Sosial Budaya

Pakaian Adat Bali: Nama, Keunikan, Jenis, dan Maknanya

pakaian adat bali
Written by Umam

Pakaian Adat Bali – Bali adalah salah satu provinsi di Indonesia dengan Ibu Kota yang bernama Denpasar. Bali merupakan salah satu pulau yang berada di kepulauan Nusa Tenggara. Bali adalah primadona pariwisata Indonesia yang juga kaya akan keindahan alamnya, seni dan budayanya yang unik.

Bali sebagai tujuan wisata yang lengkap mempunya beragam tempat wisata yang menarik, mulai dari Pantai Kuta, Tanah Lot, Danau Bedugul dan Garuda Wisnu Kencana. Kesenian dan budaya di Bali juga menjadi salah satu daya tarik wisatawan.

Tidak hanya itu, pakaian daerah khas Bali yang sehari-hari dikenakan oleh masyarakat Bali membuat Pulau Dewata ini terasa kental budayanya. Pakaian daerah Bali sangat bervariasi, meskipun secara kasat mata pakaiannya terlihat sama.

Masing-masing daerah di Bali memiliki ciri khas dan ornamen. Hal ini juga berdasarkan kegiatan atau upacara adat, jenis kelamin, status sosial dan umur. Untuk melestarikan budaya Bali, bisa dimulai dari mengenali pakaian khas daerahnya.

Pelestarian budaya ibu pertiwi bisa dimulai sedini mungkin. Buku tentang Pakaian Adat Nusantara karya Dian Aprilia ini bisa menjadi bahan bacaan bagi anak-anak. Buku ini akan membantu orang tua yang ingin mengenalkan anak-anaknya kekayaan budaya bangsa Indonesia. Disertai dengan ilustrasi yang seru sehingga bisa menarik perhatian anak-anak.

Jenis dan Nama Pakaian Adat Bali

1. Kebaya Bali

pakaian adat bali

Kebaya Bali adalah pakaian adat yang dikenakan oleh perempuan-perempuan Bali. Kebaya Bali ini sebetulnya bisa dibuat dari berbagai jenis bahan, namun menambahkan renda adalah salah satu favorit para perempuan Bali.

Biasanya, kebaya Bali akan dikenakan dengan korset. Korset ini umumnya dikenakan di bagian bawah dan dipakai oleh perempuan Bali yang lebih tua. Umumnya warnanya beragam dan cukup mencolok mata.

Kebaya Bali identik dengan warna-warna cerah, hal ini memiliki nilai filosofi yaitu untuk menggambarkan keceriaan sekaligus keanggunan perempuan di Bali. Masyarakat Bali memiliki banyak sekali upacara adat dan juga keagamaan.

Mulai dari upacara yang bersifat suka, duka dan keagamaan. Maka dari itu, kebaya menjadi salah satu pakaian yang penting dalam kehidupan perempuan di Bali.

Jika mengikuti upacara adat yang bersifat suka, biasanya perempuan Bali menggunakan warna-warna kebaya yang cerah. Sedangkan untuk upacara adat yang bersifat duka, kebaya yang digunakan oleh perempuan Bali cenderung berwarna gelap.

Warna gelap ini dikenakan karena identik dengan rasa sedih. Mereka juga tidak menggunakan riasan ataupun menyanggul rambut mereka. Selain karena upacaranya bersifat kesedihan, mereka juga tidak memiliki waktu untuk mempersiapkan penampilan mereka.

Selain upacara adat, kebaya digunakan oleh para perempuan Bali untuk kegiatan keagamaan. Salah satu kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat Hindu-Bali adalah pergi ke pura. Kebaya juga digunakan pada hari piodalan di suatu pura.

Kebaya yang dikenakan pun kebaya yang biasa namun dengan warna yang bervariasi, karena mereka akan melakukan kegiatan yang memerlukan gerak banyak dan berkeringat. Sehingga kebaya yang dipilih pun kebaya yang nyaman.

2. Baju Safari

pakaian adat bali

Jika perempuan Bali cenderung mengenakan kebaya, masyarakat pria Bali mengenakan baju safari. Baju safari ini sebetulnya nampak seperti kemeja pada umumnya. Namun, baju tradisional yang menjadi pakaian adat Bali Ini memiliki makna yang mendalam. Setiap pria di Bali yang mengenakan baju safari ini harus tetap menjaga kebersihan, kerapihan dan kesopanan.

Kemeja safari umumnya berwarna putih, dengan kerah dan kancing, dilengkapi dengan saku di bagian dada serta di bagian bawah. Warna putih pada baju safari ini melambangkan kesucian dan kesakralan.

Makna dari warna tersebut diharapkan agar masyarakat pria Bali bisa selalu menjaga kesuciannya. Baju adat ini biasanya dikenakan pada acara-acara adat dan juga keagamaan.

Baju safari ini memiliki kerah yang unik. Kerah baju safari berupa kerah sport yang berasal dari pengembangan kerah rebah yang berdiri tanpa adanya penegak. Baju safari umumnya digunakan dengan kamen, selembar kain yang berguna untuk menutupi tubuh bagian bawah.

Bila dilihat, kamen ini bentuknya mirip dengan sarung, namun kamen biasanya dibuat dari kain berbahan tipis. Umumnya pria di Bali menggunakan dua lembar kain untuk menutupi tubuh bagian bawah mereka.

Selain kain kamen, penggunaan baju safari ini juga disertai dengan ikat kepala. Ikat kepala ini dibuat dari kain yang dijahit dan dibentuk seperti simpul di bagian tengahnya. Udeng tidak hanya digunakan bersamaan baju safari saja, namun juga sering digunakan dengan baju khas Bali lainnya. Biasanya udeng digunakan saat beribadah atau dikenakan pada event yang spesial.

3. Kain Kamen

pakaian adat bali

kain kamen adalah kain yang digunakan untuk menutupi bagian bawah tubuh pria di Bali. Kamen memiliki bentuk yang mirip dengan sarung, namun kamen memiliki corak yang menonjol dan motif persegi.

Bahan yang digunakan untuk membuat kain kamen adalah kain halus yang tipis. Kain kamen ini tidak hanya digunakan oleh pria di Bali, perempuan di Bali juga sering mengenakan kain kamen.

kain ini digunakan menutupi pinggang sampai mata kaki. Kain kamen dililit dari kiri ke kanan. Hal ini melambangkan bahwa pria harus bisa memegang dharma atau kebenaran.

Kain yang dikenakan juga harus memiliki jarak sejengkal di atas telapak kaki. Hal ini melambangkan bahwa pria harus bisa melangkah lebih jauh, karena mereka mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan perempuan.

Kain kamen dililit dari kiri ke kanan dengan meninggalkan lelencingan di bagian bawahnya. Lelencingan adalah ujung kain yang menyentuh tanah. Dengan membiarkan sebagian kain menyentuh tanah melambangkan kejantanan dari pria Bali. Selain itu, hal ini juga melambangkan bahwa mereka akan tetap terus berbakti kepada ibu pertiwi.

Perempuan Bali yang memakai kain kamen harus dililit dari kanan ke kiri. Pemakaiannya harus berlawanan arah dengan cara pemakaian pria Bali. Melilitkan kain dari kanan ke kiri merupakan sebuah makna atau simbol sakti sebagai kekuatan penyeimbang laki-laki. Hal ini juga bermakna bahwa perempuan Bali harus menjaga pria Bali dalam menjalankan tanggung jawabnya atau dharma.

Penggunaan kain kamen pada perempuan juga disertai dengan bulang atau stagen. Bulang atau stagen ini terlihat mirip seperti korset. Bulang atau stagen merupakan simbol dari rahim. Pemakaian bulang atau stagen dilambangkan sebagai pengontrol emosi.

4. Udeng kepala

pakaian adat bali

Seperti yang sudah disebutkan di atas, udeng adalah perlengkapan yang dipakai pria Bali dalam acara adat. Aksesori ini bukan hanya sekedar berguna untuk menutupi kepala, namun Udeng dikenakan di berbagai acara keagamaan baik oleh pria dewasa maupun anak laki-laki di Bali. Udeng tidak hanya dikenakan oleh orang-orang yang kaya saja, namun masyarakat kelas menengah dan ke bawah.

Tidak semua orang bisa membuat Udeng. Pembuatan udeng diperlukan keahlian yang khusus sehingga bisa menghasilkan udeng yang bagus dan memiliki keunikannya tersendiri.

Udeng dibuat dari sebuah kain yang kemudian dijahit dan dibentuk simpul pada bagian tengahnya. Setidaknya ada dua macam jenis udeng yang biasa dikenakan pria Bali yaitu udeng dari kain polos dan juga udeng yang bercorak.

Udeng yang polos kerap digunakan ketika masyarakat pria Bali mengikuti upacara keagamaan. Sedangkan udeng yang berwarna atau bercorak bisa digunakan untuk aktivitas sehari-hari.

Masyarakat pria di Bali juga menggunakan udeng meskipun mereka tidak mengikuti upacara adat atau keagamaan. Hal ini merupakan kesadaran budaya yang tinggi sehingga menciptakan ciri khas bahwa pria lebih baik menggunakan udeng dalam sehari-hari.

Kain yang menutupi kepala dari dua sisi ini, sisi kanan dan sisi kiri yang saling bertemu di tengah memiliki arti sisi negatif dan positif yang saling bertemu dan akan menjadi netral. Udeng merupakan aksesori yang melambangkan pengendalian diri. Di Bali, ada tiga jenis udeng yang umumnya dikenal. Udeng jejateran, udeng yang biasa dipakai ketika ke pura dan kegiatan sosial. Udeng Kepak dara, udeng yang dikenakan oleh para raja. Yang terakhir ada udeng beblatukan, udeng yang dikenakan oleh para pemimpin agama.

5. Saput

pakaian adat bali

Motif kotak-kotak berwarna hitam dan putih mungkin sering dijumpai ketika kita ke Bali. Kain saput, kain bawahan ini merupakan jenis kain yang memiliki corak seperti itu. Kain saput ini biasanya dikenakan di bagian lapisan atas kain kamen.

Jadi, kain kamen yang dipakai terlebih dahulu, dilanjut dengan pemakaian kain saput. Kain ini dipakai dengan cara diikat melingkari bagian pinggang. Pemakaianya juga harus berlawanan dengan arah jarum jam.

Kain saput umumnya digunakan pada upacara keagamaan atau pernikahan. Saput ada berbagai macam. Salah satunya saput poleng. Saput poleng ini adalah kain yang terdiri dari dua warna, biasanya hitam dan putih.

Selain warna hitam dan putih ada juga yang disebut saput poleng sudhamala yang berwarna putih, abu-abu dan hitam. Poleng tridatu yang berwarna putih, hitam dan merah. Ukurannya kain saput ini juga sangat beragam.

Kain saput poleng ini tidak hanya digunakan pada tubuh pria Bali saja, namun kain ini sering dijumpai pada payung, umbul-umbul tugu dan juga patung. Tidak hanya pada benda seni sakral, pohon di Bali pun banyak yang dililitkan kain saput poleng ini. Tiap warna atau coraknya memiliki makna filosofi yang berbeda.

Makna filosofis pada saput poleng rwabhineda yang berwarna hitam putih merupakan dua sifat yang bertolak belakang yakini baik dan buruk, panjang dan pendek, utara dan selatan dan lain-lain.

Sedangkan saput poleng sudhamala merupakan cerminan dari rwabhineda yang diperantarai penyelaras dan perbedaan dalam rwabhineda. Saput poleng tridatu ini melambangkan ajaran triguna yaitu satwam, rajah dan tamah yang berarti kebijaksanaan, energi dan penghambat.

6. Sabuk Prada dan selendang

pakaian adat bali

Sabuk prada adalah salah satu bagian dari pakaian adat Bali. Sabuk prada ini biasanya digunakan oleh perempuan di Bali. Sabuk prada dikenakan bersamaan dengan kebaya yang dipadupadankan dengan kain kamen.

Sabuk prada biasanya memiliki motif khas bali dan cenderung berwarna terang. Sabuk prada ini memiliki makna tersendiri yaitu untuk melindungi tubuh perempuan terutama rahim yang merupakan pemberian dari Tuhan.

Pemakaian sabuk prada bertujuan untuk menahan kain kamen sehingga tidak melorot. Selain itu, perempuan yang memakai sabuk prada ini jadi semakin anggun dan berseri-seri. Selain memiliki makna untuk melindungi rahim, sabuk prada juga dinilai sebagai bentuk pengendalian diri dan mencegah melakukan perbuatan yang buruk.

Selain sabuk prada, selendang atau senteng juga sering digunakan bersamaan dengan pakaian adat lainnya. Kain selendang ini diikat dengan simpul yang hidup di sebelah kiri dan tidak tertutupi oleh baju. Pemakaian kain selendang ini memiliki tujuan supaya pemakaianya selalu siap dalam mendidik anak-anaknya sehingga kelak menjadi anak yang senantiasa patuh kepada orang tuanya. Selendang ini merupakan simbol yang melambangkan tingkah laku dari pemakainya. Selendang khas Bali memiliki motif yang beragam sehingga bisa dikenakan sesuai dengan model dari kain kamen.

7. Gaya rambut perempuan Bali

pakaian adat bali

Perempuan di Bali umumnya juga menata rambutnya ketika mereka mengenakan pakaian adat. Ada tiga jenis gaya rambut untuk perempuan. Perempuan yang belum menikah biasanya akan menata rambutnya dengan setengah dilipat dan setengah dibiarkan tergerai. Gaya rambut ini disebut dengan pusung gonjer. Pusung Gonjer merupakan simbol bahwa perempuan tersebut masih bebas untuk memilih pria sebagai pasangannya kelak.

Sedangkan perempuan yang sudah menikah menata rambutnya dengan sanggul pusung tagel. Sanggul pusung tagel ini biasanya dikenakan ketika perempuan Bali beribadah atau menghadiri acara adat tertentu. Sanggul pusung tagel memiliki penyawat sanggul di bagian kirinya yang disebut atung pusungan. Sedangkan yang di sebelah kanan disebut tagelan.

Setelah itu ada sanggul pusung podgala, jenis sanggul yang digunakan oleh perempuan yang suci atau disebut sulinggih. Tatanan sanggul ini memiliki bentuk seperti kupu-kupu.

Pemakaian sanggul juga dihiasi dengan bunga cempaka kuning, cempaka putih dan sandat. Ketiga bunga tersebut memiliki simbol tersendiri. Bunga cempaka kuning melambangkan simbol Brahma, cempaka putih melambangka Wisnu dan sandat melambangkan Siwa.

Buku karya M. Rais ini memuat tentang kreasi-kreasi sanggul nusantara. Buku ini bisa jadi inspirasi untuk menata rambut pengantin wanita. Sanggul di buku ini adalah sanggul modifikasi yang sangat cantik dan mudah dipadupadankan dengan aneka kebaya saat ini.

8. Payas Agung

pakaian adat bali

Payas agung adalah pakaian tradisional masyarakat Bali. Payas agung ini biasanya dipakai ketika upacara pernikahan atau potong gigi. Pakaian ini memiliki kesan mewah dan spesial, maka dari itu payas agung tidak ditujukan untuk berbagai aktivitas.

Payas agung dikenakan bersama mahkota yang menjulang tinggi dan kain dengan berbagai warna yang dipakai oleh pengantin perempuan.

pengantin perempuan juga memakai tapih panjang yang melilit dari dada hingga jari kaki. Kain ini lalu dilapisi oleh kemben dan kamen prada yang menutup sampai mata kaki.

Mereka juga menggunakan riasan yang disebut srinata, lengkungan simetris pada kening. Mahkota yang dikenakan oleh pengantin perempuan terdiri dari bunga sandat dan juga bunga emas. Mereka juga memakai aksesoris seperti gelang di bahu sebelah kiri dan di pinggang.

9. Payas Madya

pakaian adat bali

Payas Madya agak sedikit berbeda dengan payas agung. Payas madya memiliki kesan yang lebih santai, maka dari itu pakaian ini juga bisa digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Kata madya sendiri mempunyai arti menengah.

Payas Madya tidak dikenakan dengan aksesoris yang terlalu banyak seperti Payas Agung. Payas madya juga bisa dikenakan ketika ritual keagamaan dan juga pesat adat.

10. Payas Alit

pakaian adat bali

Payas alit adalah pakaian adat yang memang bisa dikenakan dalam aktivitas sehari-hari. Payas Alit jauh lebih sederhana dibandingkan payas agung dan payas madya. Kata Alit sendiri mempunyai arti kecil sehingga memiliki makna sederhana atau tingkatan yang paling kecil.

Payas alit untuk pria bisa mengenakan baju safari atau baju koko dengan penutup kepala udeng. Masyarakat bali biasanya memakai payas alit untuk keperluan ibadah ke pura.

Untuk mengetahui kekayaan Bali lainnya, bisa membaca buku Jelajah Wisata Budaya Negeriku Provinsi Bali. Buku ini dikemas dengan penuh warna dan mengajarkan kita tentang budaya Bali dengan cara yang tidak membosankan.

Apa arti Baju Adat Bali?

Pakaian adat Bali pada dasarnya adalah sama, yakni kepatuhan terhadap Sang Hyang Widhi. Dasar konsep dari busana adat bali adalah konsep Tapak dara (swastika) yang disebut Tri angga yang terdiri dari, Pertama, Dewa Angga yakni dari leher ke kepala.

Apakah yang dimaksud dengan pakaian adat?

Pakaian adat, (juga pakaian rakyat, busana daerah, busana nasional, atau pakaian tradisional) adalah kostum yang mengekspresikan identitas, yang biasanya dikaitkan dengan wilayah geografis atau periode waktu dalam sejarah. Pakaian adat juga dapat menunjukkan status sosial, perkawinan, atau agama.

Apa ciri khas pakaian adat Bali?

Ciri khas dari busana ini adalah warnanya yang putih bersih. Pemakainya mengenakan udheng dan kamen untuk pria, serta selendang dan kamen pada perempuan. Apa pun tingkatan pakaian ini secara adat, ketiga pakaian adat Bali ini tetap cantik saat dikenakan

Apa saja fungsi dari pakaian adat?

Salah satu fungsi pakaian adat adalah untuk memeringati perayaan hari besar. Pakaian adat akan dikenakan dalam setiap perayaan hari besar. Nah, pakaian adat juga menunjukkan atau menentukan peran seseorang dalam perayaan hari besar di tiap daerah, Kids. Pakaian adat memiliki fungsi sebagai penanda status sosial.

Apa nama bahasa daerah Bali?

Bahasa Bali terdiri atas dua dialek, yaitu (1) dialek Bali Aga atau Bali Mula yang dituturkan oleh penduduk Bali di daerah dataran tinggi di Bali dan (2) dialek Bali Dataran yang dituturkan oleh penduduk yang pada umumnya berdiam di daerah dataran rendah di Bali.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

About the author

Umam

Perkenalkan saya Umam dan memiliki hobi menulis. Saya juga senang menulis tema sosial budaya. Sebelum membuat tulisan, saya akan melakukan riset terlebih dahulu agar tulisan yang dihasilkan bisa lebih menarik dan mudah dipahami.