Novel Tuesdays with Morrie atau dalam Bahasa Indonesia adalah Selasa Bersama Morrie ditulis oleh Mitch Albom. Mitch Albom merupakan penulis, penulis skenario, jurnalis, pemain drama, penyiar radio, penyiar televisi, juga salah satu musisi yang paling laris dan populer dalam kancah internasional.
Buku-buku yang ditulis Mitch Albom secara keseluruhan telah diterbitkan di 49 wilayah, diterbitkan dalam 45 bahasa di mancanegara, dan telah terjual lebih dari 40 juta kopi di seluruh dunia. Novel Tuesdays with Morrie merupakan salah satu karya tulis Mitch Albom yang sangat populer dan sukses, dengan menjadi buku best seller di Amerika selama enam tahun lamanya, sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 1997.
Pada bulan Desember 1999, cerita Tuesdays with Morrie juga berhasil diadaptasi menjadi film televisi, yang diperankan oleh Jack Lemmon sebagai Morrie dan Hank Azzaria sebagai Mitch Albom. Selayaknya dalam bentuk buku, cerita Tuesdays with Morrie dalam bentuk film televisi juga sangat sukses, bahkan berhasil menjadi pemenang Emmy Award, juga mendapat banyak pujian kritis.
Novel Tuesdays with Morrie merupakan karya yang dibuat Mitch Albom sebagai sebuah memoar tentang rangkaian kunjungan yang dilakukan Mitch Albom kepada mantan profesor sosiologinya yang bernama Morrie Schwartz. Novel Tuesdays with Morrie berisi segala pengalaman Mitch Albom dan memuat pandangan Mitch tentang Morrie.
Morrie Schwartz merupakan seorang profesor sosiologi di Universitas Brandeis, yang didiagnosa mengidap penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS), atau yang dikenal juga sebagai penyakit Lou Gehrig, pada usia sekitar 70-an. Morrie adalah seseorang yang sangat bijaksana dan memiliki banyak pengalaman dalam hidup.
Morrie diketahui merupakan putra seorang imigran asal Rusia. Masa kecil Morrie dapat dikatakan dipenuhi dengan kesulitan, salah satu contohnya adalah sang ibunda meninggal dunia, dan saudaranya terinfeksi virus Polio.
Morrie pernah bekerja sebagai peneliti di rumah sakit jiwa. Di sana, ia mempelajari tentang penyakit mental, juga bagaimana cara untuk memiliki dan memberikan empati serta kasih sayang untuk orang lain. Di kemudian hari, Morrie memutuskan untuk menjadi profesor sosiologi, dengan harapan, agar ajarannya dapat mempengaruhi orang sebanyak mungkin.
Di sinilah, Morrie akhirnya bertemu dengan muridnya, yang sekaligus teman seumur hidupnya, yaitu Mitch Albom. Morrie diketahui menikah dengan seorang wanita bernama Charlotte Schwartz dan dari hasil pernikahannya, mereka memiliki dua anak.
Setelah pertempuran panjang dengan penyakit ALS yang diidapnya, Morrie akhirnya meninggal dunia pada 4 November 1995. Di batu nisannya dituliskan “Seorang guru sampai akhir”. Ketika Morrie Schwartz meninggal akibat penyakit ALS, buku ini menduduki puncak Daftar Buku Terlaris Non-Fiksi New York Times selama 23 minggu gabungan pada tahun 2000, dan tetap berada di daftar terlaris New York Times selama lebih dari empat tahun setelahnya. Pada tahun 2006, Novel Tuesdays with Morrie juga menjadi memoar terlaris sepanjang masa.
Buku ini juga hadir dalam bentuk buku audio yang diriwayatkan oleh Mitch Albom. Lampiran buku audio ini berisi kutipan dari beberapa menit rekaman audio yang dibuat Mitch Albom selama percakapannya dengan Morrie Schwartz sebelum menulis buku ini. Pada peringatan sepuluh tahun novel Tuesdays with Morrie, yakni pada tahun 2007, buku ini dirilis kembali dengan edisi baru yang dilengkapi dengan kata penutup oleh Mitch Albom.
Mitch menuliskan, bagi kita mungkin Morrie adalah sosok guru, teman sejawat, atau guru. Mitch adalah seorang yang lebih berumur, arif, dan sabar. Morrie adalah sosok yang mampu memahami kita sebagai orang muda yang penuh gelora.
Belajar Sains Sulit dan Membosankan? Kamu Bisa Belajar Sains dengan Seru dan Menyenangkan Disini!
Morrie adalah orang yang akan membantu kita mengubah pandangan tentang dunia sebagai tempat yang lebih indah. Ia juga akan memberitahu kita cara yang paling baik untuk mengarunginya. Bagi Mitch Albom, sosok Morrie Schwartz lebih dari seorang mahaguru yang pernah mengajarnya hampir dua puluh tahun yang lampau.
Bagi Mitch Albom, kesempatan kedua yang diberikan semesta untuk kembali bertemu dengan Morrie di masa-masa terakhir hidupnya adalah sebuah keajaiban. Mitch dan Morrie dengan mudahnya menjalin keakraban kembali. Keakraban antara guru dan murid itu kemudian menjadi sebuah “kuliah” akhir tentang cara menjalani hidup.
Novel Tuesdays with Morrie sangat cocok untuk dibaca oleh anda yang sedang mencari arti kehidupan, karena di dalam buku ini anda akan menemukan begitu banyak pelajaran berharga yang disampaikan oleh Morrie kepada Mitch. Buku ini dapat mengubah hidup anda.
Table of Contents
Profil Mitch Albom – Penulis Novel Tuesdays with Morrie
Sumber foto: imdb.com
Mitchell David Albom atau yang dikenal sebagai Mitch Albom merupakan penulis, penulis untuk Detroit Free Press, penyiar, musisi, dan juga seorang yang telah terpilih sebagai kolumnis olahraga Amerika nomor satu sebanyak sepuluh kali oleh Associated Press Sports Editors.
Mitch Albom lahir pada tanggal 23 Mei 1958 di Passaic, New Jersey, dari pasangan Rhoda dan Ira Albom. Mitch merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Mitch pernah belajar bermain piano pada saat ia remaja, dan menjadi anggota dari beberapa grup musik.
Setelah lulus dari bangku SMA di New Jersey dan Pennsylvania, Mitch melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, dan berhasil menerima gelar sarjana bidang Sosiologi pada tahun 1979 dari Universitas Brandeis di Waltham, Massachusetts. Setelah lulus dari perguruan tinggi, Mitch masih menjadi seorang musisi, dan pernah tampil di Eropa dan Amerika.
Mitch juga menulis dan memproduksi beberapa lagu rekamannya sendiri. Sekitar umur 20 tahun ketika Mitch tinggal di New York, ia mulai tertarik dengan dunia jurnalisme dan menjadi relawan untuk bekerja di surat kabar lokal mingguan yang bernama The Queens Tribune.
Mitch juga kembali berkuliah dan berhasil mendapatkan gelar magister dari Columbia University’s Graduate School of Journalism. Tak sampai di situ saja, Mitch juga mendapatkan gelar MBA dari Columbia University’s Graduate School of Business.
Mitch menjadi seorang penulis dan bekerja sebagai jurnalis tenaga lepas di New York untuk media massa seperti Sports Illustrated, GEO, dan The Philadelphia Inquirer. Ia juga bekerja penuh sebagai penulis surat kabar di The Fort Lauderdale News dan Sun Sentinel di Florida.
Mitch pada saat ini bekerja menjadi penyiar dalam acara gelar wicara untuk radio WJR dan juga sering muncul dalam ESPN Sports sebagai reporter and Sports Center. Mitch sebagai seorang penulis buku juga diakui dalam kancah internasional.
Karya Mitch yang berjudul Tuesdays with Morrie ini menjadi salah satu buku best seller selama tujuh tahun lamanya, juga menjadi karya memoar terbaik. Karya lain MItch yang berjudul Satu Hari Bersamamu yang diterbitkan di Amerika Serikat pada tahun 2006 juga berhasil meraih kesuksesan menjadi buku best seller versi The New York Times selama 9 bulan.
Karya Mitch berjudul Meniti Bianglala juga meraih kesuksesan dengan penjualan lebih dari sepuluh juta kopi, dan diterjemahkan dalam 35 bahasa. Sejumlah tiga novel yang ditulis Mitch juga berhasil diadaptasi menjadi film. Salah satunya adalah karyanya yang berjudul “Satu Hari Bersamamu” dijadikan film yang diproduseri oleh Oprah Winfrey pada tahun 1999.
Sinopsis Novel Tuesdays with Morrie
Selain anggota keluarga, kita juga mungkin pernah menemukan sosok yang memiliki peran penting dalam kehidupan kita. Sosok yang peduli, hangat, dan penuh kasih sayang. Bagi Mitch Albom, sosok tersebut ia temukan dalam diri Morrie Schwartz, dosen sosiologinya.
Enam belas tahun yang lalu, ketika Mitch masih menjadi seorang mahasiswa, hubungannya sangat dekat dengan Morrie. Morrie sangat perhatian dan cara Morrie mengajar sangat baik, sehingga berhasil membuat Mitch tersadarkan akan banyak nilai kehidupan. Maka itu, tidak heran juga jika Morrie dapat merangkul seluruh mahasiswanya, tak terkecuali Mitch.
Cara Morrie dalam memberikan perhatian dan kepedulian dinilai sangat tulus. Oleh karena sikapnya yang penuh cinta dan kasih, Morrie mampu mendapat banyak teman dan sahabat. Kini, setelah enam belas tahun berlalu, Mitch mengetahui bahwa Morrie sedang sakit, melalui info dari sebuah tayangan di televisi.
Morrie didiagnosis terkena penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) yang secara perlahan melumpuhkan fungsi organ tubuhnya. Mendengar kabar tersebut, Mitch sontak langsung berniat untuk bertemu kembali dengan sosok penting yang berjasa dalam membantunya menggapai mimpi. Mitch akhirnya bertemu kembali dengan Morrie.
Pertemuan keduanya bagaikan tugas akhir yang ingin selalu diingat oleh mereka berdua. Mereka bertemu di setiap hari Selasa, setiap minggu. Pertemuan Mitch dan Morrie sekaligus menjadi “kuliah” yang membahas tentang nilai-nilai kehidupan.
Sosok Morrie yang hangat, bijak, dan penuh cinta kasih, lagi-lagi dapat membuka mata Mitch yang selama ini memandang dunia dan kehidupan secara berbeda. Meskipun penyakit ALS telah memakan tubuhnya, tetapi Morrie tetap mampu menjadi seseorang yang menginspirasi. Morrie mampu menerima kenyataan dan menikmati keadaannya tersebut.
Meskipun Morrie pastinya sudah mengetahui bahwa waktunya di dunia ini hampir habis. Sebab, studi juga telah menyatakan bahwa sebagian besar penderita penyakit ALS hanya dapat bertahan hidup 2 sampai 5 tahun setelah dirinya diagnosis.
Apakah aku harus menyerah saja dan mati begitu saja, atau aku akan memanfaatkan sisa hidupku ini dengan sebaik-baiknya? Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang biasa akan muncul di benak orang yang didiagnosa dengan penyakit mematikan. Pilihan jawaban atas pertanyaan tersebut hanya berjuang atau menyerah.
Morrie memilih untuk berjuang. Morrie memilih untuk tidak menyerah, dan menjadikan dirinya yang sudah berada di ambang kematian ini menjadi proyek terakhirnya. Ia menjadikan hidupnya menjadi mata kuliah terakhir yang ia bagikan sebelum akhirnya meninggalkan dunia ini.
Proyek makna hidup ini menjadi pusat perhatiannya selama menjalani sisa waktunya. Morrie ingin orang lain dapat belajar tentang makna hidup dari proses kematiannya yang berjalan perlahan.
Setiap hari Selasa, di sesi kuliah privat Mitch dan Morrie, mereka kerap mendiskusikan berbagai hal yang terkait makna kehidupan. Mulai dari mengasihani diri sendiri, tentang dunia penyesalan diri, keluarga, kematian, emosi, uang, takut menjadi tua,cinta yang tak padam, maaf perkawinan, hari yang paling baik, budaya, dan perpisahan.
Pertemuan setiap hari Selasa dengan Morrie menjadikan Morrie seolah menjadi dosen kembali, dan Mitch menjadi muridnya, serta rumah Morrie menjadi tempat kuliahnya. Di salah satu sesi kuliah bersama Morrie, ia menjelaskan pandangannya tentang kematian.
Ia menjelaskan bagaimana kebanyakan umat manusia takut untuk menghadapi kematian, dan tidak bisa menerimanya. Padahal, menurutnya, kematian adalah suatu proses dari kehidupan, layaknya kelahiran. Menurut Morrie kita dapat menjadi lebih siap dalam menghadapi kematian, jika kita menikmati momen setiap pertambahan usia.
Morrie menjelaskan bahwa kebanyakan dari kita tertuntut dan tertekan untuk menjadi seseorang yang sempurna oleh banyaknya stigma dan budaya yang dikembangkan. Padahal, di dalam setiap proses kehidupan, kita jauh dari kata sempurna. Menerima dan menikmati seluruh proses kehidupan merupakan kunci yang ingin Morrie bagikan kepada banyak orang, untuk dapat menjalani kehidupan.
Selain itu, Morrie juga berpendapat bahwa cinta dan kasih menjadi kunci utama juga untuk mendapatkan makna kehidupan yang sesungguhnya. Jika kita tidak memiliki cinta dan kasih, maka itu berarti hidup kita sama saja dengan mati.
Kelebihan Novel Tuesdays with Morrie
Setiap bagian cerita yang ada di buku Tuesdays with Morrie ini dapat menjadi pembelajaran yang berharga mengenai kehidupan. Buku ini mampu membuka mata para pembaca, mengubah pandangan pembaca tentang dunia, dan menjadi referensi untuk menjalani kehidupan dengan lebih baik.
Novel Tuesdays with Morrie ini ditulis dengan sangat indah, sehingga mampu memberikan pencerahan, perasaan hangat, semangat, dan inspirasi bagi para pembacanya. Membaca buku ini bagaikan sedang menikmati hangatnya sinar mentari setelah berhari-hari selalu badai.
Meskipun buku ini dituliskan lebih dari 20 tahun lalu, tetapi isi dari buku ini, seluruh kalimat yang diucapkan Morrie masih relevan dengan masa sekarang yang semuanya serba cepat. Hal ini menjadikan buku ini menjadi salah satu buku yang bersifat timeless atau tak lekang oleh waktu.
Kekurangan Novel Tuesdays with Morrie
Kekurangan dalam Novel Tuesdays with Morrie ini adalah masih terdapatnya kesalahan penulisan. Selain itu, belum ditemukan kekurangan lainnya.
Pesan Moral Novel Tuesdays with Morrie
Kita harus mendefinisikan penuaan sebagai pertumbuhan, bukan hanya sebagai pelapukan. Penuaan tidak hanya bermakna negatif saja, tidak hanya berarti bahwa kita akan mati. Penuaan juga memiliki makna yang positif, yakni bahwa kita dapat mengerti kenyataan bahwa suatu saat kita akan mati, dan karena itu kita berusaha menjalani hidup dengan cara yang lebih baik.
Pada akhirnya, kita tidak akan bisa menolak dan menghindari penuaan. Maka itu, hendaknya kita memahami secara bijaksana akan arti penuaan dan kehidupan. Dengan mengetahui bahwa suatu saat kita akan mati, kita hendaknya mempersiapkan diri dari sekarang.
Salah satunya adalah dengan berbuat baik setiap waktu. Mencoba untuk berperan dalam setiap aspek kehidupan. Memberikan yang terbaik bagi orang lain, dunia, dan diri sendiri. Membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan.
Keseimbangan adalah hal yang sangat penting. Keseimbangan yang dimaksud, yaitu caranya untuk dapat memperkaya diri sendiri bukan hanya dengan pengalaman, tetapi juga dengan kekayaan batin.
Hendaknya kamu selalu menerima masa lalu sebagai hal yang sudah lewat dan tak bisa diubah. Masa lalu tidak perlu disangkal dan tidak perlu disingkirkan.
Kita kerap kali menuntut orang lain untuk berbelas kasih dan memaafkan kita, jika kita berbuat salah. Namun, bersamaan dengan itu kita lupa untuk belajar memaafkan diri sendiri dan juga memaafkan orang lain.
Tidak ada kata terlambat bagi mereka yang ingin memulai. Bahkan, sekalipun ketika ajal sudah berada di depan mata.
Tuhan akan bekerja pada waktu yang tepat dan terbaik, sesuai dengan rencana-Nya. Dan waktu yang tepat itu bukan lah waktu yang kita inginkan.
Bagi kalian yang ingin membaca pengajaran hidup dari Morrie, kalian bisa mendapatkan buku Tuesdays with Morrie karya Mitch Albom ini di www.gramedia.com.
- Novel Fantasi
- Novel Best Seller
- Novel Romantis
- Novel Fiksi
- Novel Non Fiksi
- Buku Tentang Perempuan
- Buku Hijrah Muslimah
- Rekomendasi Novel Terbaik
- Rekomendasi Novel Horor
- Rekomendasi Novel Remaja Terbaik
- Rekomendasi Novel Fantasi
- Rekomendasi Novel Fiksi
- Rekomendasi Novel Dewasa
- Rekomendasi Novel Pernikahan
- Rekomendasi Novel Romantis Korea
- Rekomendasi Novel Romantis Islami
- Rekomendasi Novel Sejarah
- Rekomendasi Novel Tentang Kehidupan
- Rekomendasi Novel Ringan Indonesia
- Rekomendasi Buku Grammar Bahasa Inggris
- Rekomendasi Buku Yang Bagus Untuk Dibaca
- Rekomendasi Buku Bacaan Terbaru
- Rekomendasi Ensiklopedia Islam
- Rekomendasi buku sejarah dunia
- Review Novel Kahlil Gibran Sayap Sayap Patah
- Review Novel Serangkai Valerie Patkar
- Review Novel Totto Chan
- Review Novel Please Look After Mom
- Review Novel Kerumunan Terakhir
- Review Novel 24/7 Menjaga Cinta Sejati
- Review Novel Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI)
- Review Novel Mencintaimu dalam Doa
- Review Novel Geez dan Ann Karya Rintik Sedu
- Review Novel The Song of Achilles
- Review Novel It Ends with Us Karya Colleen Hoover
- Review Novel One of Us Is Lying
- Review Novel Alster Lake
- Review Novel Kafka on the Shore
- Review Novel The Silent Patient
- Review Novel All the Bright Places
- Review Novel The Hating Game
- Review Novel Tuesdays with Morrie (Selasa Bersama Morrie)
- Review Novel Peter
- Review Novel Mozachiko
- Review Novel Inevitably in Love
- Review Novel Layla Majnun
- Review Novel Unfamiliar Twins
- Review Novel Konspirasi Alam Semesta
- Resensi Buku Sebuah Usaha Melupakan
- Review Novel Tapak Jejak
- Review dan Sinopsis Novel Lukacita
- Review Novel Game Over
- Review Novel Heartbreak Motel
- Review Buku Lima Sekawan Beraksi Kembali
- Review Novel Black Showman dan Pembunuhan di Kota Tak Bernama
- Review Novel Hilmy Milan
- Review Novel Home Sweet Loan
- Review Novel Claires
- Review Novel Le Petit Prince
- Review Novel Senja, Hujan, dan Cerita yang Telah Usai