Sosial Budaya

Kenali 9 Ragam Pakaian Adat Sumatera Utara dan Penjelasan Lengkapnya

Written by Umam

Pakaian Adat Sumatera Utara – Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah menurut data sensus penduduk di tahun 2019 dengan jumlah penduduk mencapai 14 juta jiwa.

Di Sumatera Utara, ada berbagai macam suku seperti suku Karo, suku Batak Toba, suku Nias, suku Mandailing, suku Simalungun, suku Pakpak, suku Melayu dan lainnya. Ada juga beberapa yang keturunan dari pendatang asal Tionghoa, India ataupun Arab. Dengan keberagaman tersebut, setiap suku memiliki tradisi berbeda-beda salah satunya berkaitan dengan pakaian adat.

Pakaian adat merupakan salah satu warisan dari kebudayaan masyarakat Sumatera Barat yang harus dilestarikan. Salah satu cara melestarikannya adalah dengan mengenal jenis-jenis pakaian adat Sumatera Utara. Simak jenis dan penjelasan lengkap tentang pakaian adat Sumatera Utara.

Ragam Pakaian Adat Sumatera Utara 

1. Pakaian Adat Suku Batak Toba

Sesuai dengan namanya, suku Batak Toba bermuki, di sekitar wilayah Danau Toba. Pakaian adat yang digunakan oleh suku ini pun sangat khas dikarenakan menggunakan jenis kain yang berbeda yaitu kain hasil tenunan yang diberi nama dengan kain ulos.

Pada umumnya kain ulos merupakan kain yang ditenun secara manual dengan menggunakan peralatan tenun tradisional. Bahan dasar kain ulos adalah benang sutra. Suku Batak Toba pada umumnya menggunakan benang dengan warna putih, hitam, emas, merah ataupun perak untuk membuat kain ulos.

Kain ulos telah menjadi ciri khas dari suku Batak, bahkan untuk pakaian adat Sumatera Utara kebanyakan suku menggunakan kain ulos sebagai materialnya. Kain ulos tidak hanya menjadi bahan untuk pakaian adat saja, akan tetapi juga sering digunakan untuk pakaian sehari-hari oleh masyarakat suku Batak.

Kain ulos umumnya memiliki motif yang berbeda-beda antara lain ialah kain ulos padang ursa, pinan lobu-lobu, pinuncaan, antak-antak, bintang maratur serta kain ulos boolean.

Setiap jenis kain ulos akan dikenakan pada acara dan kesempatan yang berbeda-beda, dikarenakan setiap jenisnya memiliki makna yang berbeda-beda pula. Contohnya ulos ragi hotang biasa dikenakan ketika pesta sukacita dan ulos simbolang biasa digunakan ketika sedang berduka. Ketika upacara adat, kain ulos umumnya digunakan sebagai selendang, sementara kain yang digunakan sebagai pakaian adalah sadum, runjat dan jugjaragidup dan lain sebagainya.

Dalam perkembangannya, kain ulos tidak hanya digunakan sebagai selendang saja. Saat ini, kain ulos mudah ditemukan dan banyak digunakan sebagai souvenir dengan tujuan untuk selalu melestarikan kain ulos.

Pakaian adat pria dari suku Batak Toba bagian atas disebut sebagai ampe-ampe sementara bagian bawahnya disebut dengan singkot. Sedangkan pakaian adat perempuan, bagian atasnya disebut hoba-hoba dan bagian bawahnya disebut sebagai haen.

Biasanya pakaian adat ini dilengkapi dengan aksesoris seperti penutup kepala yang disebut dengan bulang-bulang dan biasa dikenakan oleh laki-laki sebagai pengikat kepala atau tali jika digunakan perempuan dan dilengkapi pula dengan selendang ulos.

2. Pakaian Adat Suku Karo

Sumber: Pinterest

Suku Toba memiliki kain ulos sebagai kain khasnya, sementara suku Karo memiliki kain khusus yang terbuat dari pintalan kapas dan disebut dengan uis gara. Uis gara artinya adalah kain merah dikarenakan proses pembuatannya menggunakan benang berwarna merah.

Warna dasar merah dari kain uis gara ini lalu dipadu padankan dengan warna benang yang lainnya contohnya benang dengan warna perak atau emas agar kainnya terlihat lebih menarik.

Meskipun kain uis gara dominan dengan warna merah,tetapi ada pula kain uis gara yang berwarna putih dan hitam. Biasanya, suku Karo mengenakan kain uis gara dalam kegiatan sehari-harinya dan digunakan pula untuk upacara adat resmi. Jenis serta cara penggunaan kain uis gara juga berbeda-beda bergantung pada kesempatan dan acaranya. Penggunaannya berbeda-beda karena memiliki makna dan simbol yang berbeda.

Contohnya, pakaian adat dengan kain uis beka buluh yang menyimbolkan kebesaran, ada pula pakaian uis gatip jongkit yang menyimbolkan kekuatan dan lain sebagainya.

Para pria dari suku Karo pada umumnya akan menggunakan dalam seperti jas dan dilengkapi dengan menggunakan dasi. Kemudian, barulah akan dilapisi lagi dengan kain uis gara untuk dililitkan di sekitar badan.

Selain dililitkan di sekitar badan, kain uis gara juga biasa digunakan sebagai penutup kepala yang dibentuk menjulang ke arah atas, penutup kepala tersebut melambangkan mengenai ketinggian dari budi luhur masyarakat suku Karo.

3. Pakaian Adat Suku Mandailing

Sumber: Wikipedia

Masyarakat suku Mandailing tinggal di kawasan sekitar Mandailing, Tapanuli Selatan serta di daerah Padang Lawas. Pakaian adat yang digunakan oleh masyarakat suku Mandailing sebenarnya memiliki bentuk atau rupa yang hampir sama dengan suku Batak Toba, dikarenakan suku Mandailing menggunakan kain ulos sebagai material bajunya.

Namun, suku Mandailing menambahkan beberapa aksesoris untuk dapat melengkapi penampilannya. Bagi perempuan, aksesoris yang digunakan ketika upacara adat adalah bulang. Bulang merupakan perhiasan yang dikenakan di kepala dan menjuntai hingga kening, aksesoris bulang ini terbuat dari logam serta sepuhan emas lainnya.

Bulang menjadi simbol struktur masyarakat, oleh karena itulah aksesoris ini bertingkat. Selain itu, bulang juga memiliki makna sebagai kemuliaan. Laki-laki suku Batak Mandailing juga menggunakan aksesoris berupa hiasan kepala yang bernama Ampu.

Ampu merupakan sebuah penutup kepala yang dahulu kala hanya dapat dikenakan oleh raja Mandailing serta Angkola saja. Biasanya, ampu memiliki warna hitam dengan tambahan hiasan emas yang menyimbolkan kebesaran.

4. Pakaian Adat Suku Nias

Sumber: Media Indonesia

Suku Nias merupakan etnis yang berada di sekitar Pulau Nias yang letaknya berada di sebelah barat dari Pulau Sumatera. Dikarenakan memiliki letak yang terpisah, maka suku Nias memiliki tradisi yang cukup berbeda apabila dibandingkan dengan suku-suku di Sumatera Utara yang lainnya.

Apabila suku lainnya menggunakan warna merah pada kebanyakan pakaian adatnya, maka suku Nias lebih dominan menggunakan pakaian dengan warna kuning serta emas.

Perempuan yang berasal dari suku Nias memiliki pakaian adat bernama oroba si oli. Oroba si oli merupakan sebuah kain yang bahan dasarnya adalah kulit kayu atau blacu berwarna hitam.

Keistimewaan dari pakaian adat ini adalah pada penggunaan aksesorisnya. Para perempuan suku Nias akan mengenakan oroba si oli dengan ditambahkan gelang kuningan yang memiliki nama aja kola.

Gelang aja kola ini cukup unik sebab berat gelangnya mencapai 100 kg. Selain gelang aja kola, perempuan Nias juga akan mengenakan aksesoris lain seperti anting dari logam yang memiliki ukuran cukup besar dan bernama saro delinga.

Penampilan para perempuan Nias kemudian disempurnakan dengan menata rambut dengan cara di sanggul tanpa disasak lebih dulu. Lalu, akan dilengkapi lagi dengan menggunakan mahkota sebagai hiasan kepalanya.

Sedangkan laki-laki Nias memiliki pakaian adat yang bernama baru oholu. Pakaian adat satu ini terbuat dari kulit kayu serta memiliki bentuk seperti rompi tanpa memiliki kancing serta penutup baju lainnya.

Baru oholu hanya memiliki dua warna saja, di antaranya adalah warna hitam dan coklat yang dilengkapi dengan hiasan berupa ornamen dengan warna kuning, merah dan hitam. Laki-laki dari suku Nias juga akan mengenakan aksesoris untuk melengkapi penampilan. Aksesoris yang dikenakan berupa kalung dengan nama kalabubu dan terbuat dari kuningan.

5. Pakaian Adat Suku Pakpak

Sumber: Pinterest

Suku Pakpak tinggal di daerah Pakpak Barat serta daerah Dairi. Seperti halnya suku dari Sumatera Utara lain yang memiliki kain khas, suku Pakpak pun memiliki kain khas bernama Oles.

Bagi perempuan dari suku Pakpak memiliki pakaian adat dengan nama cimata, sedangkan pakaian laki-lakinya bernama borgot. Ketika mengenakan pakaian adatnya, suku Pakpak juga menambahkan beberapa aksesoris seperti kalus yang terbuat dari emas dengan tambahkan batu permata.

Pakaian adat dari suku Batak Pakpak disebut pula sebagai baju merapi-api dengan dominasi warna hitam. Bahan dasar pakaian adatnya adalah kain katun dengan perpaduan kain oles.

Pakaian borgata yang dikenakan oleh laki-laki, terlihat seperti pakaian dengan model suku Melayu, akan tetapi memiliki leher bulat serta dihiasi dengan manik-manik atau disebut dengan api-api.

Sedangkan pada bagian bawahnya, pakaian adat suku Pakpak menggunakan celana hitam dan dibalut dengan sarung yang bernama oles sidosdos dengan bagian ujung terbuka di bagian depannya.

Baju merapi-rapi yang dikenakan oleh perempuan memiliki warna hitam dengan model leher berbentuk segitiga dan dihiasi oleh manik-manik atau api-api. Sementara bagian bawahnya adalah sarung yang disebut dengan oles perdabaitak yang dililitkan pada pinggang dengan melingkar.

Pakaian adat dari suku Pakpak dilengkapi pula dengan aksesoris tambahan seperti penutup kepala dan lainnya.

6. Pakaian Adat Suku Batak Angkola

Sumber: Batak People

Suku Angkola merupakan salah satu etnis yang tinggal di daerah sekitar Tapanuli Selatan. Nama angkola diambil dari nama sungai yaitu sungai batang angkola. Angkola adalah bagian dari suku adat Batak, sehingga pakaian adatnya pun berbahan dasar kain ulos dengan warna dasar yang didominasi oleh hitam serta memiliki perpaduan warna merah.

Pakaian adat dari suku Batak Angkola memiliki bentuk yang mirip dengan pakaian adat dari suku Batak Mandailing. Perbedaan dari kedua pakaian adat ini ialah pakaian perempuan yang didominasi oleh warna merah dan mengenakan selendang yang diselempangkan di bagian badannya.

Sementara itu, hiasan kepalanya memiliki bentuk yang serupa dengan hiasan kepala pakaian adat suku Batak Mandailing. Untuk laki-laki, ada tambahan aksesoris berupa penutup kepala yang bernama ampu.

Ampu sebagai hiasan kepala memiliki bentuk yang cukup khas serta menjadi mahkota yang umumnya digunakan oleh para raja di Mandailing serta Angkola pada jaman dahulu kala.

Warna hitam dari ampu memiliki fungsi magis, sementara ornamen emasnya melambangkan kebesaran. Sedangkan untuk perempuannya, ada tambahan aksesoris berupa hiasan kepala dengan bulang warna emas.

7. Pakaian Adat Suku Batak Simalungun

Sumber: Orami

Suku Batak Simalungun adalah bagian dari suku Batak yang tinggal di Provinsi Sumatera utara dan pada umumnya masyarakat dari suku Batak Simalungun akan menyesuaikan lokasi dan posisi dari tempat ia tinggal.

Sehingga masyarakat dari suku ini adalah bagian asli dari suku Batak, akan tetapi memiliki wilayah yang berbeda-beda. Pakaian adat dari masyarakat suku Batak Simalungun hampir sama dengan pakaian adat di daerah Sumatera Utara pada umumnya, material dasar yang digunakan untuk membuat pakaiannya adalah kain hiou.

Kain hiou memiliki corak dengan warna yang cukup beragam, akan tetapi umumnya warna yang biasa digunakan untuk pakaian adalah warna-warna yang lebih gelap. Oleh sebab itu,  akan memberikan kesan teduh serta gagah ketika dikenakan.

Dikarenakan pakaian adat dari suku Batak Simalungun dibuat dengan tujuan untuk menjadi cerminan dari peradaban suku Batak Simalungun, maka ada beberapa keunikan maupun keberagaman dari pakaian adat ini yang tidak dimiliki oleh suku yang lainnya.

Apabila dilihat secara sekilas, pakaian adat milik suku Batak Simalungun dengan suku Batak Toba hampir sama. Akan tetapi keduanya memiliki perbedaan pada kain samping yang digunakan oleh suku Batak Simalungun yang disebut dengan suri-suri sebagai pelengkap penampilan.

Sementara itu, ada pula aksesoris lain sebagai pelengkap berupa bulang yang dikenakan pada  kening perempuan dan laki-laki akan mengenakan gotong.

8. Pakaian Adat Suku Melayu

Sumber: RimbaKita.com

Masyarakat keturunan suku Melayu banyak yang tersebar di daerah Sumatera. Di Sumatera Utara, suku Melayu pada umumnya tinggal di daerah Tebing Tinggi, Batu Bara, Binjai, Langkat, Medan, Deli Serdang dan Bedagai.

Seperti kebanyakan pakaian adat dari Melayu, pakaian adat dari suku Melayu juga mengenakan baju kurung yang dilengkapi dengan balutan dari kain songket. Khusus bagi perempuan dari suku Melayu, baju kurung yang dikenakan teruat dari kain brokat atau kain sutra.

Untuk mempercantik dan menyempurnakan penampilan, ada aksesoris yang cukup unik berupa peniti yang terbuat dari emas. Selain itu, para perempuan dari suku Melayu juga menambahkan aksesoris lainnya seperti kalung dengan motif rantai serati, mentimun, sekar sukun, tanggang dan motif yang lainnya.

Para laki-laki dari suku Melayu akan mengenakan aksesoris berupa penutup kepala. Penutup kepala tersebut diberi nama tengkulok dan terbuat dari kain songket serta memiliki makna di baliknya yaitu kegagahan dan kebesaran seorang laki-laki.

Tentunya selain aksesoris tengkulok, ada pula aksesoris bernama destar yang terbuat dari rotan dan kemudian dibalut dengan menggunakan kain beludru. Laki-laki dari suku Melayu, pada umumnya juga akan menambahkan hiasan rantai, kilat bahu ataupun lengas serta sidat sebagai lambang dari keteguhan hati seorang laki-laki yang tidak akan pernah goyah.

9. Pakaian Adat dari Suku Batak Sibolga

Sumber: Kami Batak

Pakaian adat dari Sumatera Utara selanjutnya adalah dari suku Batak Sibolga yaitu suku Batak Pasisi yang berasal dari suku Batak Toba. Kebudayaan dari kedua suku ini telah tercampur dengan wilayah dari Minangkabau, tepatnya Melayu dari pesisir timur.

Hingga pada akhirnya terbentuk suatu komunitas suku Pasisi yang sebenarnya adalah suku Batak yang menggunakan bahasa Melayu. Hal ini yang membuat adat baru dan budaya baru hasil dari perpaduan suku Melayu serta Batak.

Perpaduan adat dan kebudayaan tersebut juga turut mempengaruhi bentuk pakaian adatnya. Pakaian adat yang digunakan oleh suku Batak Sibolga cukup sederhana dengan perpaduan warna gelap dan dilengkapi dengan tambahan aksesoris seperti mahkota, penutup kepala serta kalung agar tampak mewah.

Itulah sembilan macam-macam pakaian adat Sumatera Utara yang harus Grameds ketahui untuk ikut berperan dalam melestarikan kebudayaan masyarakat Indonesia. Grameds bisa mempelajari kebudayaan dari daerah lain di Indonesia dengan membaca buku.

Gramedia.com sebagai #SahabatTanpaBatas menyediakan berbagai macam buku berkualitas dan original untuk Grameds. Membaca banyak buku dan artikel tidak akan pernah merugikan kalian, karena Grameds akan mendapatkan informasi dan pengetahuan #LebihDenganMembaca.

Penulis: Khansa

Sumber: 

  • https://www.romadecade.org/pakaian-adat-sumatera-utara/#!
  • https://rimbakita.com/pakaian-adat-sumatera-utara/
  • https://www.orami.co.id/magazine/pakaian-adat-sumatera-utara

 

About the author

Umam

Perkenalkan saya Umam dan memiliki hobi menulis. Saya juga senang menulis tema sosial budaya. Sebelum membuat tulisan, saya akan melakukan riset terlebih dahulu agar tulisan yang dihasilkan bisa lebih menarik dan mudah dipahami.