Bahasa Indonesia

Pengertian Antonim dan Sinonim Disertai Perbedaannya

perbedaan antonim dan sinonim
Written by Siti Badriyah

Pengertian Antonim dan Sinonim Disertai Perbedaannya – Dalam soal mata pelajaran Bahasa Indonesia, seringkali ditemui pertanyaan mengenai antonim dan sinonim kata. Antonim dan sinonim kata menjadi salah satu materi wajib yang selalu dibahas oleh guru Bahasa Indonesia.

Materi mengenai antonim dan sinonim termasuk dalam relasi makna. Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat di antara satuan bahasa satu dengan satuan bahasa yang lain. Apa saja sih yang termasuk dalam satuan bahasa? Satuan bahasa itu bisa berupa kata, frasa, maupun kalimat.

Pengertian Antonim

Kata ‘antonim’ berasal dari Yunani Kuno, yaitu ‘onoma’ yang berarti ‘makna’; dan ‘anti’ yang berarti ‘melawan’. Sehingga dapat diartikan secara harfiah yakni ‘nama lain untuk benda lain pula’.

Antonim adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang mempunyai makna berkebalikan atau berlawanan antara satu sama lain. Dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia, sering dikatakan bahwa antonim adalah lawan kata. Padahal seharusnya, yang berlawanan bukanlah kata-kata itu melainkan makna dari kata-kata itu.

Singkatnya, antonim ialah perlawanan makna.

Hubungan antara dua satuan ujaran yang berantonim bersifat dua arah. Misalnya, membeli berantonim dengan menjual; kata mati berantonim dengan kata hidup. Hubungan dua ujaran tersebut dapat diuraikan melalui bagan berikut!

Namun, apabila dianalisis lebih jauh apakah benar kata mati berlawanan dengan kata hidup? Ya. Sesuatu yang hidup memang belum atau tidak mati; begitu juga dengan sesuatu yang mati memang sudah tidak hidup. Jadi, dua kata tersebut memang berlawanan.

Lalu, bagaimana dengan kata putih dan kata hitam? Apakah mereka benar-benar berlawanan makna? Belum tentu, karena ada kemungkinan warna kelabu.

Sifat-Sifat Antonim

Sekarang, mari kita lihat apa saja sih sifat-sifat dalam hubungan antonim ini. Yuk disimak!

1. Antonim bersifat mutlak

Antonim dengan sifat mutlak berarti kedua satuan ujarannya memiliki makna yang saling berlawanan secara mutlak atau tidak bisa dibantah. Contoh:

Mati >< Hidup

Mengapa kata mati berantonim dengan kata hidup? Karena antara hidup dan mati terdapat batas yang mutlak. Sesuatu yang hidup tentu tidak (belum) mati; begitu juga dengan sesuatu yang mati maka sudah tentu tidak hidup lagi.

Walaupun dalam dunia kedokteran, terdapat istilah “koma” yaitu keadaan dimana seseorang yang tidak hidup tetapi juga belum mati. Hal tersebut karena yang masih hidup hanyalah detak jantungnya saja.

Diam >< Gerak

Menurut KBBI, gerak mempunyai makna ‘peralihan tempat atau kedudukan baik hanya sekali maupun berkali-kali’. Sementara diam mempunyai makna tidak bergerak atau tetap berada di tempat.

Sesuatu yang bergerak pasti tidak dalam keadaan diam; dan sesuatu yang diam tentu tidak berada dalam keadaan bergerak. Keduanya memiliki proses yang tidak dapat dilakukan bersamaan, tetapi secara bergantian.

2. Antonim bersifat relatif

Antonim bersifat relatif ini juga dapat disebut sebagai antonim (pertentangan) gradasi. Hal tersebut karena masih terdapat tingkatan makna pada satuan ujaran tersebut. Tingkatan makna tersebut tidak mempunyai batas yang jelas antara satu dengan yang lainnya, maka dari itu disebut relatif. Contoh:

Kaya >< Miskin

Sebutan kaya dan miskin mempunyai makna relatif. Kriteria atau standar kaya dan miskin hingga saat ini belum mempunyai batasan yang jelas. Orang yang tidak kaya belum tentu merasa dirinya miskin. Begitu juga dengan orang tidak miskin belum tentu merasa dirinya kaya.

Tingkatan makna dalam satuan ujaran tersebut tampak seperti adanya gradasi, seperti adanya sebutan agak kaya, cukup kaya, kaya, dan sangat kaya. Namun, orang yang sangat kaya dalam suatu deret perbandingan lain, bisa saja menjadi paling miskin.

Jauh >< Dekat

Satuan ujaran jauh dan dekat juga termasuk dalam antonim relatif. Hal tersebut karena tidak dapat ditentukan batas yang jelas antar kedua satuan ujarannya. Sesuatu yang dekat belum tentu jauh, begitu juga sesuatu yang jauh belum tentu dekat.

Tingkatan makna dalam satuan ujaran tersebut yakni lebih dekat, sangat dekat, dekat, atau paling dekat. Serupa dengan hal tersebut, yakni lebih jauh, sangat jauh, jauh, atau paling jauh.

Besar >< Kecil

Suatu objek dikatakan besar atau kecil dalam kehidupan ini adalah karena diperbandingkan dengan sesuatu yang lain. Seekor kambing dapat disebut kecil apabila dibandingkan dengan hewan gajah atau badak; tetapi seekor kambing dapat disebut besar apabila dibandingan dengan kucing atau kelinci.

Sama halnya dengan hewan kucing, dapat disebut besar apabila dibandingkan dengan katak atau tikus; tetapi seekor kucing juga dapat disebut kecil apabila dibandingkan dengan sapi atau keledai.

3. Antonim bersifat relasional

Makna satuan ujaran yang mempunyai sifat relasional (hubungan) ini adalah saling melengkapi. Artinya, kehadiran kata yang satu dengan kata yang lain akan menjadi hubungan. Contoh!

Menjual >< Membeli

Kata menjual dan membeli walaupun menjadi perlawanan makna tetapi dalam proses kejadiannya berlaku serempak. Proses menjual dapat terjadi bersamaan dengan proses membeli, maka dari itu sering dijumpai frasa jual-beli. Apabila tidak ada proses menjual maka juga tidak akan ada proses membeli.

Suami >< Istri

Seorang laki-laki dapat disebut sebagai suami apabila mempunyai seorang istri; begitu juga sebaliknya, seorang perempuan dapat disebut sebagai istri apabila mempunyai seorang suami. Andaikata salah satu di antaranya meninggal dunia, maka dia bukan seorang suami atau istri lagi, melainkan menjadi seorang duda atau janda.

Contoh lain dari antonim relasional (hubungan) adalah maju-mundur, pulang-pergi, memberi-menerima, ayah-ibu, guru-murid, utara-selatan, dan sebagainya.

4. Antonim bersifat hierarkial

Antonim yang bersifat hierarkial ini menyatakan suatu deret jenjang atau tingkatan pada satuan ujaran satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, satuan ujaran yang berantonim hierarkial ini berupa nama satuan ukuran (berat, panjang, dan isi), nama satuan hitungan dan pemenggalan, nama jenjang kepangkatan (jabatan), dan sebagainya. Contoh!

Meter >< Kilometer

Kata meter mempunyai pasangan antonim dengan kata kilometer karena berada dalam deretan nama satuan yang menyatakan ukuran panjang.

Tamtama >< Bintara

Kata tamtama mempunyai pasangan antonim dengan bintara karena keduanya berada dalam deretan nama satuan yang menyatakan jenjang kepangkatan (jabatan).

5. Antonim bersifat Majemuk

Dalam Bahasa Indonesia, juga terdapat satuan ujaran yang memiliki pasangan antonim lebih dari satu yang disebut denganantonim majemuk.Hal tersebut bisa terjadi karena dalam pembendaharaan kosakata Bahasa Indonesia, terdapat kata-kata yang mempunyai oposisi atau perlawanan makna terhadap lebih dari sebuah kata.

Contohnya kata berdiri dapat mempunyai antonim berupa kata duduk, berbaring, tiarap, jongkok, dan bersila. Antonim tersebut lazim ditemui dalam Bahasa Indonesia. Contoh lain adalah kata diam yang mempunyai antonim dengan kata berbicara, bekerja, dan bergerak. Perhatikan bagan berikut supaya lebih paham!

Jenis – Jenis Antonim

1. Antonim Biner dan Antonim Non Biner

Antonim biner (binary opposition) merupakan perlawanan makna antara dua buah kata saja, tidak lebih. Dalam antonim biner lebih bersifat mutlak atau tidak bisa dibantah lagi keberadaannya. Menurut Lyons (dalam Wijana, 2008) antonim biner disebut juga denganantonim komplementerkarena sifat-sifatnya yang saling melengkapi. Contoh:

Mati >< Hidup
Laki-laki >< Perempuan
Jantan ><Betina

Sementara itu, antonim non biner merupakan perlawanan makna dengan jumlah lebih dari dua kata. Dalam antonim non biner mempunyai sifat berdaur atau berulang dengan pola yang sama. Misalnya, kata dingin berantonim dengan kata panas, sepanjang skalanya masih memungkinkan untuk kata lainnya, seperti hangat dan sejuk. Apabila dibuat dalam gambaran skala maka sebagai berikut,

Panas – Hangat – Sejuk – Dingin

Dalam antonim non biner, perlawanan makna salah satu anggotanya tidak secara mutlak. Jika dikatakan bahwa air ini tidak panas maka berarti air itu dingin. Namun, jika dikatakan air itu tidak dingin, tidak berarti air tersebut panas, bisa saja hangat.

Contoh lain adalah kata dahulu dan sekarang, masih terdapat sejumlah kata yang dapat disisipkan di antaranya yaitu barusan, tadi, kemarin, tempo hari, dan lainnya.

Nama-nama bulan dalam sebuah kalender perhitungan waktu juga dianggap sebagai pasangan antonim yang perlawanannya bersifat non biner. Di antara rentang Januari dan Desember, masih terdapat anggota kata lain di antaranya yaitu Februari, Maret, April, dan seterusnya.

2. Antonim Bergradasi dan Antonim Tak Bergradasi

Antonim bergradasi merupakan perlawanan makna yang berjenjang atau bertingkat. Hal tersebut berkaitan dengan sifat-sifat relatif yang dimiliki oleh satuan ujarannya. Kata panas biasa berantonim dengan kata dingin, padahal ada kemungkinan terdapat antonim berupa lebih panas atau lebih dingin. Untuk lebih memahaminya, coba perhatikan kalimat berikut!

Air ini lebih dingin daripada air yang ada di dalam kendi itu.

Panas

Sementara itu, antonim tak bergradasi merupakan perlawanan tak bertingkat atau tak berjenjang. Kata nenek dan kakek, ayah dan ibu, menjadi tipe antonim tak bergradasi karena tidak memiliki sifat relatif. Coba ayo berpikir, apakah ada pasangan dalam bentuk lebih nenek dan lebih kakek, lebih ayah dan lebih ibu, dan sebagainya?

2. Antonim Orthogonal dan Antonim Antipodal

Antonim orthogonal merupakan perlawanan makna yang oposisinyatidakbersifat diametral. Menurut KBBI, diametral berarti seperti diameter; terbagi dua (oleh garis pemisah); terpisah secara berhadap-hadapan (KBBI V).

Contohnya, kata utara mempunyai antonim yang secara orthogonal dengan semua arah mata angin, kecuali selatan. Sehingga dapat dikatakan apabila menurut antonim orthogonal, kata utara mempunyai antonim dengan timur laut, timur, tenggara, barat daya, barat, dan barat laut.

Sementara itu, antonim antipodal merupakan perlawanan makna yang oposisinya bersifat diametral. Oleh sebab itu, apabila dianalisis menggunakan contoh yang sama dengan sebelumnya, maka kata utara mempunyai antonim dengan selatan. Begitu pula dengan timur laut yang mempunyai antonim dengan barat daya, timur dengan barat, dan tenggara dengan barat laut.

3. Antonim Direksional dan Antonim Relasional

Antonim direksional merupakan perlawanan makna yang oposisinya ditentukan berdasarkan adanya gerak menjauhi atau mendekati suatu tempat. Menurut KBBI, direksional berkenaan dengan arah.

Contohnya adalah kata pulang dan pergi, kesana dan kemari, datang dan pergi. Pasangan antonim tersebut masing-masing bersifat direksional atau berkenaan dengan arah. Kata pulang, kemari, dan datang dapat menjadi sebuah gerak mendekati pembicara; sedangkan pergi dan kesana dapat menjadi sebuah gerak menjauhi pembicara.
Sementara itu, antonim relasional merupakan perlawanan makna yang bersifat berkebalikan.

Kamus Bahasa Indonesia

Beli Buku di Gramedia

Beli Buku di Gramedia

 

Pengertian Sinonim

Kata sinonim berasal dari Yunani Kuno, yaitu ‘onoma’ yang berarti ‘nama’; dan ‘syn’ yang berarti ‘dengan’. Maka dapat dijabarkan secara harfiah menjadi ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’.

Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran yang lain. Hubungan makna antara dua satuan ujaran tersebut bersifat dua arah. Maksudnya, apabila A bersinonim dengan B, maka B juga bersinonim dengan A. Contoh, kata bunga bersinonim dengan kembang, maka kembang juga bersinonim dengan bunga.

Namun, terdapat beberapa pasangan sinonim yang maknanya tidak akan persis sama. Mutlak dalam sebuah sinonim Bahasa Indonesia memang tidak ada.

Faktor yang Mempengaruhi Sinonim

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa terdapat pasangan sinonim yang makna antara keduanya tidak akan persis sama. Mengapa bisa tersebut dapat terjadi?

1. Faktor Waktu

Misalnya, kata hulubalang yang mempunyai padanan makna dengan kata komandan. Namun, kata hulubalang memiliki pengertian klasik; sementara kata komandan tidak memiliki pengertian klasik.

Sehingga keduanya tidak bisa dipertukarkan begitu saja karena kata hulubalang lebih cocok digunakan untuk konteks situasi kuno, sedangkan kata komandan hanya cocok digunakan untuk konteks situasi modern.

2. Faktor Tempat atau Wilayah

Misalnya, kata saya dan beta. Pasangan kata tersebut memang merupakan bentuk sinonim, tetapi apabila dianalisis berdasarkan kecocokan konteks tempatnya akan berbeda.

Kata saya dapat digunakan di seluruh wilayah Indonesia, sementara kata beta cocok digunakan di wilayah Indonesia bagian timur, atau mungkin dalam konteks percakapan yang lawan bicaranya adalah masyarakat Indonesia timur.

3. Faktor Keformalan

Misalnya kata uang yang bersinonim dengan kata duit. Namun, kata uang lebih cocok digunakan dalam ragam percakapan formal atau resmi, sementara kata duit lebih cocok digunakan dalam ragam percakapan tak formal atau santai.

4. Faktor Sosial

Kata saya mempunyai padanan makna dengan kata aku. Namun, kata saya cocok digunakan dalam ragam percakapan oleh siapa saja dan kepada siapa saja.

Sementara itu, kata aku lebih cocok digunakan dalam ragam percakapan yang lawan bicaranya adalah teman sebaya, seseorang yang dianggap akrab, atau kepada yang lebih muda.

5. Faktor Bidang Kegiatan

Kata matahari mempunyai persamaan makna dengan surya. Namun, penggunaan kata matahari lebih cocok digunakan dalam kegiatan apa saja atau kegiatan umum; sedangkan kata surya lebih cocok digunakan dalam kegiatan khusus, misalnya dalam kegiatan bersastra.

6. Faktor Nuansa Makna

Kata melihat, melirik, menonton, dan mengintip memiliki makna yang sama, yaitu kegiatan memperhatikan sesuatu menggunakan indera penglihatan. Namun, antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lain tidak bisa ditukarkan begitu saja karena masing-masing memiliki nuansa makna tersendiri.

Kata melihat memiliki makna memperhatikan sesuatu dengan kedua bola mata; kata melirik memiliki makna memperhatikan sesuatu dengan sudut mata; kata menonton memiliki makna memperhatikan sesuatu secara jauh atau melalui alat; sedangkan kata mengintip memiliki makna memperhatikan sesuatu melalui lubang secara diam-diam.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

About the author

Siti Badriyah

Tulis menulis menjadi salah satu hobi saya. Dengan menulis, saya menyebarkan beragam informasi untuk orang lain. Tak hanya itu, menulis juga menggugah daya berpikir saya, sehingga lebih banyak informasi yang dapat saya tampung.

Kontak media sosial Instagram saya Siti Badriyah