City Lite: My Younger Brother adalah novel fiksi karya Kincirmainan. Kincirmainan yang sudah melahirkan banyak karya kembali hadir dengan kisah yang jarang dibahas di dunia fiksi Indonesia. Novel ini akan mengangkat konflik kuat dalam kisah romansa, yang pastinya bisa membuat pembaca merasa penasaran dan tak mau berhenti membaca sampai akhir.
Novel dengan total 448 halaman ini diterbitkan oleh Penerbit Elex Media Komputindo pada 2 Februari 2022. Ini adalah kisah India dan Adam. India Maheswari baru berusia 18 tahun pada hari kecelakaan maut merenggut nyawa sang ibu. Penyesalan terbesar India adalah tidak segera membiarkan almarhumah ibunya bahagia dengan sang kekasih setelah ayahnya lebih dulu dipanggil Tuhan.
Jika saja India memberikan restu lebih awal, setidaknya ibunya sempat merasakan kebahagiaan sebelum maut merenggut nyawanya. Jika saja ia tidak mempersulit, paling tidak anak berusia delapan tahun yang ditinggal ibunya sejak bayi, sekaligus calon adik tirinya itu, dapat merasakan kasih sayang ibu meskipun sebentar.
Sejak pertemuan mereka berdua pada malam yang nahas itu, India memeluk Adam kecil dalam dekapannya. Mereka pun tidak terpisahkan lagi, dan percik-percik asmara malah tumbuh di antara Adam dan India.
Apakah India dan Adam akan mengikuti kata hatinya? Atau mereka tetap akan menjaga hubungan seperti yang seharusnya, jika kedua orang tua mereka menikah? Temukan jawabannya sendiri dengan langsung mendapatkan buku ini hanya di Gramedia.com. Tapi sebelum itu, baca artikel ini hingga selesai ya!
Table of Contents
Sinopsis Novel City Lite: My Younger Brother
Aku sempat kurang setuju dengan keputusan Mama untuk menikah lagi. Bukan kurang, tapi sangat tidak setuju. Demi menentang keputusan itu, aku bahkan pernah pergi dari rumah selama beberapa hari. Aku dan mama, kami terus berdebat dan terus berselisih paham. Mulai dari saling berteriak, sampai perang dingin.
Hal itu berlangsung sampai hampir dua tahun, dan Mama akhirnya menyerah, karena pria yang bersamanya berniat untuk memutuskan hubungan saja dibanding membuatku menderita. Pria itu tidak ingin membuat hubungan ibu dan anak ini rusak. Jika dia tidak pernah menyerah, aku mungkin tidak akan berubah pikiran.
Merestui pernikahan mama adalah hal yang tidak pernah mudah bagiku. Berulang kali aku berpikir mau menarik kembali keputusanku. Aku benci melihatnya melupakan almarhum ayah begitu saja dan bahagia. Walaupun sudah cukup dewasa, aku belum mampu menerima bahwa ibuku hanya wanita biasa yang masih membutuhkan kasih sayang dan cinta.
Terkadang, aku tidak tahan melihat wajahnya berseri-seri, apalagi ketika ia memperlakukan anak berusia delapan tahun itu seperti anaknya sendiri. Namun, aku juga tidak dapat membiarkan begitu saja ketika anak kecil itu dibawa ke rumahku setelah kecelakaan nahas itu terjadi.
Dia terlihat ketakutan, dan untuk pertama kalinya, sejak kami bertemu beberapa bulan sebelumnya, aku menyentuhnya, bahkan mendekapnya. Orang tua kami belum jadi menikah, tetapi maut sudah mempersatukan mereka bersama. Aku masih ingat jelas tangan mungilnya tidak ingin melepaskan lenganku ketika kami menunggu kabar dari dokter.
Jantungku berdetak kencang sepanjang malam. Dalam hatiku, aku telah memperkirakan kemungkinan terburuk. Usiaku baru berganti menjadi delapan belas tahun dua hari sebelum dokter menemuiku dari ruang operasi dengan wajah pucat pasi. Dokter hanya bisa menggeleng samar, dan semua sanak saudaraku yang memenuhi ruang tunggu rumah sakit menangis histeris.
Belajar Sains Sulit dan Membosankan? Kamu Bisa Belajar Sains dengan Seru dan Menyenangkan Disini!
Mereka seharusnya datang dari berbagai kota untuk membantu acara pernikahan mama. Pada saat itu juga, aku baru menyadari bahwa tidak ada seorang pun dari pihak pria yang akan menikahi mama, yang datang ke rumah sakit malam itu. Saat om, tante, dan kerabat lain memelukku secara bergiliran, bocah itu memeluk lututnya sendiri di atas bangku panjang yang kosong dan dingin.
Dari balik pundak orang-orang yang memelukku dengan kehangatan, sembari berjanji mereka tidak akan mengabaikanku, mataku hanya bisa menatapnya. Aku terus menanti wajah asing yang tidak kukenal, tetapi tak ada seorang pun yang hadir. Anak yang kemudian tertidur hingga pagi dalam pelukanku itu, hidup sebatang kara.
Sepuluh tahun berlalu. Aku masih tinggal bersama bocah itu. Kini, kami sudah beranjak dewasa, dan hubungan kami mulai dipertanyakan. Sebab, kami tidak memiliki hubungan pertalian darah, orang tua kami pun belum sempat menikah.
Salah satu kerabat dekatku, Tante Lydia, menyarankan aku untuk memisahkan diri dari Adam. Demi menghindari cibiran dari tetangga, dan hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk menghindari pembahasan berkepanjangan, aku mengiyakan saja sarab Tante Lydia itu.
Berikutnya, kami membahas tentang cara yang paling bijaksana untuk menjelaskan situasinya kepada Adam. Aku menutup telepon setelah setengah jam penuh mengobrol dengan Tante Lydia. Adam bukan anak yang bodoh, mungkin sejak tragedi yang menimpa kami berdua sepuluh tahun lalu, ia tumbuh lebih cepat dari anak-anak seusianya secara emosional.
Adam sangat memahami kondisiku. Ia juga tahu benar bahwa semakin kami dewasa, orang-orang akan mulai memerhatikan kami. Awan, almarhum ayahnya yang hampir menikahi Mama hanya mempunyai satu saudara kandung yang tinggal di luar negeri. Selama sepuluh tahun Adam tinggal bersamaku dan di bawah pengawasan Tante Lydia beserta suaminya, kakak kandung ayahnya hanya pernah berkunjung sebanyak dua kali.
Seperti tidak ingin ikut campur lebih jauh, dia menyerahkan Adam kecil begitu saja kepada kami. Ia mengatakan bahwa mengurus kepindahan Adam untuk tinggal bersama keluarganya di Tokyo tak memungkinkan, tetapi ia tak keberatan kalau harus membiayai hidup dan sekolahnya.
Sebagai wali, dia akan membantu kami menjual aset milik Awan yang tak seberapa itu untuk pegangan Adam hingga dewasa. Sesekali dia juga mengirimkan uang dan aku membantu mengaturnya.
Aku sendiri terpaksa berpikir seperti orang dewasa ketika usiaku masih sangat muda. Aku memutuskan untuk menganggap Adam seperti adikku sendiri sejak melihatnya seperti kucing kecil yang kedinginan di rumah sakit ketika orang tua kami meninggal. Entah bagaimana, entah sampai kapan, tetapi aku menggenggam tangannya dan tidak berniat melepaskannya, hingga suatu hari hal tersebut tak terhindarkan.
Kelebihan dan Kekurangan Novel City Lite: My Younger Brother
Kelebihan Novel City Lite: My Younger Brother
Sebagai salah satu karya Kincirmainan, kualitas novel City Lite: My Younger Brother ini tak perlu diragukan lagi. Lagi-lagi, penulis berhasil menghadirkan cerita yang tidak umum. Pada novel ini, penulis mengangkat kisah cinta yang berbeda antara kakak dan adik yang hanya terikat oleh sebuah tanggung jawab.
Novel ini disajikan dengan gaya bahasa yang ringan dan mudah dimengerti. Lalu, diceritakan dari sudut pandang India, tokoh utama pada cerita ini. Penggunaan sudut pandang ini membuat pembaca bisa lebih mengenal karakter India dan cara ia melihat dunia. Meskipun menggunakan sudut pandang orang pertama, penulis berhasil untuk tidak terjebak dalam penggunaan kata “aku”.
Kincirmainan juga berhasil membangun karakter yang kuat dan konsisten sampai akhir cerita. Karakter para tokoh ini berhasil membuat pembaca merasakan emosi yang campur aduk, mulai dari kesal, sedih, marah, dan lain sebagainya. Ini menjadi pertanda yang baik ketika penulis memang ingin membuat karakter yang menjengkelkan.
Tampilan novel City Lite: My Younger Brother ini juga dipuji, karena menarik perhatian pembaca. Dengan menggunakan warna-warna earth tone yang mencuri perhatian, juga ilustrasi seorang wanita dan pria yang merepresentasikan India dan Adam. Mereka yang melihat tampilan sampul novel ini bisa langsung merasa tertarik.
Secara keseluruhan, novel City Lite: My Younger Brother ini direkomendasikan bagi Anda yang sedang mencari novel dengan jalan cerita yang tidak umum. Novel ini juga terbilang ringan untuk dibaca, sehingga cocok dijadikan hiburan di sela waktu senggang Anda.
Kekurangan Novel City Lite: My Younger Brother
Selain memiliki kelebihan, novel City Lite: My Younger Brother ini masih memiliki kekurangan. Kekurangan pada novel ini terletak pada alur yang dinilai sangat lambat, tanpa menghadirkan detail yang berarti. Sebab, konflik yang diangkat pada novel ini sama dari awal cerita hingga akhir cerita. Hal ini juga membuat beberapa bagian terkesan repetitif.
Selain itu, novel ini menuai kontra, karena karakter Adam yang dinilai tidak sopan dan tidak memiliki tata krama. Dikisahkan, Adam kerap kali melontarkan lelucon seksual kepada India. Hal ini memang mungkin disengaja penulis dalam hal membangun karakter yang menjengkelkan, tetapi beberapa pembaca menilai ini berlebihan dan menjadi contoh yang tidak baik.
Terlebih lagi, dituliskan bahwa India tidak menyukai lelucon tersebut, tetapi Adam tetap saja mengulanginya. Dari karakter yang dinilai buruk ini, penulis juga tidak memberikan perkembangan karakter. Hal ini cukup disayangkan oleh pembaca.
Pesan Moral Novel City Lite: My Younger Brother
Dari novel City Lite: My Younger Brother ini, kita dapat belajar untuk memperlakukan orang-orang yang kita cintai dengan sebaik mungkin. Sebab, tidak ada yang mengetahui kapan terakhir kali kita akan bertemu dengan mereka. Hal yang perlu diingat adalah untuk mewujudkan cinta yang tulus kepada mereka, di mana kita bisa bahagia ketika melihat mereka bahagia.
Kita juga bisa belajar dari sosok India yang berbesar hati menerima Adam untuk hidup bersamanya. Menerima sosok Adam yang tidak terkait dengannya secara resmi sebagai adiknya. Walaupun Adam kerap kali membuatnya sakit hati, ia tetap tak membencinya.
Grameds, itu dia ulasan novel City Lite: My Younger Brother karya Kincirmainan. Bagaimana kelanjutan kisah India dan Adam? Apakah mereka akan terus bersama sebagai kakak dan adik? Atau mereka akan mengikuti kata hati mereka sebagai seorang pasangan? Daripada penasaran, yuk langsung saja dapatkan novel ini hanya di Gramedia.com. Selamat membaca!
Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Penulis: Gabriel
- Review Buku #Berhentidikamu
- Review Buku 1984
- Review Buku Bagaimana Manusia Berpikir
- Review Buku Bilang Begini Maksudnya Begitu
- Review Buku China Rich Girlfriend
- Review Buku Dilan 1991
- Review Buku Family Constellation Karya Meilinda Sutanto
- Review Buku Fantastic Beasts And Where To Find Them
- Review Buku Filosofi Montessori
- Review Buku Ghosting Writer
- Review Buku I Am Sarahza
- Review Buku Intover: Sebuah Novel Penggugat Jiwa
- Review Buku Menemukan Bahagia dalam Hal-Hal Kecil
- Review Buku Misty Falls
- Review Buku Orang Pertama Tunggal
- Review Buku Pelukis di Atas Awan
- Review Buku Puisi dan Bulu Kuduk
- Review Buku Ramuan Penangkal Kiamat
- Review Buku Sepotong Senja Untuk Pacarku
- Review Buku The Strangers In The Lifeboat
- Review Komik Arakawa Under The Bridge
- Review Komik Chainsaw Man
- Review Komik Dr. Stone: Kisah Si Jenius Senku
- Review Komik Immortal Butterfly: Dark Urban Legend
- Review Komik Sakamoto Days Karya Yuto Suzuki
- Review Novel A Midsummer Night’s Dream
- Review Novel Aku, Kamu, dan Hujan
- Review Novel Aku Tak Membenci Hujan
- Review Novel Antara Fajar dan Senja
- Review Novel Awan-Awan di Atas Kepala Kita
- Review Novel Bilangan Fu
- Review Novel Broken Clouds
- Review Novel Bungo Stray Dogs 3 - Kisah Rahasia Berdirinya Biro Detektif
- Review Novel Cerita Ade Karya
- Review Novel City Lite: My Younger Brother
- Review Novel Crazy Rich Asian
- Review Novel Dijodohin Karya Ariniimandasari
- Review Novel Dora Bruder Karya Patrick Modiano
- Review Novel Dua Belas Pasang Mata
- Review Novel Emerald Pieces
- Review Novel Fairham Island #1: Rahasia Masa Lalu
- Review Novel Fairham Island #2: Rahasia Masa Kini
- Review Novel Jeffrey Don’t Throw Me Away
- Review Novel Greyfriars Bobby
- Review Novel Kerudung Merah Kirmizi
- Review Novel Kitalah yang Ada di Sini Sekarang
- Review Novel Love Scenario Karya Cantika Zhr
- Review Novel Melacak Jejak
- Review Novel Midnight Prince
- Review Novel Mirai Karya Mamoru Hosoda
- Review Novel My Hottest Duda
- Review Novel Laiqa: Berapa Jarak antara Luka dan Rumahmu
- Review Novel Pan's Labyrinth
- Review Novel Pangeran Rayhaan
- Review Novel Paper Umbrella
- Review Novel Peniru dan Pembunuhan Tanpa Jasad
- Review Novel Psychic Detective Yakumo 3
- Review Novel Psychic Detective Yakumo 4
- Review Novel Respati
- Review Novel Rainbirds Karya Clarissa Goenawan
- Review Novel Sehidup Sehati
- Review Novel Setan Setan Menggugat
- Review Novel Serangkai
- Review Novel Sketsa-Sketsa: Terima Kasih
- Review Novel Tangerine Green
- Review Novel Tangis di Rinai Gerimis
- Review Novel Tempurung Karya Oka Rusmini
- Review Novel The Borrowed (13.67)
- Review Novel The Confessions of The Sirens
- Review Novel The Good Daughter Karya Karin Slaughter
- Review Novel Untuk Dia yang Terlambat Gue Temukan
- Review Novel Ziarah (The Pilgrimage) Karya Paulo Coelho
- Review A Poem in My Mind
- Review Deep Water (Keheningan Fatal)
- Review Ospek Karya Ruth Hotmartua
- Review Petunjuk Menikmati Hidup dan Pekerjaan
- Review Rahasia-Rahasia Kecil Karya Anna Snoekstra
- Review Sadness & Other Things
- Secrets of Power Negotiating
- Review The Lucky Ones
- Unit 183 Karya Chikita