in

Review Novel Bilangan Fu Karya Ayu Utami

Bilangan Fu – Ada berbagai macam genre novel di Indonesia. Dari yang memiliki genre romantis, aksi, kekeluargaan, dan banyak macam lainnya. Namun, novel yang memiliki genre maupun tema yang serius tentunya juga sangat menarik untuk kamu baca.

Sebuah novel yang menyajikan nilai spiritualisme kritis, agama, dan tradisi. Novel-novel karya Ayu Utami tidak pernah mengecewakan pembacanya. Novel Bilangan Fu menjadi salah satu bacaan yang layak dibaca.

Tentunya kamu harus memiliki pemikiran yang terbuka untuk membacanya. Membaca novel ini ibarat mengingat masa lalu yang kelam masyarakat Indonesia. Mari kita bahas mengenai isi dalam novel ini secara ringkas ya!

 

Sinopsis Novel Bilangan Fu

Novel ini menceritakan kisah Yuda “si iblis” yang merupakan seorang pemanjat tebing dan seorang petaruh yang melecehkan nilai-nilai dalam masyarakat.

Lalu, Parang Jati “si malaikat” yang merupakan seorang lelaki berjari dua belas yang dididik oleh ayah angkatnya agar dapat menghadapi duka maupun luka di dunia. Kemudian, Marja “si manusia” merupakan seorang gadis yang bertubuh kuda teji dan memiliki jiwa matahari.

Kisah mereka dibalut dengan cinta segitiga yang lembut dan di antara berbagai pengalaman keras yang diawali oleh suatu kejadian aneh – orang yang bangkit dari kuburnya – menuju penyelamatan di sebuah perbukitan gamping yang berada di selatan Jawa. Dari semua yang ada di dalam sana, Bilangan Fu perlahan-lahan membuka diri.

 

Review Novel Bilangan Fu

Novel Bilangan Fu merupakan karya Ayu Utami. Diceritakan seorang tokoh bernama Yuda yang merupakan seorang pemanjat tebing artifisial atau biasa disebut dirty climbing. Pemanjat tebing itu memanjat menggunakan pasak, palu, dan bor untuk proses tersebut. Lalu ia bertemu dengan Parang Jati, seorang mahasiswa geologi yang cinta alam.

Dalam pertemuan tersebut, mereka melakukan taruhan dan Parang Jati adalah pemenangnya. Sehingga membuat Yuda harus menuruti apa kata Jati. Jati pun menyuruh Yuda untuk melakukan clean climbing, yaitu sebuah metode panjat tebing yang tak merusak alam.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Yuda orang yang rasional dan tak percaya takhayul. Sedangkan Jati seorang pecinta alam dan percaya setiap tempat ada penunggunya. Sebenarnya sebelum bertemu dengan Jati, ia pernah mengalami mimpi didatangi oleh penunggu tebing.

Di dalam mimpi tersebut, Yuda dibisiki sebuah Bilangan Fu sampai berkali-kali sehingga membuat Yuda penasaran dengan hal tersebut.

Penulis novel ini yaitu Ayu Utami, memperlihatkan bahwa tokoh Jati mengutamakan nilai-nilai spiritualisme kritis. Tak hanya itu, tokoh Jati juga diperlihatkan sebagai sosok yang mencintai alam.

Nilai-nilai agama juga sangat kental di dalam novel ini. Warga dari tebing Watugunung menganggap monoteisme adalah hal yang bertentangan. Warga Watugunung masih mempercayai sesajen. Jati berpikir hal tersebut tidaklah salah karena salah satu wujud menghargai alam.

Lalu apa sebenarnya Bilangan Fu yang membisiki Yuda? Spiritualisme kritis apa yang dimaksud oleh Jati? Simak kisah selanjutnya dengan membaca novel ini ya!

 

Profil Penulis

ensiklopedia.kemdikbud.go.id

 

Novel Bilangan Fu merupakan karya dari Ayu Utami. Ia lahir pada tanggal 21 November 1968 di Bogor. Ia memiliki nama lengkap Justina Ayu Utami dan merupakan seorang Katolik. Ayu Utami menempuh pendidikan Sekolah Dasar di Regina Pacis,  Bogor, kemudian ia melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di Tarakanita 1 Jakarta, dan setelah lulus, ia juga melanjutkan di sekolah yang sama.

Ketika lulus SMA, ia melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia jurusan Sastra Rusia. Lalu, pada tahun 1995, dilanjutkan ke Advanced Journalism, Thomson Foundation, Cardiff, UK (1995) dan Asian Leadership Fellow Program, Tokyo, Japan.

Namanya dikenal melalui karyanya yang berjudul Saman dan memenangkan lomba sayembara penulis roman Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1998. Awalnya, novel Saman memiliki berbagai kontroversi. Namun, terlepas dari itu semua novel tersebut dipuji oleh banyak orang dan sangat laku di pasaran. Bahkan melalui karyanya tersebut, Ayu mendapatkan Prince Claus Award 2000 dari Prince Claus Fund sebuah yayasan di Den Haag yang memiliki misi mendukung kegiatan budaya dan pembangunan.

 

Kelebihan, Kekurangan, dan Rating

Pros & Cons

Pros
  • Memandang suatu hal dengan sudut pandang yang berbeda
  • Mengulas kembali tentang sejarah Indonesia
Cons
  • Banyak kosakata yang kurang dipahami

 

Setiap novel pastinya terdapat banyak hal yang disukai dan kurang disukai oleh pembacanya. Kali ini kita akan mencoba untuk membahas kelebihan, kekurangan, dan rating novel Bilangan Fu karya dari Ayu Utami.

Kelebihan dalam novel ini adalah Memandang suatu hal dengan sudut pandang yang berbeda. Dengan menggunakan sudut pandang yang berbeda, pembaca akan memiliki perspektif masing-masing sehingga tidak terjadi ketimpangan.

Seperti yang Yuda pikirkan, ia tidak percaya dengan takhayul atau makhluk gaib. Jika dilihat dari sudut pandang agama, hal-hal yang dilakukan oleh Yuda merupakan hal yang benar karena percaya dengan hal-hal tersebut termasuk perbuatan syirik.

Sedangkan Jati berpikiran bahwa percaya dengan hal tersebut seperti memberi sesajen merupakan suatu perbuatan yang biasa saja. Ia berpendapat bahwa memberikan sesajen adalah bentuk respect terhadap penunggu tempat dan wujud mencintai alam. Jadi, pembaca akan diajak memposisikan diri dalam sudut pandang Yuda maupun Jati. Keduanya memiliki sudut pandang yang berbeda tergantung kepercayaan masing-masing.

Lalu, novel ini juga mengulas beberapa sejarah atau tradisi di Indonesia. Seperti adanya cerita yang menyinggung raja-raja tanah Jawa, kisah Babad Tanah Jawi, serta di masa pemerintahan Soeharto dan presiden-presiden setelahnya. Hal ini akan membuat pembaca mengetahui tentang sejarah maupun tradisi di Indonesia.

Kekurangan dalam novel ini adalah banyak kosakata yang kurang dipahami sehingga pembaca akan bingung maksud dari kosakata tersebut. Seperti kasunyatan, selibat, padma, dan lain-lain. Kosakata tersebut kurang familiar di mata pembaca. Namun, novel ini sangatlah bagus sehingga kamu tidak akan menyesal membaca novel ini.

Novel ini mendapatkan rating yang cukup bagus di goodreads. Rating yang didapatkan Novel ini sebesar 3.91 dari 5 bintang. Ini menunjukan pembaca sangat menyukai jalan cerita yang ada di dalam novel ini.

 

Penutup

Itulah review singkat mengenai novel Bilangan Fu karya Ayu Utami. Novel ini memiliki jalan cerita yang memuat spiritualisme kritis, agama, dan tradisi sehingga mendapatkan rating yang cukup bagus dari pembacanya.

Kisah Yuda yang tidak mempercayai takhayul dan Jati yang memiliki pandangan berbeda dari hal tersebut membuat pembaca dapat memposisikan diri saat membaca kisah mereka. Selain itu, novel ini juga kental akan sejarah di Indonesia yang membuat kamu mengetahui kembali sejarah pada masa itu.

Yuk, simak kisah selanjutnya dengan membeli buku ini di toko Gramedia terdekat  atau bisa mengeceknya di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

 

Penulis: Fiska Rahma Rianda

 

Rekomendasi Novel

1. Saman

 

Novel Saman merupakan karya Ayu Utami. Novel ini menceritakan kisah empat perempuan yang sudah bersahabat sejak kecil. Shakuntala “si pemberontak”. Cok yang memiliki julukan “si binal”. Yasmin yang selalu ingin ideal. Dan Laila yang lugu dan bimbang untuk menyerahkan keperawanannya pada lelaki yang sudah beristri.

Tetapi dua orang di antara mereka memiliki perasaan yang sama kepada seorang pemuda aktivis yang bernama Saman. Saman adalah seorang aktivis yang menjadi buron saat masa rezim militer orde baru. Namun, pada siapakah hati Saman akan berlabuh? Yasmin atau Laila?

Novel Saman terbit bersamaan pada masa reformasi. Novel ini banyak diminati dan disukai oleh banyak orang. Bahkan sudah diterjemahkan ke dalam sepuluh bahasa asing. Novel ini juga mendapatkan perhargaan dari dalam dan luar negeri karena jalan ceritanya yang mendobrak tabu.

 

2. Larung

 

Novel Larung merupakan karya Ayu Utami. Setelah sukses dengan novelnya yang berjudul Saman, Ayu melanjutkan kisah dari empat sahabat perempuan tersebut di dalam novel ini. Diceritakan sebuah tokoh baru bernama Larung, ia merupakan tokoh yang akan membantu Saman.

Mereka berdua berusaha untuk menyelamatkan tiga aktivis yang dikejar-kejar karena sebuah peristiwa 27 Juli 1966. Novel ini dibalut dengan pergolakan politik dan rezim militer pada masa itu. Selain itu, Ayu juga menampilkan feminisme di dalam novel ini.

Kisah cinta dan perselingkuhan menghiasi para tokoh di dalam novel Larung. Novel ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda. Novel ini sama bagusnya dengan novel Saman sehingga kamu yang penasaran dengan kisah selanjutnya harus membaca novel ini.

 

3. Manjali

 

Novel Manjali merupakan karya Ayu Utami. Novel ini menceritakan Marja Manjali yang merupakan seorang gadis kota yang tidak mengetahui tentang sejarah kuno. Saat sedang berlibur dengan kekasihnya, tiba-tiba sang kekasih ada urusan mendadak. Ia pun menitipkan Manjali kepada sahabatnya, yaitu Parang Jati.

Jati pun mengajak Manjali untuk berkeliling candi dan berbagai tempat di pedalaman Jawa Timur. Kebersamaan mereka membuat benih-benih cinta pun mulai tumbuh. Tetapi, Yuda yang merupakan kekasih Manjali kembali lagi sehingga membuat hatinya terbelah.

Bagaimanakah kisah selanjutnya di antara mereka bertiga? Bagi kamu yang penasaran dapat membeli buku ini toko Gramedia terdekat ya!

 

Lalita (New)

 

LALITA menerima sejilid kertas tua berisi bagan-bagan mandala, dan sejak itu setiap hari pengetahuannya tentang sang kakek bertambah. Setiap kali pengetahuan tentang sang kakek bertambah. Setiap kali pengetahuan itu bertambah banyak, setiap kali pula sang kakek bertambah muda dalam penglihatan. Pada suatu titik ia bisa sepenuhnya melihat seorang remaja berumur tiga belas tahun, yang berdiri lurus kaku dan kepala sedikit miring seolah melihat sesuatu yang tidak dilihat orang lain.

Apa hubungan semua itu dengan vampir dan Candi Borobudur? Itu akan menjadi petualangan Yuda, Marja, dan Parang Jati.

Setiap kita memiliki bayang-bayang. Bukan musuh, melainkan pasangan yang berkebalikan. (hal. 233) Tataplah titik hitam di pusat figur di bawah selama sekitar 20 detik, lalu pejamkan mata atau alihkan pandang ke suatu bidang putih. Bunga merah muda akan tampak sebagai bayangan, after-image. Hijau dan merah adalah pasangan yang berkebalikan.

 

Sumber:

  • https://www.annafimuja.com/2019/01/resensi-bilangan-fu-spiritiualisme.html

 

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy