Sosial Budaya

Pakaian Adat Jawa Timur: Jenis, Keunikan, dan Penjelasan

pakaian adat jawa timur
Written by Umam

Pakaian Adat Jawa Timur – Halo Grameds, kali ini kita akan membahas pakaian adat jawa timur. Secara budaya, provinsi ini tidak jauh berbeda dengan provinsi Jawa Tengah. Maka tidak mengherankan jika pakaian adat kedua provinsi ini relatif cenderung ada kemiripan.

Namun, dari segi penampilan, pakaian adat Jawa Timur terkesan lebih menampilkan ketegasan namun menjunjung ketinggian nilai etika. Seperti karakter orang-orangnya yang memang tegas, bicara apa adanya, namun masih menjunjung tinggi kesopanan sikap dan tutur kata.

Jenis-jenis, Keunikan, dan Kegunaan Pakaian Adat Jawa Timur

Ada banyak jenis pakaian adat beserta perlengkapannya yang digunakan di provinsi bagian paling timur Pulau Jawa ini. Masing-masing jenis pakaian dan perlengkapan tersebut tentunya memiliki fungsi dan maksud berbeda-beda. Misalnya pakaian untuk acara pertunjukan, pernikahan, dan festival beda jenisnya. Tidak hanya itu, banyaknya jenis pakaian adat di provinsi ini juga menyesuaikan budaya kota, kabupaten, atau daerah yang ditinggali.

Dan yang perlu menjadi catatan untuk kita adalah, perbedaan pakaian adat dan budaya selayaknya menjadi sarana bagi kita untuk saling menghormati, bukan untuk saling menertawakan atau merendahkan satu sama lain.

Ada pakaian adat yang terkesan mewah, ada yang menampakkan kesederhanaan. Namun yang pasti, pakaian adat Jawa Timur menampilkan kebanggaan masyarakat Jawa Timur. Yuk Grameds, kita langsung bahas apa saja pakaian adat Jawa Timur.

1. Baju Pesa’an Madura dan Kebaya Rancongan

Baju adat Jawa Timur ini tentu sudah sangat familiar buat Grameds. Baju ini seringkali dipajang sebagai pakaian adat masyarakat Jawa Timur, baik untuk kaum laki-laki maupun perempuannya. Grameds pasti sering menjumpai baju ini terpajang di buku-buku ensiklopedia tentang adat-adat di Indonesia, buku pelajaran sekolah, berita, bahkan saat googling di internet. Tak ayal hal ini membuat pakaian ini begitu familiar untuk masyarakat Indonesia, bahkan mancanegara.

Baju ini berasal dari Pulau Madura. Pasangan pakaian atas dan bawah serta kelengkapannya sangat sederhana. Karena kesederhanaan tersebut, baju ini menjadi unik dan mudah dikenali. Baju ini seringkali digunakan dalam kegiatan sehari-hari hingga acara resmi seperti wisuda, upacara adat, peringatan Hari Kartini, dan Dirgahayu Republik Indonesia.

Contoh yang paling banyak kita saksikan dalam kegiatan sehari-hari, pakaian ini kerap kali kita temui digunakan oleh pedagang sate Madura. Tidak jarang kita temui pakaian Pesa’an Madura ini tidak jauh dari harumnya asap dari bakaran sate Madura.

Untuk pria, pakaian terdiri dari kaos warna cerah mencolok dan celana hitam longgar. Ukurannya serba besar dan tidak pas di badan. Sementara wanitanya menggunakan kebaya cerah dan jarik sebagai pasangan dari pria. Hal ini mengisyaratkan kesederhanaan pakaian adat ini.

Pakaian Pesa’an Madura data dikenali dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Warna baju dan kebaya

Untuk pria berwarna lorek-lorek merah putih. Untuk wanita berwarna cerah mencolok. Mencolok dan kontrasnya warna merah putih ini untuk menggambarkan karakter orang Madura yang tegas, keras, tidak kenal ragu, berani, dan terbuka dalam menyampaikan pemikirannya kepada orang lain.

Sementara untuk wanita, berwarna cerah dan mencolok. Warna yang sering dipilih adalah merah, hijau, atau biru dengan ukuran yang ketat di badan. Konon, penggunaan baju ini biasanya menggunakan kain kebaya yang agak transparan dan wanita menggunakan dalaman yang berwarna kontras dengan warna kebaya. Seringkali dinamakan kebaya rancongan.

Padu padan tersebut bermaksud untuk menunjukkan bagian tubuh wanita Madura yang rajin mengkonsumsi jamu tradisional sehingga memiliki tubuh yang dianggap relatif bagus. Selain itu, kain yang agak transparan tersebut untuk menunjukkan bahwa wanita Madura menghargai tubuh mereka, bagaimanapun bentuknya.
Namun demikian, adanya perkembangan zaman saat ini, banyak modifikasi pada baju kebaya wanita ini. Terlebih banyaknya muslimah yang memilih untuk menutup bagian tubuh membuat kebaya wanita tidak lagi menggunakan kain yang tembus pandang.

b. Pakaian Bawahan

Celana yang digunakan oleh pria pada pakaian ini merupakan celana yang berbentuk gombrang dan diberi kolor di pinggangnya. Agar dapat dipakai dengan nyaman, celana ini dilengkapi dengan ikat pinggang.

Ukuran pinggang dan pipa celananya lebar, bahkan terkadang mirip seperti sarung hitam yang dibentangkan. Sementara bagian luar celana dilapisi oleh sarung.

Untuk pakaian wanita, setelan baju bagian bawah menggunakan jarik batik. Desain dan motifnya pun sederhana. Jarik batik yang memiliki motif beragam dijadikan pilihan setelan baju adat wanita Madura. Motif yang banyak digunakan untuk jarik batik adalah Tabiruan, Storjan, atau Lasem.

c. Aksesoris

1) Sabuk

Sabuk digunakan oleh pria ini biasanya berbahan kulit sapi. Sabuk ini dinamakan sabuk Katemang. Sabuk ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu sabuk Katemang Raja dan sabuk Katemang Kalep.

Sabuk Katemang memiliki ciri-ciri bermotif polos dan berwarna gelap seperti coklat atau hitam. Bentuknya cukup lebar dan ada kantung yang digunakan untuk menyimpan uang di dalamnya.

2) Sarung

Sarung yang berfungsi sebagai pelapis bagian luar celana ini dipergunakan oleh kaum pria. Biasanya bahan yang digunakan adalah bahan sarung Samarinda, yakni bahan sutra. Motif yang dipilih untuk sarung pelapis celana ini kotak-kotak berukuran besar atau batik. Warna sarung cukup mencolok dan benang yang digunakan berwarna emas.

3) Jas Tutup

Jas tutup polos ini berwarna hitam dan berlengan panjang. Pada umumnya dibiarkan terbuka di bagian tengah untuk menampakkan kaos lorek merah putih (kaos sakera).

4) Odheng

Odheng merupakan penutup kepala dalam setelah pakaian adat ini. Berbahan kain dan umumnya bermotif batik dengan warna coklat-hitam, merah marun-hitam, atau merah soga. Odheng ini menandakan derajat kebangsawanan seorang pria di Madura.

5) Stagen

Stagen digunakan oleh wanita Madura dengan cara dilingkarkan mengelilingi perut. Fungsi stagen untuk menguatkan lilitan jarik. Ukuran stagen panjangnya sekitar 1,5 meter dan lebarnya 15 cm. Stagen dipadukan dengan kebaya dan jarik.

6) Cucuk sisir atau cucuk dinar

Aksesoris yang berupa hiasan rambut ini berwarna emas karena pada awalnya terbuat dari bahan emas. Bentuknya seperti busur yang terdiri dari kepingan logam kecil seperti uang logam yang ditata berjajar secara berantai. Aksesoris ini digunakan oleh wanita.

7) Leng Oleng

Berupa tutup kepala wanita yang terbuat dari bahan kain yang tebal.

8) Antheng atau Shentar Penthol

Anting atau giwang yang dikenakan oleh wanita di bagian telinga.

9) Kalung Brondong

Kalung emas ini memiliki bentuk bulat sebesar biji jagung dan dilengkapi dengan liontin sebagai hiasan. Liontin yang ada pada kalung ini bermotif bunga matahari atau uang logam.

10) Gelang, cincin, dan hiasan pergelangan kaki.

2. Baju Mantenan

Pakaian adat Jawa Timur yang kedua adalah Baju Mantenan. Dalam bahasa Jawa, manten memiliki arti pengantin. Sesuai namanya, baju ini digunakan oleh pasangan pengantin laki-laki dan perempuan. Model pakaian ini dulunya sering dipakai oleh para raja Jawa kuno.

Baju Mantenan untuk pria terbuat dari kain beludru hitam dan berupa beskap (jas resmi dalam tradisi Jawa Mataraman) yang bagian depan dan belakangnya tidak sama panjangnya. Kalau ingin tahu beskap itu seperti apa, Grameds bisa mengingat-ingat baju yang sering dikenakan oleh Legenda Campur Sari Indonesia, Didi Kempot.

Beskap tersebut didominasi oleh motif berwarna emas yang terbuat dari kawat. Konon, dulunya kawat tersebut terbuat dari emas, namun seiring dengan waktu dan mengingat harga emas yang tinggi, bahan kawat bisa dimodifikasi.

Pada wanita, kemben merupakan pakaian yang pertama kali digunakan. Kemben sendiri merupakan kain yang digunakan untuk melilit tubuh wanita bagian dada dan perut. Setelah kemben, baru pakaian manten dikenakan untuk menutupi bagian tubuh yang masih terbuka. Baju Manten berbahan sama dengan pakaian pria namun motif yang dipilih terkesan lebih feminim.

Untuk bawahan Baju Manten, baik pria maupun wanita, menggunakan jarik bermotif batik. Motif batik yang dipilih seragam untuk menguatkan kesamaan sebagai pasangan.

Pengantin pria mengenakan kalung yang terbuat dari bunga melati. Sementara mempelai wanita menggunakan rantai melati yang diikat di belakang kepala dan dibiarkan menjuntai ke depan pundak sampai ke perut.

Untuk penutup kepala sendiri bermacam-macam. Ada yang mengenakan blangkon, odheng, peci, dan topi sultan. Sementara untuk wanitanya menggunakan mahkota yang diberi melati. Selain penutup kepala, dapat ditemui beberapa aksesoris lain seperti senjata, sepatu, dan lain-lain sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak mempelai.

Dengan satu set pakaian tersebut, mempelai pria dan wanita diharapkan memiliki aura raja dan ratu. Cantik dan tampan, mempesona, dan berwibawa.

3 Pakaian Cak dan Ning

Pakaian adat Jawa Timur yang ketiga adalah baju Cak dan Ning. Jika di Jakarta ada festival Abang dan None, maka di Jawa Timur dapat ditemui festival serupa dengan nama Cak dan Ning. Festival ini merupakan ajang kompetisi unjuk prestasi pemuda-pemudi di Surabaya. Cak merupakan panggilan untuk laki-laki dan Ning merupakan panggilan untuk perempuan.

Baju untuk Cak berupa beskap lengan panjang yang dihiasi dengan beberapa aksesoris terutama di depan dada sebelah kanan. Cak mengenakan odheng sebagai penutup kepala. Bagian bawahan ada yang mengenakan celana panjang yang dibungkus kain batik pendek di atas lutut dan ada juga yang mengenakan jarik panjang bermotif batik hingga mata kaki. Dengan demikian, Cak yang mengenakan setelan baju ini diharapkan tampak cerdas, tampan, kekinian, dan intelek.

Baju untuk Ning berupa pakaian kebaya dengan warna yang beragam dengan paduan bawahan berupa kain jarik bermotif batik. Pada awalnya, rambut pada Ning menggunakan bun (sanggul). Karena itu kain yang digunakan untuk menutup kepala (dengan membiarkan sebagian rambut terlihat) seperti kerudung namun berbeda dengan jilbab.

Namun saat ini ada beberapa modifikasi seperti penggunaan jilbab atau syal yang dibentangkan melalui bahu. Dengan demikian, Ning yang mengenakan setelan baju ini diharapkan tampak sederhana, cantik, cerdas, dan merakyat.

4. Baju Gothil dan Celana Komprang

Baju Ghotil merupakan kaos polos berwarna hitam dan berlengan panjang. Kaos ini memiliki ukuran yang longgar jika dipakai. Sederhana memang. Kaos ini seringkali dipakai oleh pria warok Ponorogo. Pakaian ini juga bisa Grameds temukan saat menonton pertunjukan Reog Ponorogo.

Sementara itu, Celana Komprang merupakan pasangan dari Baju Gothil. Ukurannya yang besar dan longgar saat dipakai seolah memberi ruang pada penggunanya untuk menikmati ruang gerak. Bentuk celana ini cukup unik, ditambah lagi celana ini dijahit dengan teknik khusus.

Di bagian pinggang, celana diberi kolor yang terbuat dari bahan lawe dengan ujungnya yang menjuntai ke bawah. Bentuk ini dapat menambah kesan gagah dan sangar bagi pemakainya.

5. Batik

Jangan dikira bati hanya ada di Jawa Tengah. Di Jawa Timur juga terdapat banyak pengrajin batik. Salah satunya adalah batik Madura memiliki nilai seni yang tinggi di kalangan wisatawan mancanegara.

6. Odheng

Odheng merupakan ikat kepala yang digunakan oleh kaum laki-laki di Jawa Timur, dan seringkali digunakan sebagai aksesoris pelengkap agar tampak lebih sedap dipandang mata. Odheng seringkali digunakan dalam acara adat, festival, karnaval, upacara, peringatan hari kemerdekaan, wisuda, welcome party, dan lain-lain.

Odheng biasanya terbuat dari kain batik dan berbentuk segitiga. Jika dilihat sekilas, odheng tampak mirip dengan blangkon meski sebenarnya keduanya berbeda. Ukuran peci pada odheng dapat diatur sesuai dengan lingkar kepala pemakainya.

Motif yang seringkali digunakan pada odheng adalah santapan dan tapoghan. Odheng santapan memiliki motif storjoan atau telaga biru yang memiliki warna merah soga. Sementara odheng tapoghan berwarna merah soga dengan motif lidah api atau bunga. Saat menggunakan odheng santapan, rambut Anda tertutup oleh bagian penutup kepala sementara saat menggunakan odheng tapoghan, rambut Anda tidak tertutup oleh kain.

7. Katemang

Katemang merupakan ikat pinggang atau sabuk yang bisa disebut dengan Katemang Kalep. Bentuknya berbeda dengan sabuk pada umumnya. Sabuk ini memiliki sisi yang lebih lebar dan memiliki kantong di bagian depan untuk menyimpan uang. Bahan katemang terbuat dari kulit sapi polosan tanpa desain, motif, ataupun pola.

8. Keris dan Clurit

Keris merupakan aksesoris tambahan yang biasa digunakan oleh pria dalam budaya masyarakat Jawa Timur. Biasanya keris digunakan saat acara formal yang berhubungan adat istiadat, misalkan saja saat menikah. Tujuan pengantin pria membawa keris agar tampak berani, gagah, dan tegas sebagai kepala rumah tangga.

Sementara Clurit merupakan senjata khas orang Madura yang digunakan sebagai senjata carok. Clurit telah melegenda di Madura karena identik dengan perjuangan tokoh dari Madura yang bernama Sakera.

9. Tarompah

Tarompah merupakan alas kaki yang banyak digunakan oleh masyarakat Jawa Timur ketika mengenakan pakaian adat mereka. Umumnya, tarompah terbuat dari bahan kulit sapi kualitas pilihan. Tarompah berbentuk seperti sandal jepit pada umumnya hanya saja tampak lebih kokoh dan kuat karena bahan dan penggunaannya disesuaikan dengan pakaian adat.

10. Penadhon

Penadhon merupakan pakaian adat Jawa Timur yang secara khusus digunakan oleh masyarakat Ponorogo. Sekilas pakaian yang bermodel kaos ini mirip dengan baju sakera pada setelan baju Pesa’an Madura. Bedanya pada bagian depan, pada kaos ini terdapat gambar reog atau barong yang menjadi ikon kesenian dari kota Ponorogo.

11. Sarong Bahan

Sarong bahan merupakan salah satu aksesoris lainnya yang dipakai bersamaan dengan pakaian utama adat Jawa Timur. Kain yang sering digunakan dalam pembuatannya adalah kain katun, kain sutra, atau juga kain satin yang nyaman digunakan karena berkualitas tinggi.

Warna yang seringkali digunakan adalah warna mencolok dan beragam seperti hijau kotak-kotak, biru kotak-kotak, atau kuning keemasan. Cara menggunakan sarong bahan diselempangkan pada bahu di salah satu bahu. Untuk wanita, sarong bahan dapat digunakan secara khusus sebagai kerudung.

Grameds, kurang lebih demikianlah pembahasan kita mengenai pakaian adat Jawa Timur. Gramedia selalu siap menjadi #SahabatTanpaBatas dengan menyajikan buku-buku terbaik kami untuk Anda.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

About the author

Umam

Perkenalkan saya Umam dan memiliki hobi menulis. Saya juga senang menulis tema sosial budaya. Sebelum membuat tulisan, saya akan melakukan riset terlebih dahulu agar tulisan yang dihasilkan bisa lebih menarik dan mudah dipahami.