berupa selembar lensu sembar yang diselendangkan di bagian dada. Lensu sembar ini memiliki corak flora atau fauna dan diikat dengan teknik ikat lungsi. Lalu di bagian pinggangnya memakai utan atau utan werung.

Utan werung adalah sejenis sarung berwarna gelap seperti biru tua atau hitam dengan garis biru melintang. Lalu di bagian kepalanya ada penutup kepala yang terbuat dari kain batik soga yang digunakan dengan pola ikatan tertentu.

Perhiasan pada kaum pria salah satunya adalah keris yang disisipkan pada pinggang sebagai pertanda keperkasaan dan juga kesaktian.

Demikian pembahasan tentang pakaian adat Nusa Tenggara Timur (NTT). Semoga semua pembahasan di atas bermanfaat sekaligus bisa menambah wawasan kamu. Jika ingin mencari buku tentang daerah-daerah di Indonesia, maka kamu bisa mendapatkannya di gramedia.com.

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gilang Oktaviana Putra

Rujukan:

  • https://www.romadecade.org/pakaian-adat-nusa-tenggara-timur/
  • Udi Sukrama dan Otong Lesmana (2018) Pakaian Adat, Senjata Tradisional dan Rumah Adat : Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur
  • Apri Subagyo (2017) Mengenal Pakaian Adat Nusantara

About the author

Umam

Perkenalkan saya Umam dan memiliki hobi menulis. Saya juga senang menulis tema sosial budaya. Sebelum membuat tulisan, saya akan melakukan riset terlebih dahulu agar tulisan yang dihasilkan bisa lebih menarik dan mudah dipahami.