in

Review Buku The Naked Traveler 8: The Farewell

The Naked Traveler 8: The Farewell menjadi buku terakhir dari seri The Naked Traveler yang sejak pertama terbit pada 2009 telah menjadi fenomena di Indonesia dan sangat populer di kalangan para penggemar perjalanan, utamanya generasi Milenial.

Kisah melancong yang semula hanya trending di medium blog sang pemilik, pada perjalanannya mampu bertengger di jajaran buku favorit nasional selama belasan tahun.

Trinity, sang penulis, memberikan banyak sudut pandang kepada para pembacanya yang ingin merasakan berbagai sensasi menjelajah berbagai tempat di dunia. The Naked Traveler telah menjadi buku perjalanan yang menarik dan menginspirasi.

Trinity dengan lugas dan penuh humor berbagi pengalaman perjalanannya yang luar biasa, memberikan wawasan tentang budaya, keindahan alam, dan keterlibatan sosial di berbagai destinasi.

Hingga akhirnya seri kedelapan dari The Naked Traveler akan menutup catatan perjalanan ini. Dengan beragam tips praktis dan sudut pandang yang diberikan, buku The Naked Traveler 8: The Farewell menjadi panduan yang berharga bagi para pembaca yang ingin merencanakan perjalanan mereka sendiri, khususnya destinasi luar negeri.

Diperkaya dengan foto-foto yang sarat makna, buku ini mampu mengajak pembaca untuk merasakan sensasi perjalanan tanpa batas untuk menjelajahi dunia dengan mata dan hati yang terbuka.

Lantas, seperti apakah kisah perjalanan Trinity dalam buku The Naked Traveler 8: The Farewell ini? Dan mengapa seri ini harus berakhir?

Untuk mengetahui seperti apa seri terakhir dari The Naked Traveler, Grameds bisa terlebih dahulu membaca review buku The Naked Traveler 8: The Farewell ini atau langsung dapatkan buku ini dengan klik link berikut.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

 

Sinopsis Buku The Naked Traveler 8: The Farewell

Judul buku: The Naked Traveler 8: The Farewell

Penulis: Trinity

ISBN: 9786024261061

Penerbit: B First (Bentang Pustaka)

Melalui buku The Naked Traveler 8: The Farewell kita diajak menikmati pesona yang sepertinya terlalu berlebihan dari yang pernah kita bayangkan sebelumnya mengenai Iceland.

Trinity mengungkapkan bahwa perjalanannya ke Iceland justru membuatnya lebih mencintai Indonesia. Iceland memang tidak jelek dan tetap indah juga spektakuler, namun menurutnya jika sudah pernah ke Cile dan new Zealand rasanya Iceland menjadi biasa saja.

Namun Trinity kembali menegaskan, mungkin saja ia kurang lama dan jauh melakukan eksplorasi di Iceland, sehingga ia meras Indonesia dan tempat lainnya justru lebih indah.

Selanjutnya Trinity memberi perhatian pada keindahan alam di perbatasan Afghanistan selama perjalanan di Asia Tengah. Trinity juga menggambarkan atmosfer spiritual di Iran. Dengan sangat jujur, ia menuturkan kekagumannya terhadap bentuk masjid-masjid di Iran.

Menurut Trinity bangunan masjid di Iran membuatnya ternganga karena terdapat minaret tinggi dan kubah, bukan merupakan satu bangunan besar sekaligus, tapi di tengahnya pasti terbuka tanpa atap. Desain bangunan yang demikian dirasa cocok dengan cuaca Iran.

“Sungguh saya salut dengan Islam di Asia Tengah! Perlakuan mereka baik dan  ramah, orang-orang Asia Tengah membuat saya makin nyaman traveling.  Mereka benar-benar mempraktikkan ajaran agama yang ramah, termasuk syiar, lho.  Orang-orang di negara Timur Tengah aja masih kalah.  Meski memakai jubah, raut muka dan tatapan mata mereka tidak seramah Asia Tengah.  Mungkin mirip seperti di Indonesia, di mana yang berjilbab masih ada yang beringas saling mendorong kalau di KRL.  Saya pun tersentak, kadang kita terlalu sibuk untuk looking good, tetapi lupa untuk doing good. (The Naked Traveler 8: The Farewell, halaman 123)

Di Iran, Trinity juga berkisah mengenai perjalanannya bersama saudara laki-lakinya.Kala itu ia harus berbohong demi menghemat budget akomodasi atau penginapan. Pasalnya di Iran diterapkan aturan bagi yang ingin menginap haruslah sesama muhrim.

Dalam buku ini kita pun bisa mendapatkan wawasan tentang tantangan menjadi seorang traveler difabel, dan bahkan Trinity melakukan eksplorasi perjalanan dengan mencoba keberuntungan dalam kencan online di Eropa.

Di akhir buku, terdapat curahan hati dari para pembaca setia The Naked Traveler yang mengaku hidupnya mengalami perubahan setelah membaca karya-karya Trinity. Terdapat dua pembaca yang menuliskan pengalamannya dalam bab #TNTEffect.

 

Review Buku The Naked Traveler 8: The Farewell

Sumber: naked-traveler.com

 

Pros & Cons

Pros
  • Gaya penulisan menarik dengan humor dan kejujuran khas sang penulis seperti dalam buku di seri sebelumnya.
  • Memberikan banyak wawasan terkait traveling yang menginspirasi dan dilengkapi foto-foto yang penuh makna dari beberapa negara.
  • Banyak tips menarik untuk kamu yang merencanakan perjalanan ke luar negeri.
Cons
  • Bagi sebagian pembaca kisah dalam buku ini kurang detail juga terasa terburu-buru.

 

Bukan Trinity jika tak mampu menampilkan perjalanan panjangnya yang mencakup kunjungan ke-88 negara di seluruh dunia dengan gaya khasnya yang kocak dan jujur bahkan mengharukan.

Trinity dengan antusias menceritakan berbagai pengalaman seru yang membuat kita ikut merasakan kegembiraan, kekesalan, tawa, haru, juga kesedihan yang semua itu benar-benar menularkan semangat untuk melakukan perjalanan.

Meski begitu, rasanya kita perlu berpendapat bahwa karya Trinity kali ini kurang tebal. Kenapa? Tentu saja karena kita butuh kisah dan kenangan yang lebih banyak lagi untuk disimpan dan dibaca ulang.

Sedih sekali mengingat ini merupakan buku terakhir dari seri The Naked Traveler, ditambah lagi catatan perjalanan dari puluhan negara yang pernah dikunjungi Trinity dituangkan di sini. Sudah pasti ada banyak hal yang lucu hingga mengharukan yang seharusnya bisa ditorehkan lebih banyak di buku ini.

Sebelum menutup catatannya, The Naked Traveler 8: The Farewell seolah juga ingin mengingatkan para pembacanya untuk memperhatikan segala hal saat hendak melakukan perjalanan, bahkan  dari hal terkecil seperti packing.

Sebab pada salah satu bagian dalam buku ini, Trinity memberikan tips cara packing yang benar-benar berguna. Misalnya saja tentang berapa banyak pakaian yang harus dibawa saat traveling dan bagaimana caranya agar semua benda yang kita butuhkan bisa masuk ke koper.

Bagi para pelancong newbie, kalian wajib baca tips dari Trinity ini!

“Karena tujuan utama traveling para Milenial adalah berfoto, prinsip traveling light sulit diterapkan. Mereka membawa jauh lebih banyak pakaian dan aksesori, plus peralatan make up.  Untuk day trip pun membawa tas besar berisi stok pakaian supaya, “Kalau di foto bajunya nggak itu-itu doang.” (The Naked Traveler 8: The Farewell, halaman 13)

Tak hanya keindahan dan kegembiraan, dalam buku ini Trinity juga menghadirkan fakta-fakta menarik dari beberapa negara yang perlu kita ketahui agar nanti tidak terkejut jika mengalaminya.

Misalnya pada part Trinity mengalami sakit di bagian kaki, dan ternyata situasi di tempatnya saat itu sangat tidak friendly, utamanya untuk teman-teman disable.

Secara keseluruhan, seperti seri dan buku Trinity lainnya, The Naked Traveler 8: The Farewell adalah sebuah buku yang menginspirasi dan memukau. Trinity dengan keberanian dan keterampilan menulisnya membawa kita dalam perjalanan yang menakjubkan di seantero dunia.

Meski ada kekurangan kecil, buku ini tetap merupakan bacaan yang menggugah dan mampu menghadirkan keajaiban dan ketidaksempurnaan perjalanan. Bagi siapa saja yang mencari petualangan dan inspirasi, buku ini adalah pilihan yang tepat.

 

Kelebihan Buku The Naked Traveler 8: The Farewell

  • Mengungkap Sisi Gelap Perjalanan

Salah satu kelebihan utama buku ini adalah keberanian Trinity mengeksplorasi sisi gelap perjalanan. Ia tidak hanya menunjukkan tempat-tempat yang indah dan pemandangan yang memukau, tapi juga menggali isu-isu yang penting, seperti kesenjangan sosial, kerusakan lingkungan, dan pertentangan budaya.

Trinity tak ragu untuk menyorot masalah yang sering terabaikan dan mengajak pembaca untuk berpikir lebih dalam tentang dampak dari perjalanan kita di dunia. Hal ini menjadikan The Naked Traveler 8: The Farewell tak sekadar buku tentang “senang-senang”.

  • Keberanian Penulis Menceritakan Pengalaman Pribadi

The Naked Traveler 8: The Farewell juga menampilkan keberanian penulis dalam menceritakan pengalaman pribadinya meski di dalam kerentanan dan kejujuran yang mengharukan.

Trinity dengan berani memperlihatkan kelemahan dan ketakutan yang dialaminya selama perjalanan. Hal ini menciptakan ikatan emosional dengan pembaca, sehingga kita bisa merasakan keterhubungan yang lebih dalam dengan petualangan.

  • Gaya Penulisan yang Memikat

Gaya penulisan Trinity juga layak dipuji. Bahasa yang digunakan sangat memikat dan membawa kita ke dalam perjalanan dengan imajinasi yang hidup.

Kata-kata disusun dengan cermat untuk menciptakan suasana dan membangun gambaran yang jelas. Setiap kalimat terasa seperti menyapa pembaca, membawa kita bersama-sama dalam setiap langkah Trinity.

 

Kekurangan Buku The Naked Traveler 8: The Farewell

Di antara cahaya yang mempesona, ada juga sedikit kekurangan yang mungkin bisa disoroti. Beberapa pembaca mungkin merasa bahwa cerita-cerita yang disajikan terlalu singkat atau kurang mendalam.

Ada momen-momen di mana kita ingin lebih membenamkan diri dalam pengalaman Trinity, melihat lebih banyak detail dan nuansa yang mungkin terlewatkan. Namun, itu semua seperti pupus di tengah jalan karena Trinity tidak sempat mengungkapkannya lebih rinci.

Selain itu, ada juga momen di mana cerita terasa terburu-buru, mungkin karena keterbatasan ruang tulisan atau kesibukan perjalanan sendiri. Padahal beberapa cerita bisa saja lebih kuat dan asyik dengan pemaparan yang lebih terperinci atau pemikiran yang lebih dalam.

 

Sosok Trinity dan Perjalanan Seri The Naked Traveler yang Disudahi

Sumber: naked-traveler.com

Trinity adalah travel writer dan blogger terkemuka di Indonesia yang telah menghasilkan setidaknya 15 buku best seller, termasuk seri The Naked Traveler. Beberapa bukunya bahkan telah diadaptasi menjadi film.

Karier Trinity dengan buah karyanya ini bermula pada 2005, saat ia mulai menulis di blog perjalanan pertama di Indonesia miliknya naked-traveler.com. Setelah itu tulisan-tulisannya mampu menggaet hati penerbit dan seri The Naked Traveler lahir sebagai kumpulan pemikiran yang lucu sekaligus menginspirasi.

Debut pertamanya The Naked Traveler 1 berisikan pengalamannya menjadi backpacker yang melanglang buana ke berbagai tempat baik di dalam juga luar negeri. Grameds bisa klik link di bawah ini untuk mendapatkan buku The Naked Traveler 1 dan jika sudah menamatkan buku ini pasti kalian akan semakin mencintai negeri sendiri.

https://www.gramedia.com/products/naked-traveler-01-the-new?queryID=99e9fa9481e14cf305255931ff138dba

Trinity memilih kata “naked” dalam judul bukunya karena itu berarti sesuatu yang tidak ditutupi dan dibuat indah. Berbeda dengan sebagian besar tulisan perjalanan yang cenderung memuji keindahan dan daya tarik suatu tempat, tulisan-tulisan Trinity mencakup hal-hal positif maupun negatif.

“Naked” juga merupakan permainan kata dari kata “nekad” dalam bahasa Indonesia. Ya, kita harus berani memulai perjalanan dan melakukan eksplorasi agar wawasan kita terus bertambah.

Pada debut keduanya The Naked Traveler 2, Trinity sempat menyatakan kebingungannya terhadap orang-orang yang tidak menyukai jalan-jalan, Ia juga menyisipkan sebuah kutipan dari Saint Augustine, “The world is a book, and those who do not travel read only a page.”

Dan sebelum bepergian untuk menemui beragam pengalaman dan wawasan, ada baiknya Grameds membaca terlebih dahulu buku The Naked Traveler 2 dengan klik link berikut.

 

Selain melalui karya-karya tulisnya, Trinity juga melakukan banyak kegiatan lain seperti menjadi penyiar radio, penerjemah sastra Inggris-Indonesia, host acara TV, hingga menjadi sosok dengan pengikut yang banyak di media sosial.

Semua itu membuatnya diakui sebagai salah satu dari 12 Wanita Indonesia Paling Berpengaruh di Twitter oleh majalah Swa di 2010 dan masuk nominasi di RCTI Social Media Awards 2016.

Kecintaan terhadap dunia menulis dimulai sejak Trinity di jenjang Sekolah Dasar dan terus bertambah hingga meraih gelar Sarjana Komunikasi dari Universitas Diponegoro dan gelar Magister Manajemen dari Asian Institute of Management, Manila, Filipina.

Trinity telah mengunjungi hampir seluruh provinsi di Indonesia dan 101 negara di dunia (dan pastinya akan terus bertambah), tapi ia masih yakin bahwa Indonesia adalah negara terbaik yang pernah ia kunjungi!

Kini, buku The Naked Traveler 8: The Farewell sepertinya akan menjadi kenangan yang benar-benar tak terlupakan bagi para pembaca setia seri The Naked Traveler maupun bagi penerbit dan siapa saja yang tertarik dengan buku-buku di bidang traveling.

Setelah 11 tahun perjalanan bersama The Naked Traveler, akhirnya sang penulis menyampaikan ucapan perpisahan di buku kedelapan seri The Naked Traveler dan blognya.

Di dalam buku The Naked Traveler 8: The Farewell, Trinity membubuhkan tanda tangan dan menyisipkan pesan, “Thank you for being part of my journey”. Ia juga mencurahkan perasaannya mengenai dunia kepenulisan dan penerbitan buku di masa ini.

Lebih panjang lagi, Trinity menjelaskan hal tersebut dan mengapa seri The Naked Traveler harus berhenti di seri kedelapan ini di dalam blog. Dunia memang terus berubah, masa demi masa berganti. Bisnis buku fisik harus berdampingan dengan kemajuan digital.

Kemudian seri The Naked Traveler memang harus diakhiri agar sang penulis dan penerbit tetap terjaga kesejahteraan dan kebahagiaannya. Namun, kita yakin Trinity akan terus berkarya membawa pengaruh positif bagi para pembaca.

Sekiranya dunia literasi akan tetap diisi dengan gaya khas Trinity yang mampu menyampaikan dua hal yang bersebrangan tapi saling mengisi dan menghadirkan hikmah bagi khalayak.

Grameds bisa mendapatkan buku The Naked Traveler 8: The Farewell di gramedia.com. Dengan mengunjungi web Gramedia, Grameds juga tetap bisa membaca karya Trinity lainnya, sebab sebagai #SahabatTanpaBatas Gramedia akan selalu memberikan produk berkualitas agar kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Imaginarium

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy