in

Review Novel Layla Majnun

Layla dan Majnun merupakan sebuah kisah asmara yang ditulis oleh sastrawan Persia asal Azerbaijan ternama, yakni Nizami Ganjavi. Layla dan Majnun mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Qais yang jatuh cinta kepada seorang wanita bernama Layla.

Namun, ayah Layla tidak menyetujui hubungan asmara anaknya dengan Qais, dan malah berusaha menjodohkan Layla dengan seorang saudagar kaya. Kisah Layla dan Majnun ini sekilas mirip dengan cerita Romeo dan Juliet yang ditulis oleh William Shakespeare.

Saking miripnya, beberapa tokoh barat seperti Lord Byron menyebut Layla dan Majnun sebagai Romeo and Juliet versi Timur. Namun, umur cerita Layla dan Majnun ini jauh lebih tua daripada kisah legendaris Romeo dan Juliet.

Diketahui bahwa kisah legendaris Layla dan Majnun ini bukan karya orisinal yang ditulis Nizami sendiri, melainkan Nizami terinspirasi dari sejumlah kisah yang berasal dari Tanah Arab. Meski begitu, cerita Layla dan Majnun ini tetap menjadi masyhur sebagai tulisan karya Nizami sendiri.

Sebab, Nizami lah yang berjasa menuliskan kisah ini ke dalam sebuah buku, dan mengenalkan kisah ini kepada masyarakat luas hingga populer.

Kisah Layla dan Majnun terkenal hingga ke sejumlah negara. Maka itu, buku Layla dan Majnun ini pun kemudian banyak diterjemahkan ke bahasa lain, seperti bahasa Indonesia, Turki, Persia, dan India.

Kisah Layla dan Majnun ini menjadi sangat fenomenal, karena membahas tentang cinta tanpa ada sedikit pun kata-kata cinta di antara kedua sejoli yang jatuh cinta, juga tidak ada kontak fisik di antara mereka.

Novel Layla dan Majnun ini juga telah dinobatkan sebagai novel All Time Best Seller, yang memuat kisah cinta legendaris nan indah. Melalui kisah Layla dan Majnun ini, kita dapat mempelajari tentang bagaimana arti cinta yang tulus, dan juga mengetahui bagaimana seseorang dapat berjuang untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

Novel Layla dan Majnun ini cocok untuk dibaca oleh siapa saja, terkhusus lagi bagi kalian yang gemar dan mencintai sastra klasik.

Profil Nizami Ganjavi – Penulis Novel Layla Majnun

Kempalan.com

Jamal ad-Din Abu Muhammad Ilyas ibn-Yusuf ibn-Zakki atau yang dikenal dengan nama pena Nizami Ganjavi merupakan pria kelahiran tahun 1141 di kota Ganja, yang merupakan bagian dari Kesultanan Seljuk, yang kini dikenal sebagai negara Azerbaijan.

Sejak kecil, Nizami sudah menjadi anak yatim piatu. Maka itu, Nizami kemudian dibesarkan oleh pamannya yang bernama Khwaja Umar. Pamannya tidak sembarang membesarkan Nizami seadanya saja.

Sejak kecil, Umar memberikan pendidikan yang berkualitas pada Nizami. Hal itulah yang kemudian membuat pengetahuan Nizami sangat luas, mulai dari bidang matematika, astronomi, psikologi, astrologi, hingga musik.

Review Buku: The Architecture of Love | Point of View

Seiring berjalannya waktu, Nizami kemudian menghabiskan masa hidupnya di Ganja dengan menekuni bidang sastra. Nizami belajar dan terinspirasi dari sastrawan muslim pendahulu asal Persia, seperti Ferdowsi (935/940-1019-1026), dan Sanai (1080-1131/1141).

Pada saat menekuni bidang sastra tersebut, pria yang saat itu dikenal sebagai Ilyas kemudian mencari nama pena, karena ia ingin menerbitkan karyanya. Ia kemudian memutuskan Nizami Ganjavi sebagai nama penanya, nama yang kita kenal hingga sekarang.

Karya pertama Nizami berjudul Gudang Rahasia atau Makhzan-ol-Asrâr, yang diterbitkan pada tahun 1163. Karya Gudang Rahasia ini disebut-sebut terinspirasi dari Hadiqat al Haqiqt, yang merupakan karya sastra tulisan Sanai, karena kedua karya tersebut mengandung cerita yang filosofis.

Nizami kemudian membuat karya kedua yang berjudul Khosrow o Shirin atau Khosrow dan Shirin pada tahun 1177. Kemudian, Nizami pada tahun 1192 menerbitkan karya yang berjudul Leyli o Majnun atau Layla dan Majnun. Pada tahun 1194 menerbitkan Eskandar-Nâmeh atay Kitab Alexander, pada tahun 1197 menerbitkan Haft Peykar atau Tujuh Bidadari.

Keempat karya Nizami dari urutan terakhir bergenre romantis. Tiga karya Nizami selain Layla dan Majnun diketahui terinspirasi dari Shahnameh, yakni karya sastra milik Ferdowsi. Sementara, Layla dan Majnun terinspirasi dari sejumlah karya yang pernah dibaca Nizami.

Salah satu karya yang menginspirasi kisah Layla dan Majnun, yaitu novel kuno Yunani yang berjudul Metiochus and Parthenope. Pada abad ke-11 novel ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab dengan judul Vamiq u Adhra. Novel Vamiq u Adhra ini dikenal sebagai novel romantis Persia.

Layla dan Majnun memiliki premis cerita yang sama dengan Vamiq u Adhra, yakni sepasang kekasih yang saling jatuh cinta satu sama lain. Namun, terdapat sedikit perbedaan pada detail dan alur cerita, seperti keputusan keluarga Layla untuk menjodohkan Layla dengan laki-laki lain.

Kesuksesan Nizami sebagai seorang penulis telah diakui oleh masyarakat dari seluruh dunia. Hal ini juga dibuktikan dengan kisah Layla dan Majnun yang dibuat 829 tahun yang lalu, masih dikenal hingga sekarang. Bahkan, Netflix telah merilis film Layla Majnun pada Februari 2021.

Tepat 12 tahun setelah karya terakhir Nizami terbit, ia meninggal dunia. Hingga saat ini, Nizami bagaikan menjadi sosok yang abadi. Nizami dikenal sebagai pujangga romantis melalui karya-karyanya yang tak lekang oleh waktu.

Sinopsis Novel Layla Majnun

Kisah ini bermula di tanah Arab. Terdapat seorang lelaki muda bernama Qais. Suatu hari, ketika Qais sedang menempuh pendidikan di suatu sekolah agama, Qais bertemu dengan seorang gadis bernama Layla.

Pada detik pertemuan tersebut, Qais langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan gadis bernama Layla itu. Qais tergila-gila kepada Layla, dan ia kemudian terus menulis puisi yang berisi pujaan, yang mengagungkan sosok Layla sang gadis menawan.

Qais juga tak segan membacakan puisi hasil karyanya di sudut-sudut jalan. Qais akan terus membacakannya, tidak memedulikan pendapat orang lain yang mengacuhkannya dan berkata buruk tentangnya.

Layla merupakan seorang gadis yang rupanya sangat cantik. Layla lahir di keluarga yang terpandang dan kaya raya. Berdasarkan latar belakang tersebut, keluarga Layla tentu berharap Layla dapat menikah dengan lelaki yang berasal dari keluarga yang setara dengan keluarganya, agar Layla dapat hidup dengan gelimang harta dan kekayaan.

Namun, cinta yang dimiliki oleh Layla merupakan cinta suci yang hanya akan ia persembahahkan kepada lelaki yang benar-benar ia cinta. Layla kemudian menemukan sosok lelaki itu dalam diri Qais.

Qais dan Layla saling jatuh cinta satu sama lain. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, ayah Layla tidak merestui hubungan asmara anaknya dengan Qais. Layla kemudian pergi meninggalkan Qais, karena tidak mendapatkan restu dari sang ayah.

Layla kemudian dijodohkan oleh ayahnya dengan seorang saudagar kaya yang berasal dari suku Thaqif yang ada di kota Ta’if. Qais mendengar kabar tentang Layla yang akan menikah. Mendengar berita itu, Qais pun patah harapan, lalu pergi meninggalkan rumahnya untuk menuju hutan belantara.

Dikarenakan kepergiannya itu, Qais diberi julukan oleh masyarakat setempat sebagai Majnun yang berarti gila. Layla kini telah menikah dengan seorang saudagar kaya. Namun, Layla ternyata tetap tidak dapat merasakan kebahagiaan.

Dalam hati kecil Layla, ia hanya ingin menikah dengan Qais. Namun, takdir berkata lain. Setelah hidup dan tinggal di Arab Utara bersama suaminya, Layla kemudian meninggal dalam keadaan menanggung rindu kepada cinta sejatinya, Qais.

Qais mengetahui kepergian cinta sejatinya itu, fan kemudian mendatangi pusara Layla dengan perasaan yang sangat sedih. Memang cinta sejati, tak lama setelah kematian Layla, Qais kemudian menyusulnya pergi ke kehidupan lain. Qais kemudian dimakamkan di dekat pusara Layla, sebagai tanda cinta yang tragis, tetapi tidak terpisahkan.

Kelebihan Novel Layla Majnun

Novel Layla dan Majnun ini dituliskan Nizami Ganjavi dengan sangat indah. Layla dan Majnun menawarkan cerita romansa yang sederhana, penggunaan kata-kata dan bahasa juga sesuai dengan latar belakang cerita yang terinspirasi dari sastra Arab ini.

Novel Layla dan Majnun bersifat inspirasional. Maka itu, novel ini dapat memberikan sejumlah inspirasi bagi para pembacanya. Para pembaca dapat menemukan berbagai kesan dan pesan yang menyentuh hati, juga pemaknaan mengenai apa itu cinta sejati.

Novel Layla dan Majnun ini juga sangat cocok untuk dibaca sebagai salah satu bahan pembelajaran bagi anda yang gemar dan menekuni dunia kesastraan. Sebab, bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang estetik ala sastra.

Kekurangan Novel Layla Majnun

Oleh karena penggunaan bahasa yang tinggi ala sastra Arab, syair-syair yang indah dan beberapa kosa kata yang terkandung dalam novel Layla dan Majnun ini mungkin akan sulit dimengerti sebagian orang yang memang awam dengan kosa kata asing.

Pesan Moral Novel Layla Majnun

Cinta sejati nyata adanya. Cinta sejati, yang tak terpisahkan oleh jarak dan waktu. Cinta yang akan terus bertahan tak peduli seberapa besar tantangan yang menghalangi kedua insan yang saling mencintai.

Kita kerap kali hidup dengan dibatasi oleh status sosial, harga diri, dan segala standar buatan manusia lain. Sejumlah hal tersebut bisa dinilai sebagai hal yang baik, tetapi juga bisa membuat kita tak menjalani hidup dengan apa adanya, bahkan menimbulkan berbagai kejadian buruk.

Seperti pada kisah ini, Layla tidak bisa menentukan jalan hidupnya sendiri, karena dibatasi oleh status sosial. Maka itu, Layla tak bisa menikah dengan pria yang menjadi cinta sejatinya, dan selama hidupnya merasa menderita akibat hal itu.

Hidupmu adalah keputusanmu. Jangan biarkan orang lain untuk mengendalikan dirimu. Menaati orang tua adalah hal yang baik, tetapi tak semua hal yang dikatakan orang tua harus anda taati.

Sebab, sebagai manusia, orang tua juga bisa salah. Orang tua juga bukan seseorang yang akan menjalani kehidupanmu. Pada akhirnya, hidupmu adalah milikmu sendiri, anda yang akan menjalaninya.

Jangan menyerah dan terus semangat dalam menghadapi berbagai cobaan dalam hidup. Seberat apa pun cobaan yang diberikan Sang Pencipta bagi kita, kita pasti dapat mengatasinya.

Mengatasi cobaan bukan berarti mendapatkan apa yang kita mau. Mengatasi cobaan juga bisa berarti kita dapat mengendalikan diri, emosi, dan ego kita dalam menghadapi cobaan tersebut.

Jangan membuang waktu untuk sesuatu hal yang memang mutlak tidak mungkin untuk kita lakukan atau kita dapatkan. Sebab, jika begitu, sesungguhnya anda berbuat sia-sia.

Harta bukan segalanya. Hormati orang lain jika dirimu ingin dihormati. Hendaknya kita selalu berbuat sopan kepada siapa pun itu.

Bagi anda yang ingin mengetahui kisah legendaris Layla dan Majnun, anda bisa segera mendapatkan novel Layla dan Majnun karya Nizami Ganjavi ini di www.gramedia.com.

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy