in

Review Buku Penjelajah Antariksa 7: Planet Biru

Penjelajah antariksa 7: planet biru – Novel fantasi menjadi genre yang masih digemari oleh banyak pembaca, mulai dari remaja hingga dewasa. Selain menghadirkan cerita yang imajinatif, novel fantasi memberikan petualangan yang tidak ditemukan pada dunia nyata. Pada novel fantasi biasanya menampilkan kejadian, tokoh, dan makhluk khayal yang tidak nyata.

Novel fantasi biasanya dikaitkan dengan buku bacaan anak-anak. Namun, melalui perkembangan karya-karya tulis di Indonesia, novel fantasi kini dapat dinikmati oleh berbagai usia. Kisah yang dihadirkan tidak selalu berhubungan dengan dongeng putri-raja, ksatria dan monster, atau kisah-kisah lain yang identik dengan dunia fantasi. Varian kisah fantasi semakin beragam dan berhasil menarik perhatian  banyak pembaca.

Salah satu pengarang Indonesia yang terkenal dengan karya-karya fantasinya yaitu Djokolelono. Nama Djokolelono tidak asing untuk pembaca fiksi tahun 80-an, karena pada tahun tersebut anak-anak Indonesia dipenuhi dengan kenangan masa kecil bersama cerita-cerita fantasinya. Cerita fantasi yang ditulis oleh Djokolelono berhasil membangun pengalaman imajinasi yang seru terhadap pembacanya, bahkan karya-karyanya masih eksis sampai sekarang.

Seri Penjelajah Antariksa menjadi salah satu karya legendaris Djokolelono. Seri tersebut terbit tahun 1985 oleh Gramedia. Penjelajah Antariksa bercerita mengenai sebuah planet bernama Poa dan dihuni oleh makhluk-makhluk humanoid yang disebut Terra. Kemudian, ada makhluk lain yang menginvasi planet Poa yaitu kaum Starx. Mereka datang untuk menawarkan perserikatan kepada kaum Poa. Namun, kaum Poa menolak hingga terjadi peperangan antara Starx dan Poa.

Total keseluruhan dari seri Penjelajah Antariksa ada tujuh seri dengan alur cerita yang saling berhubungan. Adapun judul dari masing-masing seri yaitu Bencana di Planet Poa, Sekoci Penyelamat Antariksa, Kunin Bergolak, Kudeta Putri Gradi, Kapten Raz, Kunin Bergolak (Lagi), dan Planet Biru. Pengalaman membaca novel Penjelajah Antariksa tidak kalah dengan membaca buku fiksi lainnya yang memiliki jalan cerita mengenai petualangan di luar angkasa atau battle space.

Grameds, artikel ini akan mereview seri ketujuh dari Penjelajah Antariksa yang berjudul Planet Biru. Penjelajah Antariksa 7: Planet Biru terbit pertama kali pada 4 februari 2018 oleh Kepustakaan Populer Gramedia dan saat ini masih menjadi seri terakhirnya.

 

Mengenal Djokolelono, Penulis Buku Penjelajah Antariksa 7: Planet Biru

Djokolelono merupakan penulis asal Indonesia yang sudah eksis sejak tahun 70-an. Terkenal dengan karya-karya yang bertemakan fiksi-ilmiah seperti seri Penjelajah Antariksa, Bintang Hitam, Matahari dan sekuelnya, serta masih banyak lagi. Djokolelono juga dikenal sebagai pengarang buku anak-anak seperti seri Astrid dan Raras si Cilik Ceria.

Selain itu, Djokolelono juga telah menerjemahkan banyak buku, salah satunya yaitu buku sastra dunia karya Mark Twain berjudul The Adventure of Tom Sawyer yang diterjemahkan menjadi Petualangan Tom Sawyer. Kemudian, buku seri karya Laura Ingalls Wilder berjudul Little House in The Big Woods diterjemahkan menjadi Rumah Kecil di Rimba Besar. Buku-buku karya Djokolelono telah diterbitkan oleh Gramedia, Pustaka Jaya, dan BPK Gunung Mulia.

Djokolelono lahir di Blitar, Jawa Timur tahun 1944, kini sukses menjadi salah satu penulis buku fiksi-ilmiah ternama di Indonesia. Novel pertamanya berjudul Jatuh ke Matahari yang terbit tahun 1976 oleh Pustaka Jaya. Novel ini menjadi novel fiksi-ilmiah pertama di Indonesia. Kisah dalam novel Jatuh ke Matahari dianggap berhasil melampaui penulisan pada zaman tersebut. Hal itu juga yang menjadikan Djokolelono lebih terkenal di kalangan masyarakat Indonesia.

Pada tahun yang sama Djokolelono kembali menerbitkan buku keduanya berjudul Bintang Hitam dengan penerbit Pustaka Jaya. Kemudian, berlanjut pada karya-karya berikutnya. Hingga pada tahun 1985 Djokolelono menerbitkan novel berseri dengan judul Penjelajah Antariksa.

 

Sinopsis Buku Penjelajah Antariksa 7: Planet Biru

Sumber: gramedia.com

Review Buku: The Architecture of Love | Point of View

 

Judul : Penjelajah Antariksa 7: Planet Biru

Penulis Buku : Djokolelono

Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia

Tahun Terbit : 4 Februari 2018

Tebal Halaman : 256

Setelah peperangan yang terjadi ribuan tahun sebelumnya, Terra atau Bumi yang menjadi tempat tinggal manusia kini telah tiada. Kemudian, penduduk Terra menyebar untuk mencari planet baru yang dapat ditinggali oleh mereka.

Vied, Raz, dan Hani berada di pesawat yang sedang dikendalikan oleh robot Curtiz. Mereka sedang dalam sebuah misi dengan membawa virus VX-23. Pada perjalanannya, kapsul tidur milik Raz tiba-tiba terbuka, begitupun dengan kapsul milik kapten Hani.

Kapten Raz sengaja membuka kapsul tidur untuk melakukan sebuah uji coba kedokteran yang sebelumnya dipelajarinya bersama Dokter Hon. Keputusannya sempat ditentang oleh Komandan Vied yang sudah dibangunkan oleh robot Curtiz. Namun, komandan Vied akhirnya mendukung uji coba milik kapten Raz.

Kisah semakin dibuat haru karena pertemuan antara Vied, Raz, Veta, dan Stri. Mereka adalah saudara yang sudah terpisah cukup lama. Vied, Raz, Veta, dan Stri akhirnya dapat kembali berkumpul dan berusaha untuk mencari jalan pulang ke tempat tinggal mereka di planet Poa.

Sementara itu, Omodu yang sebelumnya diduga sudah meninggal ternyata masih hidup, dia berencana untuk balas dendam. Omodu juga diam-diam telah merencanakan pemberontakan terhadap pasukan Jendral Room dengan menyatukan seluruh penduduk Kunin.

 

Review Buku Penjelajah Antariksa 7: Planet Biru

Djokolelono menjadi manusia bumi yang mampu menjelajah dunia fantasi dengan pikirannya yang luar biasa. Hal tersebut dibuktikan melalui karya-karyanya yang sukses menarik perhatian pembaca. Salah satu karya Djokolelono yang dinantikan oleh pembaca yaitu novel seri Penjelajah Antariksa.

Novel Penjelajah Antariksa kini telah sampai pada seri ketujuhnya yang berjudul Penjelajah Antariksa 7: Planet Biru. Novel ini telah ditunggu oleh banyak pembaca, karena butuh waktu dua tahun untuk membaca kelanjutan dari petualangan Vied, Raz, Veta, dan Stri.

Buku ini dibuka dengan kisah dari empat anak muda yang mengunjungi sebuah bangunan bersejarah yaitu Borobudur. Empat anak muda tersebut terdiri dari dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Keempatnya tidak jauh berbeda seperti anak SMA yang sedang melakukan kunjungan wisata. Penjaga borobudur yang merupakan seorang bapak tua dan berambut putih mulai menjelaskan mengenai bangunan bersejarah tersebut.

Mereka serentak terkejut setelah menemukan tulisan yang berbunyi “Prabe Yesair Graia”. Bapak tua bertanya pada salah satu anak tentang arti dari tulisan tersebut, tapi keempatnya tidak menjawab dan saling berpandangan satu sama lain dengan wajah yang kebingungan. Satu hal yang pasti kalimat itu tidak termasuk ke dalam padanan bahasa Indonesia maupun Jawa.

Setelah kisah dari empat anak muda, halaman berikutnya merupakan kelanjutan petualangan dari seri Penjelajah Antariksa 6. Terdapat 14 sub bab dalam novel ini di antaranya. pembawa petaka, perjalanan panjang, persiapan kunin II, pendekatan, persiapan di kunin, pertemuan, pengaitan, pendaratan, petaka, pertarungan, pemberontakan, perang, penyimpangan, dan perjalanan panjang.

Pada setiap sub bab menceritakan terlebih dahulu masing-masing petualangan dari tokohnya, seperti petualangan yang dialami Vied, Raz, dan Hani. Kemudian di sisi lain ada saudaranya Vied yaitu Veta dan Stri, hingga akhirnya mereka dapat bertemu kembali. Ada juga kemunculan Omodu dan rencana pemberontakannya kepada Jenderal Room, hingga terjadi peperangan antara pasukan Omodu dengan Jenderal Room yang juga melibatkan Vied bersaudara.

Alur yang digunakan dalam novel adalah alur maju, sehingga pembaca akan mudah mengetahui urutan peristiwa dalam cerita. Pembaca juga dapat lebih mudah mengingat masing-masing tokoh dan setiap konflik yang dihadapinya.

Djokolelono sepertinya ingin pembaca mengartikan sendiri akhir dari novel ini, karena kisah Vied bersaudara memiliki akhir yang menggantung atau open ending. Vied bersama dengan Veta, Stri, Raz, Hani, dan robot Curtiz berhasil melarikan diri dari Kunin dengan menggunakan pesawat Gardeya. Namun, pesawat tersebut mengalami kerusakan, karena benturan yang dialami dari luar pesawat akibat serangan peluru-peluru kendali dalam pertempuran Kunin sebelumnya. Robot Curtiz menjelaskan jika bencana yang dialami pesawat Gardeya mencapai 67 persen dan kemungkinan untuk selamat hanya 1,1 persen.

Vied sebagai komandan besar cukup bimbang, terlebih setelah mendengar penjelasan dari robot Curtiz. Namun, pada akhirnya Vied memerintahkan robot Curtiz untuk menyiapkan peralatan tidur abadi dan memintanya agar selalu menjaga seluruh anggota sepanjang waktu, hingga semuanya menjadi hitam.

Berdasarkan komentar pembaca di goodreads, mereka merasa kebingungan dengan akhir cerita dari seri 7 Penjelajah Antariksa. Beberapa pembaca bahkan berharap Djokolelono dapat melanjutkan petualangan Vied, Raz, Veta, dan Stri di seri delapannya.

 

Kelebihan dan Kekurangan Buku Penjelajah Antariksa 7: Planet Biru

Pros & Cons

Pros
  • Termasuk ke dalam novel fast paced atau buku bacaan cepat.
  • Detail dalam novel bagus dan berhasil menggambarkan peristiwa.
  • Memiliki cover yang unik dan cantik.
Cons
  • Cerita yang masih terasa tanggung di beberapa bagian.
  • Akhir cerita yang menggantung.

 

Penjelajah Antariksa 7: Planet Biru karya Djokolelono merupakan novel yang dapat dibaca sekali duduk, karena tidak banyak basa-basi pada ceritanya. Setiap peristiwa yang digambarkan dalam novel juga cukup detail, seperti gambaran visualisasi tentang kapsul tidur yang ada di pesawat.

Djokolelono memilih desain cover yang konsisten dengan seri Penjelajah Antariksa sebelumnya. Perbedaannya dapat terlihat pada simbol dan warna yang digunakan. Berdasarkan judulnya sendiri yaitu Planet Biru, maka warna cover pada seri tujuh ini yaitu berwarna biru tua.

Kekurangan dari buku ini terdapat pada beberapa bagian cerita yang terasa tanggung, sehingga masih menimbulkan banyak pertanyaan di benak pembaca, seperti kelanjutan dari nasib rakyat Kunin dan kabar mengenai Jenderal Room. Beberapa pembaca juga merasa tidak puas dengan akhir ceritanya yang dibuat menggantung. Pembaca berharap seri Penjelajah Antariksa terus berlangsung hingga seri delapannya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang masih tertinggal di seri tujuh ini.

Terlepas dari kekurangannya, petualangan dalam novel Penjelajah Antariksa 7: Planet Biru tetap dapat dinikmati secara keseluruhan.

 

Penutup

Djokolelono menjadi penulis Indonesia yang sukses membuat pembaca jatuh cinta terhadap karya-karya fantasinya. Seri Penjelajah Antariksa merupakan satu dari banyak karya fantasi ilmiah yang sudah ditulisnya. Planet Biru menjadi seri Penjelajah Antariksa yang ketujuh dan terbit tahun 2018 oleh Kepustakaan Populer Gramedia. Kisah dalam Planet Biru menghadirkan petualangan hebat lainnya dari Vied, Veta, Stri, dan Raz.

Buku ini cocok untuk Grameds yang senang dengan cerita-cerita bertema fantasi atau fiksi-ilmiah. Jika Grameds penasaran ingin mengetahui kisah keseluruhan Vied bersaudara, Grameds dapat membaca dan membelinya di gramedia.com.

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

 

Penulis: Dwi Puji Lestari

 

Sumber Artikel 

  • Ebook buku Penjelajah Antariksa 7: Planet Biru
  • https://ebooks.gramedia.com/id/buku/penjelajah-antariksa-7-planet-biru
  • Komentar pembaca goodreads
  • https://www.goodreads.com/id/book/show/38616741
  • Profil Djokolelono
  • https://www.wiki3.id-id.nina.az/Djoko_Lelono.html
  • Artikel Kompas: Nggak Kalah Seru, Ini Rekomendasi Buku Fantasi dari Penulis Indonesia yang Wajib Kamu Baca
  • https://buku.kompas.com/read/1360/nggak-kalah-seru-ini-rekomendasi-buku-fantasi-dari-penulis-indonesia-yang-wajib-kamu-baca

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy