in

Review Novel Anak: Mata dan Manusia Laut

Mata dan Manusia Laut – Di tengah perkembangan teknologi, orang tua perlu mempertimbangkan media untuk meningkatkan pengetahuan anak. Walaupun kini anak-anak dapat belajar melalui aplikasi atau situs online, namun perlu juga mengenalkan anak pada buku bacaan. Oleh karena itu, menyediakan buku bacaan anak di rumah menjadi penting.

Bacaan anak termasuk sastra anak yang ditulis dan diterbitkan untuk anak-anak. Pada umumnya buku bacaan anak ditulis dengan menggunakan kalimat singkat dengan bahasa yang lebih sederhana dari buku bacaan dewasa. Walaupun bacaan anak dikonsumsi oleh anak-anak, tapi banyak juga orang dewasa atau remaja yang senang membaca buku bacaan anak.

Novel anak merupakan salah satu bentuk buku bacaan anak. Novel anak biasanya ditulis untuk anak-anak usia di atas 9 tahun atau anak yang sudah lancar membaca. Tidak seperti buku dongeng, novel anak memiliki isi cerita yang lebih kompleks dan sedikit ilustrasi.

Ada banyak manfaat dari membaca novel anak, karena selain menghadirkan cerita yang seru, novel anak juga berisi nilai-nilai pendidikan yang baik untuk anak. Selain itu, membaca novel anak juga dapat menambah kosakata, melatih daya ingat, mengembangkan imajinasi, serta meningkatkan konsentrasi dan pemahaman.

Kini, sudah banyak penulis yang tertarik menerbitkan novel anak. Salah satu penulis Indonesia yang terkenal dengan novel anaknya yaitu Okky Puspa Madasari atau yang lebih dikenal dengan Okky Madasari. Seri Mata menjadi novelnya yang paling terkenal, bahkan sudah terbit hingga judul keempatnya.

Grameds, artikel ini akan mengulas mengenai novel ketiga dari seri Mata yang berjudul Mata dan Manusia Laut. Yuk, kita kenalan terlebih dahulu dengan penulisnya.

 

Mengenal Okky Puspa Madasari, Penulis Novel Mata dan Manusia Laut

Sumber: wikipedia

 

Okky Madasari atau Okky Puspa Madasari merupakan novelis asal Indonesia. Okky lahir di Magetan, Jawa Timur pada 30 Oktober 1984. Pada tahun 2005 mendapat gelar Sarjana di Universitas Gadjah Mada dengan jurusan Hubungan Internasional. Sejak kelulusannya, Okky memilih untuk menjadi pewarta atau penulis.

Pada tahun 2014, Okky mendapat gelar Master dari Universitas Indonesia dengan jurusan Sosiologi. Kemudian, tahun 2019 Okky mendapat beasiswa penuh untuk program doktor dari Universitas Nasional Singapura (NUS).

Okky telah menerbitkan sekitar 10 buku sejak tahun 2010. Adapun buku-buku tersebut meliputi satu kumpulan cerita pendek, tiga novel anak, lima novel, dan satu buku nonfiksi. Buku 10 nya terbit tahun 2019 secara daring berjudul Silsilah Sastra Indonesia: Kapitalisme, Islam, dan Sastra Perlawanan. Buku ini menjelaskan mengenai asal-usul, ideologi, dan kekuatan yang membangun novel-novel Indonesia masa kini.

Entrok menjadi novel pertama Okky yang terbit tahun 2010, bercerita mengenai kehidupan masa Orde Baru di Indonesia yang berada dibawah kekuasaan totalitarian dan militerisme. Tahun 2013 Entrok diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris berjudul The Years Of The Voiceless.

Review Buku: The Architecture of Love | Point of View

Kemudian, novel berikutnya terbit tahun 2012 berjudul Maryam, bercerita mengenai kehidupan minoritas dari sekte Islam yang dilarang di Indonesia. Tahun 2013, Okky menerbitkan novel lain berjudul Pasung Jiwa, bercerita mengenai kehidupan transgender di tengah masyarakat Indonesia yang meluncur ke arah fundamentalisme.

Novel-novel tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Melalui karya-karyanya, Okky berhasil mendapat penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2012 dan menjadi pemenang termuda sepanjang sejarah.

Setelah melihat putrinya yang tumbuh dengan tidak banyak buku anak di Indonesia, Okky berkomitmen untuk menulis buku anak, hingga tahun 2018 Okky menerbitkan novel anak berjudul Mata di Tanah Melus.

Novel pertama dari seri Mata yang menceritakan mengenai anak usia 12 tahun bernama Matara yang berpetualang di dunia fantasi bersama masyarakat Melus di Nusa Tenggara Timur Indonesia. Seri Mata kemudian berlanjut di novel-novel berikutnya yaitu Mata dan Rahasia Pulau Gapi, Mata dan Manusia Laut, dan Mata dan Nyala Api Purba.

 

Sinopsis Novel Mata dan Manusia Laut

Judul Buku : Mata dan Manusia Laut

Penulis Buku : Okky Puspa Madasari

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Halaman : 236

Mata dan Mamanya pergi ke bagian Tenggara Indonesia yaitu kampung Sama, kepulauan Sulawesi setelah mendengar kabar di media internasional mengenai penduduk kampung yang bisa menyelam di laut tanpa memakai alat bantu. Layaknya manusia ikan penduduk Sama sudah terbiasa menyelam di laut. Hal tersebut membuat banyak peneliti tertarik untuk melakukan riset mengenai struktur dan fungsi organ tubuh manusia.

Penduduk Sama tinggal di sebuah rumah panggung di atas laut, sehingga kesehariannya pun dekat dengan laut. Bahkan, anak-anak di kampung Sama terbiasa menyelam sejauh seratus meter tanpa menggunakan peralatan apapun.

Tujuan Mata dan Mamanya pergi ke kampung Sama, karena Mama ingin membuat tulisan mengenai para manusia ikan ini. Perjalanan Mata mengantarkannya bertemu dengan salah satu anak di kampung tersebut bernama Bambulo.

Bambulo mengajak Mata berpetualang menelusuri kampung, bahkan sampai ke perbatasan Atol atau tempat biasa penduduk mencari ikan. Bambulo lupa dengan larangan untuk tidak mengunjungi Atol ketika bulan purnama. Akibat perbuatannya, laut menjadi marah dan muncul malapetaka yang mengancam seluruh penduduk kampung yang ada di darat.

Ombak laut juga menyeret Mata dan Bambulo ke Masalembo atau dasar samudera. Di tengah petualangan mereka, seekor gurita raksasa berhasil menangkap Mata dan membuat Bambulo terpisah. Bambulo berusaha mencari keberadaan mata, hingga membuatnya bertemu dengan orang-orang penghuni lautan. Bambulo mencoba meminta bantuan dan mulailah misi penyelamatan Mata.

Apakah Bambulo akan berhasil menyelamatkan Mata? Yuk, langsung temukan jawabannya dengan dapatkan bukunya di gramedia.com.

 

Review Novel Mata dan Manusia Laut

Pros & Cons

Pros
  • Menampilkan kearifan lokal yang informatif.
  • Isi cerita sesuai dengan usia anak.
  • Memuat isu-isu yang terjadi di Indonesia, khususnya untuk anak-anak yang tinggal di pelosok.
Cons
  • Porsi Matara sebagai tokoh utama tidak banyak.

 

Mata dan Manusia Laut merupakan novel ketiga dari seri Mata karya Okky Madasari dan terbit pertama kali tahun 2019. Masih bercerita mengenai Matara dan petualangan serunya di dunia fantasi. Namun kali ini sudut pandang penceritaan dalam novel tidak berdasarkan tokoh Matara, melainkan tokoh baru yaitu seorang anak laki-laki suku Bajo yang berasal dari kampung Sama, Kepulauan Sulawesi bernama Bambulo.

Cerita di buka oleh Bambulo yang memperkenalkan kegiatan sehari-hari penduduk kampung Sama. Mereka hidup di tengah laut dengan rumah berbentuk panggung. Sejak kecil Bambulo sudah terbiasa menyelam dan ikut bersama ayah menangkap ikan di Atol.

Perkenalan juga berlanjut pada seluruh anggota keluarga Bambulo. Di sini, pembaca akan disuguhkan berbagai informasi mengenai tradisi dan kearifan lokal kampung Sama.

Mata dan Mamanya pergi ke kampung Sama setelah mendengar kabar mengenai aktivitas menyelam penduduk Sama yang tidak menggunakan alat bantu apapun hingga disebut manusia ikan. Bambulo bertemu dengan Matara dan mengajaknya ke Atol untuk membuktikan bahwa Bambulo sangat pandai menyelam. Namun, Bambulo kecil lupa dengan larangan adat penduduk Sama untuk tidak pergi ke Atol ketika bulan purnama.

Novel Mata dan Manusia Laut menghadirkan petualangan yang lebih seru. Dunia fantasi bawah air dengan berbagai ancaman bahaya, seperti monster dan binatang laut berhasil membuat cerita semakin menarik. Isi cerita yang digambarkan memang cocok untuk usia anak, terlebih anak-anak suka dengan petualangan dunia lain yang penuh dengan keajaiban.

Hal menarik lainnya dari novel ini yaitu kearifan lokal yang digambarkan oleh Okky. Kampung Sama masih menjaga kelestarian laut dan segala makhluk hidup yang ada di dalamnya. Ada beberapa tradisi yang ditampilkan, seperti cara penduduk menangkap ikan, serta larangan menangkap ikan di bulan purnama. Penduduk sama percaya bulan purnama menjadi waktu yang sakral untuk ikan-ikan bertelur.

Kearifan lokal lain yang ditampilkan dalam novel yaitu kepercayaan penduduk Sama pada seseorang yang dipanggil Sanro, wanita tua yang dijadikan rujukan untuk mengobati berbagai penyakit. Penduduk Sama lebih mempercayai Sanro dibandingkan dengan dokter.

Novel ini juga menampilkan mitos yang pastinya membuat pembaca semakin penasaran mengenai segitiga bermuda ala Indonesia, disebut dengan Masalembo. Penduduk Sama percaya jika seseorang melewati Masalembo, maka dia akan hilang. Konon, di Masalembo terdapat sebuah pemukiman yang sudah lama hilang. Orang-orang yang tinggal di pemukiman tersebut merupakan manusia abadi yang sudah dijemput sebelumnya oleh dewa laut.

Okky Madasari sepertinya ingin menyentil beberapa isu yang sering terjadi di Indonesia, khususnya pada anak-anak yang tinggal di pelosok. Diceritakan bahwa anak-anak di kampung Sama tidak terlalu mementingkan pendidikan, mereka lebih menyukai pergi ke laut mencari ikan dibandingkan dengan belajar. Hal tersebut juga dirasakan oleh Bambulo.

Bambulo menjelaskan jika di kampung Sama hanya ada satu sekolah dasar dan satu guru saja, tapi dia tidak pernah pergi ke sekolah. Bambulo menganggap keterampilan menangkap ikan lebih penting dibandingkan dengan mempelajari banyak hal yang tidak sesuai dengan kehidupan lautnya. Hal tersebut cukup menyedihkan mengingat bahwa pendidikan memang masih dianggap tidak penting di beberapa daerah di Indonesia, terutama daerah pelosok.

Kekurang dalam novel ini yaitu porsi Matara sebagai tokoh utama lebih sedikit dibandingkan dengan tokoh Bambulo, karena memang dari awal fokus ceritanya lebih kepada Bambulo dan kehidupan penduduk Sama. Walaupun begitu, tokoh Matara tetap menjadi tokoh favorit.

Novel Mata dan Manusia Laut mengajarkan pembaca untuk selalu menjaga alam. Kita juga harus melindungi Alam dari tangan-tangan jahat yang tidak bertanggung jawab, karena sejatinya kehidupan manusia itu beriringan dengan alam.

 

Penutup

Mata dan Manusia Laut karya Okky Madasari sedikit berbeda dengan dua judul sebelumnya. Novel ini menyisipkan berbagai ilmu pengetahuan alam yang bermanfaat untuk anak-anak. Namun, Okky juga tetap menggunakan adat, tradisi, dan budaya daerah dalam ceritanya.

Novel ini sangat cocok dijadikan sebagai buku bacaan anak-anak. Cerita dalam novel tidak hanya menghadirkan keseruan dari petualangan Mata dan Bambulo saja, Okky juga menyisipkan isu-isu yang berkaitan dengan pendidikan, lingkungan, dan kebiasaan orang-orang yang tinggal di pelosok. Kisah Matara akan terus berlanjut hingga buku keempatnya yang berjudul Mata dan Nyala Api Purba. Yuk, berikan bacaan terbaik untuk anak-anak.

Nah, Grameds itulah ulasan singkat mengenai novel Mata dan Manusia Laut. Jika Grameds tertarik ingin mengetahui seluruh cerita dari Mata dan Bambulo, Grameds dapat membaca dan membelinya di Gramedia.com.

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

 

Penulis: Dwi Puji Lestari

 

Sumber Artikel

  • Buku Mata dan Manusia Laut karya Okky Madasari
  • https://ebooks.gramedia.com/id/buku/mata-dan-manusia-laut
  • Biografi Okky Madasari
  • https://okkymadasari.net/read/biography
  • Artikel: 6 Rekomendasi Novel Anak Indonesia untuk Bacaan Buah Hati Parents
  • https://id.theasianparent.com/novel-anak-indonesia

 

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy