Sejarah

Sejarah Perkembangan Uang di Dunia dan Indonesia

Written by Fandy

Sejarah Uang – Grameds pasti sudah tidak asing dengan keberadaan uang. Yap, uang berapapun nominalnya itu, telah menjadi alat dalam sistem transaksi jual beli yang dilakukan antar manusia. Seseorang tidak mungkin mendapatkan uang dari usahanya sendiri saja, sebab manusia adalah makhluk sosial, maka dalam memperoleh uang pun juga diiringi dengan interaksi bersama manusia lain.

Berbicara mengenai sejarah uang, pasti Grameds tahu bahwa sebelum uang itu ada, orang-orang pada zaman dahulu menggunakan sistem barter untuk proses transaksi jual beli ini. Meskipun sebenarnya, sistem barter ini masih banyak dilakukan terutama di pedesaan, dengan saling menukarkan bahan-bahan sembako dan berbagai jenis sayuran.

Keberadaan uang saat ini ternyata sudah berkembang lho seiring dengan perkembangan zaman. Tak jarang, masyarakat sudah banyak yang beralih ke dompet digital yang tentu saja uang di dalamnya berbentuk digital.

Lalu, bagaimana sih sejarah uang itu? Mengapa sistem barter digantikan begitu saja oleh uang sebagai alat transaksi jual beli? Apa yang dimaksud dengan uang digital?

Nah, supaya Grameds memahami akan hal tersebut, yuk simak ulasan berikut ini!

pexels

Sejarah Munculnya Uang

Mengenal Apa Itu Sistem Barter?

Sebelum membicarakan tentang sejarah uang, akan lebih baik apabila Grameds memahami apa sih sistem barter itu.

Barter adalah sistem transaksi yang pertama kali digunakan para manusia, sebab pada zaman dahulu, manusia belum mengenal apa itu uang. Sistem transaksi barter ini berupa pertukaran antara barang dengan barang, jasa dengan jasa, barang dengan jasa, atau bahkan sebaliknya.

Pada masa lalu, orang atau sekelompok orang sudah merasa bahwa mereka membutuhkan sesuatu yang dihasilkan oleh pihak lain. Selain itu, populasi orang juga semakin meningkat, menyebabkan mereka harus memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama dengan “menggunakan” barang atau jasa yang telah dihasilkan oleh pihak lain.

Maka dari itu, muncullah ide untuk saling menukarkan barang atau jasa. Syarat utama dari pelaksanaan sistem barter ini adalah harus ada orang yang ingin saling menukar barang atau jasa, dan mereka harus saling membutuhkan.

Namun, seiring perjalanannya, sistem barter justru menemui berbagai kendala, diantaranya:

  • Sulit menentukan kadar atau standar nilai tukar

Contohnya, 12 buah jeruk seharusnya memiliki nilai yang sama dengan berapa satu kilogram gandum, tetapi orang-orang belum dapat menentukan standar tersebut sehingga mereka asal-asalan menukarnya.

  • Sulit dalam bertransaksi

Kelemahan dari sistem barter adalah ketika hendak bertransaksi, harus ada dua belah pihak yang memiliki barang yang dibutuhkan satu sama lain. Contohnya, ada seseorang yang memiliki gandum, dirinya hendak menukarkan gandum tersebut dengan buah semangka. Itu berarti, dirinya harus mencari seseorang yang mempunyai buah semangka yang sekaligus tengah membutuhkan gandum.

Apabila ternyata pemilik semangka tidak menginginkan gandum tersebut, maka transaksi barter menjadi batal.

  • Alat tukar sulit untuk dipecah

Contohnya, ada seseorang yang memiliki seekor ayam dan ingin menukarkannya dengan sebuah meja. Sementara seekor ayam tersebut hanya bernilai sama dengan separuh meja saja. Maka pemilik meja akan kesulitan untuk memecah atau membagi meja tersebut menjadi nilai yang sesuai.

  • Alat tukar sulit untuk dibawa-bawa

Terutama pada barang yang memiliki jumlah banyak atau ukuran besar, maka pemilik barang tersebut akan kesulitan dalam membawa hartanya kesana-kemari. Belum lagi, harus menemukan orang yang mau setuju untuk menukarkan barangnya tersebut.

  • Sulit menyimpan barang

Terlebih lagi apabila barang yang hendak ditukar adalah buah-buahan, pasti akan cepat membusuk. Apabila sudah busuk, pasti sudah tidak bisa dijadikan sebagai alat bertransaksi.

Masa Uang Barang

Untuk mengatasi kelemahan tersebut, muncullah beberapa pemikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu sebagai alat tukar. Benda-benda tersebut biasanya adalah yang dapat diterima oleh umum, memiliki nilai tinggi, dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer. Contohnya adalah garam, emas, kulit hewan, batu-batuan berharga, logam, kulit pohon, hingga kerang yang memiliki bentuk indah.

Pada zaman Romawi kuno, mereka menggunakan garam sebagai alat tukar dan alat pembayaran upah. Sementara itu pada bangsa Arab, mereka menggunakan unta dan kambing sebagai alat bertransaksi. Ada lagi di masyarakat Tibet yang menggunakan teh-teh ikat sebagai alat tukar.

Meskipun pemikiran ini tergolong lebih maju daripada sistem barter, tetap saja terdapat kelemahan yang menjadikan masa uang barang ini semakin lama semakin berganti. Beberapa permasalahan  yang muncul dari penggunaan uang barang ini antara lain:

  • Hanya berlaku di daerah tertentu saja
  • Kesulitan dalam hal penyimpanan dan pengangkutan
  • Mudah rusak dan tidak tahan lama
  • Sulit dibagi menjadi bagian yang lebih kecil

Masa Uang Logam

Atas adanya kelemahan-kelemahan yang didapatkan dari masa uang barang tersebut, memunculkan ide baru untuk menciptakan uang logam. Logam dipilih sebagai alat tukar sistem transaksi sebab memiliki nilai yang tinggi, tahan lama, tidak mudah rusak, mudah dipecah tanpa mengurangi nilai, dan mudah dibawa. Logam yang biasa dipakai sebagai alat transaksi pada era ini adalah emas dan perak.

Pada zaman itu, suatu negara akan dianggap telah mempraktikkan sistem uang emas apabila negaranya telah memiliki standar emas dalam proses transaksi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya transaksi perdagangan, maka akan memberikan keuntungan bagi masyarakat, sehingga harta mereka juga makin meningkat.

Nah, mereka akhirnya memikirkan sebuah tempat yang aman untuk menitipkan uang-uang logamnya ke tempat tersebut, karena takut akan risiko pencurian. Biasanya, mereka akan menyimpannya di tukang emas atau pemuka agama.

Pihak-pihak yang dijadikan sebagai tempat “titipan” itu akhirnya memberikan mereka akta berbentuk kertas yang berisikan janji pihak penerima titipan. Akta-akta ini mendapatkan sambutan baik karena diterbitkan oleh seseorang atau lembaga yang mempunyai reputasi keuangan yang terpandang di suatu negara. Kemunculan akta-akta inilah yang menjadi pencetus dalam kemunculan sistem uang kertas.

Masa Uang Kertas

Kepercayaan masyarakat semakin tumbuh terhadap adanya akta perjanjian yang diterbitkan lembaga keuangan, justru menjadikannya sebagai alat yang masuk ke dalam peredaran transaksi. Jadi, dapat disebut bahwa akta-akta ini bernilai sama dengan uang dan bahkan digunakan secara langsung untuk membeli barang atau jasa.

Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat menjadi tidak lagi menggunakan emas secara langsung ketika tengah bertransaksi. Sebagai gantinya, mereka akan menjadikan akta tersebut sebagai alat tukar.

Masa Uang Digital

Uang digital tentu saja akan muncul seiring berkembangnya teknologi. Untuk menyelesaikan transaksi ekonomi, banyak pihak yang enggan untuk membawa uang tunai. Mereka lebih suka menyimpannya di dalam rekening bank atau bahkan melakukan top-up, yakni dengan menukarkan uang tunai mereka menjadi bentuk digital.

Penggunaan uang digital ini justru lebih efisien, sebab dapat mudah dibayarkan melalui internet, sms, hingga mobile banking. Uang digital yang saat ini tengah populer misalnya ShopeePay, Dana, Ovo, hingga GoPay.

Sejarah Uang di Berbagai Bangsa

Saat ini kita tengah membicarakan tentang sejarah uang, maka tidak afdol rasanya apabila tidak membahas sejarah uang yang ada di berbagai bangsa di dunia. Yuk simak ulasan berikut!

1. Sejarah Uang pada Bangsa Mesir Kuno

Zaman Mesir Kuno itu terbagi menjadi dua fase yakni Kerajaan Mesir Lama (3000 SM) dan Kerajaan Mesir Pertengahan (2160-1788 SM). Pada kala itu, yang dijadikan sebagai alat tukar adalah emas.

Sejumlah suku di pedalaman telah mengenal emas menjadikannya sebagai alat budaya, khususnya sebagai perlengkapan persembahan spiritual kuno. Bahkan, mereka juga memakamkan Raja Tutankhamen dalam sebuah peti emas.

2. Sejarah Uang pada Bangsa Lydia

Bangsa Lydia berada di sebuah daerah kuno di Asia Kecil, yang saat ini menjadi bagian sebuah provinsi di Turki. Dipercaya bahwa kemunculan uang itu dicetuskan oleh bangsa Lydia ini, karena kala itu mereka kesulitan dengan adanya sistem barter ketika tengah bertransaksi jual beli, kemudian memberikan ide untuk membuat uang.

3. Sejarah Uang Pada Bangsa Yunani

Bangsa Yunani menjadikan emas dan perak batangan sebagai komoditas dalam bertransaksi, sampai masa dimulainya pencetakan uang sekitar tahun 406 SM.

4. Sejarah Uang Pada Bangsa Romawi

Sebelum abad ke-3 SM, bangsa Romawi menggunakan mata uang yang terbuat dari perunggu, yang disebut sebagai aes (Aes Signatum Aes Rude). Tidak hanya dari perunggu, mereka juga menggunakan mata uang koin yang terbuat dari tembaga. Sosok yang dipercaya telah mencetaknya pertama kali adalah Numa atau Servius Tullius.

Lalu, pada tahun 268 SM, bangsa Romawi mencetak uang dinar dari emas yang kemudian menjadi mata uang utama dalam kekaisaran Romawi. Selain itu, di atas uang koin tersebut juga diukir bentuk Tuhan dan pahlawan-pahlawan mereka. Hingga akhirnya, pada masa kekaisaran Julius Caesar, Beliau mencetak gambarnya sendiri di atas uang koin tersebut.

5. Sejarah Uang Pada Bangsa Persia

Pada bangsa Persia, mereka mengadopsi percetakan uang dari bangsa Lydia setelah melakukan upaya penyerangan terhadap Kerajaan Lydia di tahun 546 SM. Awalnya, uang dicetak dalam bentuk persegi empat, kemudian mereka mengubahnya menjadi bentuk bundar dan di atasnya diukir gambar tempat peribadatan.

6. Sejarah Uang Pada Pemerintahan Islam

Pada masa pemerintahan islam, sistem uang terbagi menjadi beberapa masa, yakni masa kenabian, masa Khulafaur Rasyidin, dan masa Dinasti Islam. Pada masa kenabian, bangsa Arab tidak memiliki mata uang tersendiri, sehingga mereka menggunakan dinar emas Hercules, Byzantium, dirham perak dinasti Sasanid (Iraq), dan mata uang bangsa Himyar (Yaman).

Lalu, pada masa Khulafaur Rasyidin, yang kala itu Abu Bakar Ash-Shiddiq diangkat menjadi Khalifah, Beliau tidak melakukan perubahan terhadap mata uang yang telah beredar. Namun, pada masa khalifah Umar bin Khattab, dicetaklah dirham Islam dengan menambah kalimat tauhid seperti Bismillah, Alhamdulillah, dan Muhammad Rasulullah.

Selanjutnya, pada masa dinasti Islam, baru ada mata uang yang benar-benar bercorak Islam, terutama pada masa khalifah Abdullah Malik bin Marwan.

Perkembangan Uang di Indonesia

Perkembangan sejarah uang di Indonesia dimulai pada tahun 800. Selanjutnya, perkembangan ini terbagi menjadi beberapa era. Nah berikut penjelasannya!

1. Tahun 800-1600 M

Pada masa tersebut, transaksi jual beli masih banyak dilakukan dengan menggunakan emas dan perak. Produksi koin pertama bahkan berasal dari Dinasti Syailendra (Kerajaan Mataram) pada abad ke-9 hingga ke-12.

Selain itu, masyarakat juga menggunakan manik-manik sebagai alat tukar. Manik-manik ini diproduksi oleh Kerajaan Sriwijaya di Sumatera dan akhirnya menyebar ke seluruh penjuru Indonesia. Kemudian, pada akhir abad ke-13, Kerajaan Majapahit yang kala itu menerima kedatangan pedagang China, menjadikan koin tembaga sebagai alat tukar pada masa itu.

2. Tahun 1600-1942

Pada tahun ini, orang-orang Eropa mulai berdatangan ke Indonesia dan membawa mata uang masing-masing terutama dalam bidang perdagangan. Hal tersebut menjadikan masyarakat Indonesia juga banyak menggunakan mata uang bangsa kolonial ini.

Kemudian, pada tahun 1752, muncullah uang kertas pertama berkat pembentukan De Bank Courant dan Bank van Leening. Setelah VOC bangkrut, akhirnya Republik Batavia mengeluarkan mata uang sendiri dan membuat koin gulden perak pada tahun 1802.

3. Tahun 1942-1944

Pada kala itu adalah masa penjajahan Jepang. Terutama pada tahun 1942, Jepang berhasil menginvasi pemerintahan Hindia Belanda dan mengambil alih seluruh negeri. Hal tersebut menjadikan Jepang membawa mata uangnya sendiri lalu membubarkan bank-bank bentukan Indonesia, termasuk De Javasche Bank.

Setelah pembubaran tersebut, Jepang menerbitkan uang kertas yang dikeluarkan oleh pihak bank Jepang, yakni De Japansche Regeering dan menjadi alat pembayaran yang sah sejak saat itu.

Kemudian pada tahun 1944, Jepang mengeluarkan uang yang dicetak dalam Bahasa Indonesia. Stok uang tersebut tetap dipakai oleh pemerintahan Indonesia sampai tahun 1946.

4. Tahun 1945-1948

Pada tahun ini, Indonesia sudah merdeka dan pemerintah pun dapat mencetak mata uang sendiri, dengan menerbitkan ORI atau Oeang Repoeblik Indonesia. Namun, karena saat itu juga negara masih dalam keadaan kacau, akhirnya peredaran ORI menjadi tersendat.

Bentuk fisik ORI pada masa itu sangat sederhana, kualitasnya juga tidak bagus, bahkan sistem pengamanannya masih berupa serat halus biasa. Nah, dalam peredarannya, ORI terbagi atas beberapa penerbitan.

a) ORI I (1945)

Oeang Repoeblik Indonesia ini pertama kali diedarkan secara resmi pada 30 Oktober 1946. Pecahan uangnya terdiri atas 1 sen, 5 sen, 10 sen, ½ rupiah, Rp1.00, Rp5.00, Rp10.00, dan Rp100.00

b) ORI II (1947)

Penerbitan ORI selanjutnya justru hanya memiliki empat pecahan saja, yaitu Rp5.00, Rp10.00, Rp25.00, dan Rp100.00.

Untuk penerbitan ini, seluruh mata uangnya memiliki latar tempat dan tanggal berupa Djokjakarta, 1 Djanuari 1945, yang ditandatangani oleh Sjafruddin Prawiranegara.

c) ORI III (1947)

Selanjutnya, pada ORI III mulai bertambah jumlah pecahannya menjadi tujuh jenis, yakni ½ rupiah hingga Rp250.00. Pada era ini juga ada sebuah pecahan langka yaitu seri Rp100 Maramis.

d) ORI IV (1948)

Pada seri ORI IV ini, terdapata pecahan baru yakni Rp75.00, Rp100.00 dan Rp400.00. Bahkan ada juga salah satu terbitan uang terbaik, terlangka, sekaligus termahal dengan nominal Rp600.00.

5. Pada Masa Orde Baru

Pada masa ini, uang yang diterbitkan adalah seri Sudirman. Terdiri atas pecahan Rp1.00, Rp2½.00, Rp5.00, Rp10.00, Rp25.00, Rp50.00, Rp100.00, Rp500.00, Rp1.000 Rp5.000 dan Rp10.000.

Uang terbitan masa orde baru ini ditandatangani oleh Gubernur Bank Indonesia, Radius Prawiro dan Direktur Bank Indonesia, Suksmo B Martokoesoemo. Namun, pada tanggal 23 Agustus 1971, justru terjadi devaluasi mata uang Rupiah sebesar 10%. Hal tersebut mengakibatkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS naik, yang awalnya Rp378.00 menjadi Rp415.00.

6. Tahun 1975

Pada tahun 1975, terdapat seri baru yang dirilis dan diedarkan di masyarakat Indonesia. Yakni nominal Rp1.000 dengan gambar Pangeran Diponegoro, nominal Rp5.000 dengan gambar nelayan, dan nominal Rp10.000 dengan gambar relief Candi Borobudur.

Masing-masing dari seri baru tersebut ditandatangani oleh Gubernur Bank Indonesia, Rachmat Saleh dan Direktur Bank Indonesia, Suksmo B Martokoesoemo.

7. Tahun 1992

Pada tahun ini, seri baru dari mata uang Rupiah mulai dicetak dan diedarkan lagi, yakni berupa:

  • Rp100.00 dengan gambar Perahu Pinisi
  • Rp500.00 dengan gambar Orangutan
  • Rp1.000 dengan gambar Danau Toba
  • Rp5.000 dengan gambar alat musik Sasando
  • Rp10.000 dengan gambar Sri Sultan Hamengku Buwono IX
  • Rp20.000 dengan gambar Cendrawasih merah

8. Tahun 1993

Pada tahun ini, terbit seri terbaru yakni dengan nominal Rp50.000 dengan gambar Presiden Soeharto. Bahan yang digunakan dalam mencetak uang tersebut adalah plastik polymer dengan pengaman “Holografis” Soeharto, bukan watermark yang biasa digunakan.

9. Pada Orde Reformasi

Pada masa ini, pecahan Rp100.000 yang bergambar Soekarno, Moh. Hatta, dan teks proklamasi diedarkan. Pecahan tersebut dicetak di Australia dan Thailand, menggunakan material plastik polymer.

Selain itu, juga ada terbitan seri baru uang pecahan Rp1.000 dengan gambar Kapten Pattimura dan pecahan Rp5.000 dengan gambar wanita yang tengah menenun.

Ada juga pecahan Rp10.000 dengan gambar Cut Nyak Dien, pecahan Rp50.000 dengan gambar I Gusti Ngurah Rai, dan pecahan Rp100.000 dengan gambar Bung Karno dan Bung Hatta, tetapi tidak ada plastik lingkarannya.

10. Era Jokowi

Pada tahun 2016 dimana Indonesia dipimpin oleh Presiden Jokowi, mulai menerbitkan uang baru yakni 7 pecahan uang rupiah kertas dan 4 empat pecahan uang logam.

11. Tahun 2020

Dalam perkembangannya, Bank Indonesia mulai meluncurkan uang baru dalam rangka HUT ke-75 Republik Indonesia, berupa pecahan uang nominal Rp75.000.

Nah, itulah penjelasan mengenai sejarah uang yang ada di dunia dan perkembangan mata uang rupiah di Indonesia. Meskipun saat ini sudah banyak uang digital yang beredar, tetap hati-hati dalam bertransaksi ya…

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

Sumber:

Dahliana, Difi. Sejarah Uang.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait Sejarah Uang

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.