in

Review Novel It Ends with Us Karya Colleen Hoover

Novel It Ends With Us adalah novel yang ditulis oleh Colleen Hoover, seorang penulis novel fiksi dewasa muda yang sebagian besar karyanya bergenre romansa. Colleen Hoover sendiri telah dikenal atas berbagai karyanya yang mengagumkan. Colleen Hoover diketahui dapat menuangkan pikirannya yang luar biasa pada setiap novelnya. Ia juga tak jarang mengangkat berbagai isu sensitif yang menjadi concern sejumlah orang.

Novel It Ends With Us dirilis pertama kali pada tahun 2016. Seperti novel-novel Colleen Hoover sebelumnya, pada novel ini, Colleen Hoover mengangkat salah satu isu sensitif, yakni isu kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan juga kekerasan seksual.

Novel It End With Us menceritakan sebuah kisah romantis yang terinspirasi dari kisah nyata Colleen Hoover, lebih tepatnya dari hasil observasi Colleen Hoover pada kehidupan orang tuanya sendiri. Novel ini berkisah tentang rasa sayang dan cinta antara seorang wanita bernama Lily dan seorang lelaki yang belum lama dikenalnya, yaitu Ryle.

Lily dan Ryle saling mencintai dan membangun kehidupan keluarga kecil mereka. Inti kisah yang diceritakan pada novel ini, yaitu kerinduan untuk membangun sebuah keluarga yang damai dan harmonis.

Sayangnya semua itu pada akhirnya hanya menjadi angan saja. Hal ini bisa terjadi bukan disebabkan Lily dan Ryle tidak saling mencintai, justru disebabkan mereka sangat mencintai satu sama lain, maka itu mereka tidak ingin saling menyakiti.

Keputusan yang mereka ambil pada dasarnya diambil atas rasa cinta. Masa lalu Lily membuat dirinya menjadi seorang perempuan yang memiliki pendirian kuat dan juga tangguh. Lily tidak takut untuk kehilangan.

Bahkan, Lily rela melepaskan apa yang ia punya untuk memeroleh kebahagiaan lain yang bukan sementara, atau disebut sebagai kebahagiaan sejati. Lily mampu memutuskan untuk tidak lagi berkompromi dengan masa lalunya dan juga orang yang terlibat di dalamnya.

Pengalaman pahit yang dialami Lily pada masa lalunya adalah guru yang paling baik. Dengan keteguhan hati, Lily berhasil membuat Ryle yang tidak bisa kompromi itu menjadi hancur lebur. Pengalaman masa lalu dan sikap Ryle yang abusive pada akhirnya menjadi salah satu alasan berakhirnya hubungan Lily dan Ryle.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Novel It Ends With Us ini mengandung cerita yang beberapa adegannya mungkin dapat menjadi trigger bagi sejumlah orang yang memiliki trauma tertentu. Sebab, cerita dalam novel ini mengandung kekerasan fisik dan juga kekerasan seksual.

Pada intinya, Colleen Hoover dalam novel It Ends With Us ini ingin menggambarkan bagaimana hubungan yang tidak sehat atau biasa disebut sebagai toxic relationship. Colleen Hoover juga mampu memberikan jawaban yang diharapkan dapat menjadi solusi dan pelajaran yang dapat diambil pembaca yang sekiranya sedang berada dalam hubungan yang tidak sehat.

Maka itu, novel ini baik dibaca bagi anda yang ingin memulai sebuah hubungan, ingin menempuh jenjang hubungan yang lebih serius seperti menikah, atau kalian yang merasa hubungan yang kalian jalani saat ini sedang berada dalam keadaan yang tidak baik. Sebab, novel ini bisa jadi panduan bagi kamu untuk menghindari dan keluar dari hubungan yang tidak sehat.

Profil Colleen Hoover – Penulis Novel It Ends With Us

Sumber foto: dallasnews.com

Margaret Colleen Fennell merupakan seorang penulis wanita berusia 43 tahun, yang lahir pada 11 Desember 1979 di Sulphur Springs, Texas, Amerika Serikat. Nama Colleen Hoover yang menjadi nama populer penulis ini bukan nama asli Colleen, melainkan nama yang didapatkannya setelah ia menikah.

Collen menikah pada tahun 2000 dengan Heath Hoover, maka itu Colleen akhirnya mendapatkan nama belakang suaminya, dan akhirnya ia dikenal sebagai Colleen Hoover. Dari hasil pernikahannya dengan Heath Hoover, Colleen telah memiliki 3 orang anak. Hingga saat ini, Colleen masih menetap di kota kelahirannya, Texas bersama dengan suaminya dan ketiga anak lelaki mereka.

Colleen Hoover diketahui telah jatuh cinta pada dunia menulis sejak tahun 1985, yang mana saat itu ia baru berusia lima tahun. Colleen mulai berkarya dengan kebiasaan menulis cerita pendek, yang ia buat untuk keluarga dan temannya.

Colleen Hoover memulai karir kepenulisannya pada 2011 dengan mulai menulis buku pertamanya yang berjudul Slammed. Novel Slammed ini kemudian diterbitkan Colleen secara mandiri, dengan bantuan kakaknya yang merupakan seorang desainer dan editor pada tahun 2012, di Amazon Kindle.

Inspirasi utama Colleen dalam menulis buku pertamanya itu adalah lirik lagu yang berjudul “Head Full of Doubt/ Road Full of Promise” yang dinyanyikan oleh Avett Brothers, terkhusus lirik yang berbunyi “decide what to be and go be it“. Hal ini juga menjadi alasan banyaknya lirik lagu Avett Brothers yang dapat ditemukan pembaca di dalam buku pertamanya Colleen itu.

Buku pertama Colleen Hoover, Slammed berhasil meraih kesuksesan dan menarik hati banyak pembaca Novel Slammed masuk ke dalam daftar buku terlaris menurut New York Times, juga masuk ke dalam nominasi penghargaan oleh Goodreads Choice Awards dalam kategori Best Young Adult Fiction.

Lalu, pada akhir tahun 2012, Colleen Hoover kembali berkarya dan menerbitkan buku keduanya Point of No Retreat. Buku keduanya ini sama seperti buku pertamanya, diterbitkan secara mandiri melalui Amazon Kindle. Buku kedua Colleen ini berhasil menarik hati seorang blogger buku yang bernama Maryse Black.

Maryse Black memberikan ulasan yang positif dan juga memberikan 5 bintang untuk novel Point of No Retreat karya Colleen itu. Dari ulasan dan kepopuleran Maryse Black itu juga, penjualan novel Point of No Retreat berhasil meningkat secara drastis.

Hingga saat ini, Colleen Hoover telah menerbitkan sejumlah 22 buku, di antaranya, yaitu Slammed (2012), Point of Retreat (2012), This Girl (2013), Hopeless (2013), Losing Hope (2013), Finding Cinderella (2014), Maybe Someday (2014), Maybe Not (2014), Ugly Love (2014), Never Never (2015), Confess (2015), November 9 (2015), Too Late (2016), It Ends with Us (2016), Without Merit (2017), All your Perfects (2018) Verity (2018), Maybe Now (2018), Regretting You (2019), Heart Bones (2020), Layla (2020), dan Reminders of Him (2022).

Sinopsis Novel It Ends With Us

Lily Blossom Bloom, merupakan wanita berusia 24 tahun yang tinggal di Kota Boston. Lily merupakan seorang tukang bunga yang memiliki ambisi yang tinggi. Ayah Lily baru saja meninggal dunia.

Meskipun hubungan ia dengan ayahnya tidak baik, dan Lily tidak menyukai sosok ayah kandungnya itu, ia tetap membutuhkan waktu untuk menenangkan pikirannya selepas kematian sang ayah. Lily kemudian memutuskan untuk pergi ke sebuah rooftop yang ada di sebuah gedung.

Di situ, Lily bertemu dengan seorang lelaki yang menarik perhatiannya. Ryle Kincaid namanya. Ryle merupakan seorang ahli bedah saraf yang memiliki penampilan fisik menarik dan tampan.

Lily dan Ryle kemudian saling berbincang, mereka berbagi cerita tentang kehidupan pribadi mereka, dan juga kebenaran yang telanjang atau naked truth. Termasuk, segala uneg-uneg Lily terhadap ayah kandungnya yang kerap menyakiti ibunya dan bersikap abusive.

Lily juga menceritakan bahwa sang ayah bahkan suatu kali hampir membunuh teman dekat Lily yang merupakan seorang homeless, yang bernama Atlas ketika ia berusia 15 tahun. Lily berani untuk menceritakan kehidupan pribadinya itu, karena ia berpikiran bahwa ia tidak akan lagi bertemu dengan Ryle yang adalah orang asing ini, jadi tidak ada salahnya untuk mengeluarkan segala keluh kesah yang ia alami selama ini.

Tetapi, pada akhirnya takdir berkata lain. Beberapa bulan setelah pertemuan itu, Lily kembali bertemu dengan Ryle. Singkat cerita, hubungan Lily dan Ryle semakin dekat. Lilt memandang Ryle sebagai seseorang yang pandai dan bisa membuatnya bahagia.

Ditambah lagi, adik Ryle juga merupakan sahabat pertama Lily yang membantunya mendirikan toko bunga dari nol. Toko bunga yang sudah menjadi impian dan diidamkan Lily sejak lama, toko bunga yang menjadi awal kesuksesannya dalam memulai kehidupan di Boston.

Ketika hubungan Lily dan Ryle sudah semakin dekat, Lily dipertemukan kembali dengan Atlas. Atlas yang dulu merupakan teman dekat Lily yang homeless dan hampir dibunuh oleh ayah Lily.

Sembilan tahun lamanya mereka tidak bertemu, dan waktu yang panjang itu berhasil memberikan perubahan yang sangat besar bagi Atlas. Atlas kini sudah sukses dan tentunya tidak menjadi homeless lagi. Atlas merupakan salah satu koki terbaik di Boston, sekaligus pemilik sebuah restoran bernama Bib’s.

Suatu hari, sebuah kejadian yang terduga terjadi. Kejadian ini mengingatkan Lily dengan memori masa kecilnya, di mana ayahnya sering menyakiti ibunya. Kejadiannya persis terjadi seperti itu, Ryle melayangkan pukulannya kepada Lily, yang kemudian segera ia sesali.

Setelah kejadian itu, Lily masih berusaha untuk menenangkan dirinya, dan berpikir positif bahwa Ryle memukulnya, karena saat itu mereka sedang panik dan mabuk. Setelah kejadian itu, Ryle mengajak Lily dan ibu Lily untuk makan malam bersama di sebuah restoran.

Restoran yang dipilih Ryle ternyata bukan restoran biasa, melainkan restoran milik Atlas Corrigan, teman masa kecil yang mengisi masa lalu Lily dengan memori manis sekaligus tragis. Atlas yang telah mengenal Lily dan tentunya peduli dengan teman kecilnya tersebut kemudian menyadari bahwa lebam yang ada di mata Lily adalah hasil perbuatan Ryle.

Pertemuan pertama Ryle dan Atlas di malam itu menjadi awal bagi permusuhan di antara keduanya. Ryle sangat mencintai Lily, tapi rasa cintanya tersebut nampaknya terlalu besar hingga ia mampu memukuli Lily, karena ia tidak ingin kehilangan Lily.

Cerita selanjutnya akan membuat banyak orang mungkin bertanya-tanya, mungkin juga akan menyalahkan Lily. Mengapa Lily tidak meninggalkan semuanya dan langsung pergi saja?

Mengapa Lily begitu naif dapat memaafkan Ryle berulang kali? Mengapa Lily mau mempertahankan hubungan yang tidak sehat tersebut? Begitu banyaknya pertanyaan yang dipusatkan kepada Lily.

Lantas, mengapa tidak ada yang mempertanyakan alasan Ryle yang mampu berbuat seperti itu? Bukannya semua tudingan seharusnya dipusatkan pada seorang pria yang tidak mampu mengendalikan emosinya, tega menyakiti pasangannya, dan melakukan kekerasan dalam rumah tangga?

Lalu, bagaimana kelanjutan hubungan ini? Bagaimana akhir dari hubungan ini?

Kelebihan Novel It Ends With Us

Colleen Hoover pada awal cerita menyelipkan unsur komedi dan romantis secara mulus, sehingga membuat para pembacanya dapat menikmati adegan tersebut tanpa ada pikiran bahwa adegan itu cheesy. Colleen mampu mengeksekusi setiap cerita dengan baik.

Colleen Hoover dalam novel It Ends With Us ini mengangkat isu hubungan yang tidak sehat. Colleen menjabarkan bagaimana rasanya ketika seseorang terjebak dalam sebuah hubungan yang toxic, tapi dengan cara yang baik tanpa ada kesan menghakimi sama sekali.

Hal ini kemudian membuat novel It Ends With Us dapat menyentuh sisi personal para pembaca. Cerita novel It Ends With Us ini mampu membuat para pembacanya merasakan berbagai emosi, senang, tersipu, sedih, marah, takut, dan lain sebagainya. Dari cerita novel ini juga, para pembaca dapat melakukan refleksi atas hubungan yang dijalaninya.

Seluruh argumen yang dituangkan Colleen Hoover dalam cerita di novel ini adalah argumen yang masuk akal. Melalui penjelasan tentang bagaimana keputusan yang diambil Lily, para pembaca dapat menjadikan cerita tersebut sebagai sebuah solusi yang mungkin dapat menjadi jawaban bagi mereka yang sedang berada dalam posisi yang sama dengan Lily.

Pengembangan karakter dan cerita dalam novel ini juga dinilai sangat baik. Semuanya bagian tersusun dengan rapi, termasuk berbagai kebetulan yang memiliki latar belakang tertentu, dan adegan flashback yang juga kerap muncul. Plot yang mengalir dengan baik mampu membuat para pembaca seolah sedang menonton sebuah drama romantis dan menegangkan.

Cerita It Ends With Us ini banyak memberikan pesan moral, terutama bagi para wanita yang mungkin sedang terjebak dalam sebuah hubungan yang tidak sehat, atau baru memulai sebuah hubungan, dan bagi mereka yang ingin menikah, untuk menemukan berbagai jawaban yang menjadi solusi untuk keluar dari hubungan toxic atau menghindari hubungan yang toxic.

Kekurangan Novel It Ends With Us

Novel It Ends With Us ini ditulis dengan menggunakan sudut pandang Lily saja. Maka itu, hal ini mungkin membuat beberapa pembaca bertanya-tanya akan bagaimana cerita atau kebenaran dari sudut pandang lain.

Novel ini mungkin dapat menjadi trigger yang membuka luka lama atau trauma yang dialami seseorang yang memiliki pengalaman yang sama, terkait dengan abusive. Maka itu, novel ini tidak cocok untuk dibaca oleh mereka yang memiliki trauma tertentu. Jika tetap ingin membaca novel It Ends With Us ini, ada baiknya untuk memeriksa trigger warning sebelum mulai membacanya.

Oleh karena tema cerita dalam Novel It Ends With Us ini berat, yakni mengenai toxic relationship yang mengandung kekerasan di dalamnya, dibutuhkan kebijaksanaan dan penalaran yang lebih dalam untuk dapat mencerna makna dari cerita ini. Maka itu, novel ini tidak cocok untuk dibaca mereka yang berusia di bawah 18 tahun.

Pesan Moral Novel It Ends With Us

“Lima belas detik. Hanya segitu waktu yang dibutuhkan untuk merubah pandangan terhadap seseorang secara drastis. Lima belas detik.”

Kutipan ini ingin mengingatkan kita untuk lebih berhati-hati lagi dalam mengenal seseorang. Mungkin juga untuk tidak jatuh terlalu dalam dan terlibat secara terlalu intens dengan seseorang. Sebab, kebenaran akan diri seseorang dapat terungkap dalam waktu yang sangat singkat

“Pada dasarnya, tidak ada orang yang jahat. Kita semua hanya manusia yang berbuat buruk.”

Seseorang yang memiliki kebiasaan buruk atau melakukan perbuatan buruk tidak dapat langsung dihakimi sebagai seorang yang jahat. Sebab, bisa saja perlakuan tersebut dihasilkan akibat pikiran yang salah, bukan karena mereka memiliki niat yang jahat.

Memang, kita dianjurkan untuk menjadi seseorang yang kuat dan teguh dalam menjalani segala rintangan dalam hidup. Namun, itu bukan berarti kamu tidak boleh meminta pertolongan dari orang lain.

Ada kalanya, seseorang membutuhkan sandaran yang dapat membantunya, agar mampu menopang kehidupan yang membebaninya. Maka itu, jangan segan untuk meminta pertolongan ketika kamu membutuhkannya.

Kerap kali, ketika menemukan sebuah kasus yang berkenaan dengan kekerasan dalam rumah tangga atau toxic relationship, yang disoroti adalah pihak perempuan. Banyak orang yang juga melabeli perempuan sebagai pihak yang lemah atau bodoh, karena masih bertahan dalam hubungan yang seperti itu.

Padahal, sorotan tersebut seharusnya ditujukan kepada lelaki yang menjadi pelaku kekerasan. Maka itu, jangan sekali-kali menghakimi mereka yang sedang berjuang dalam mengatasi masalah hubungan mereka, karena kebenaran yang anda lihat belum tentu merupakan kebenaran yang sebenarnya.

Bagi kalian yang ingin membaca kelanjutan kisah Lily dan Ryle, kalian bisa mendapatkan novel It Ends With Us karya Colleen Hoover ini di www.gramedia.com atau aplikasi Gramedia Digital.

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy