Ekonomi

Klasifikasi dan Berbagai Masalah Ekonomi di Indonesia

masalah ekonomi di indonesia
Written by Rosyda

Masalah Ekonomi Indonesia –  Selama sumber daya tersedia dalam jumlah terbatas sementara kebutuhan manusia tidak ada batasnya maka akan selalu ada masalah perekonomian. Contoh masalah ekonomi misalnya pada kelangkaan beras di Indonesia sementara nasi merupakan kebutuhan pokok sebagian besar masyarakat kita.

Simak penjelasan lebih lengkapnya mengenai masalah ekonomi, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya berikut ini:

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masalah Ekonomi

Dalam permasalahan ekonomi, manusia dihadapkan dengan tuntunan memenuhi kebutuhan hidup baik dari segi pangan, sandang hingga papan. Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah ekonomi sendiri di antaranya :

1. Sumber Daya Alam

Sumber daya alam merupakan segala hal yang berasal dari alam dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup seluruh manusia. Berdasarkan pembentukannya sumber daya alam terbagi menjadi sumber daya yang dapat diperbaharui (jumlahnya tidak terbatas) dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (jumlahnya terbatas dan dapat habis).

Sumber daya alam dan kaitannya terhadap masalah ekonomi berhubungan erat dengan tersedia tidaknya bahan baku karena tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, dan semakin menyempitnya lahan sumber daya alam yang diperoleh.

Untuk lebih memahami mengenai ekonomi sumber daya alam, Grameds dapat membaca buku Ekonomi Sumber Daya Alam yang dilengkapi dengan pendekatan grafik serta matematis yang dapat membantu kamu untuk lebih memahaminya.

Beli Buku di Gramedia

2. Sumber Daya Manusia

Faktor Sumber Daya Manusia (SDM) meliputi ketersediaan tenaga kerja ahli dan profesional. Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai individu produktif yang bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik dalam institusi maupun perusahaan yang dapat secara jelas dipelajari dalam buku Ekonomi Sumber Daya Manusia.

beli sekarang

SDM sebagai elemen utama organisasi dibandingkan dengan elemen sumber daya yang lain seperti modal, teknologi, karena manusialah yang berperan mengendalikan faktor lainnya.

Pengertian Sumber Daya Manusia (SDM) sendiri terbagi lagi menjadi dua yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) Makro atau jumlah penduduk berusia produktif di sebuah wilayah, dan Sumber Daya Manusia (SDM) Mikro yaitu individu yang bekerja pada sebuah institusi atau perusahaan.

Peningkatan kompetensi SDM dapat diwujudkan melalui sejumlah program pendidikan dan pelatihan yang berfokus kepada Pengembangan kepemimpinan, dan kompetensi sesuai dengan minat dan bidang kerja yang ia tekuni.

3. Modal Kerja

Proses produksi tentunya membutuhkan modal kerja agar produksinya dapat selesai dengan baik, serta memenuhi permintaan konsumen. Meski terkadang modal kerja sangat sulit diperoleh, terutama di masa pandemic seperti sekarang.

Sebab dampak Covid-19 bukan hanya berpengaruh pada perseorangan tapi juga pada sektor perbankan sebagai pemberi modal kerja turut mengalami kelumpuhan. Modal kerja sebagai jumlah dari aktiva lancar. Waktu tersedianya modal kerja akan tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dari unsur-unsur aktiva lancar misalnya kas, surat-surat berharga,piutang dan persediaan.

4. Proses Distribusi

Walaupun terbilang sederhana dan merupakan masalah ekonomi klasik. Proses distribusi cukup berpengaruh dalam masalah ekonomi, terutama pada barang-barang pokok yang dihasilkan guna memenuhi kebutuhan distribusi yang merata.

Distribusi sebagai kegiatan atau tindakan memindahkan produk dari pihak supplier kepada konsumen dalam bentuk rantai pasokan (supply chain). Distribusi menjadi salah satu kunci keuntungan bagi perusahaan karena secara langsung akan mempengaruhi biaya produk dan kebutuhan konsumen.

Adanya aktivitas distribusi yang tepat akan sangat berguna untuk mencapai profit perusahaan. Misalnya, perusahaan bisa lebih menekan biaya modal serta menciptakan permintaan dari konsumen yang tinggi terhadap produk tersebut.

Dengan adanya perkembangan teknologi digital di era 4.0 saat ini, proses ditribusi juga akan berubah dan beradaptasi menyesuaikan dengan perkembangan. Bagaimana distributor dapat beradaptasi tersebut bisa kamu pelajari pada buku Panduan Lengkap Manajemen Distribusi.

beli sekarang

5. Tingkat Konsumsi

Perbedaan gaya hidup tentunya berbanding lurus dengan berapa banyak tingkat konsumsi yang dilakukan oleh konsumen. Adanya beberapa faktor yang menyebabkan tingkat konsumsi konsumen terus menurun, hal inilah yang akan menimbulkan masalah ekonomi jika terus menerus terjadi.

Penyebab tersebut diantaranya terbatasnya lapangan pekerjaan. Efek dari terbatasnya lapangan pekerjaan adalah tingginya angka pengangguran yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran.

Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan menurunkan keinginan seseorang dalam membeli barang. Selain itu Kenaikan Harga juga akan berpengaruh besar pada perekonomian.

Penyebab lainnya tentu saja atau proses naiknya harga secara terus menerus. Inflasi sebagai suatu proses turunnya nilai mata uang secara berkesinambungan. Hal ini dapat terjadi karena meningkatnya jumlah kebutuhan namun stok terbatas, biaya produksi atau jasa mengalami kenaikan, atau jumlah uang yang beredar di masyarakat cukup tinggi.

Baca juga : Pengertian Motif Ekonomi Disertai Macam dan Contohnya

Klasifikasi Masalah Ekonomi

1. Masalah Ekonomi Klasik

Pada tahun 1870 berkembang teori ekonomi klasik yang dipelopori oleh Adam Smith. Para penganut teori tersebut mengemukakan bahwa permasalahan ekonomi merupakan satu kesatuan proses yang terdiri dari proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Berikut penjelasannya:

a. Masalah Distribusi

Distribusi adalah tahapan awal dalam proses pemasaran produk. Distribusi sebagai proses marketing yang penting untuk semua jenis industri. Distribusi dapat memberikan nilai tambah bagi produk melalui berbagai fungsi seperti utilitas, tempat, waktu dan hak kepemilikan produk.

b. Manfaat distribusi

Masalah distribusi diantaranya sebagai penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi. Sehingga proses pemasaran akan semakin mudah.

Beberapa faktor yang mempengaruhi saluran distribusi adalah pasar, barang, perusahaan, dan kebiasaan pembeli. Distribusi sendiri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Distribusi langsung dan Distribusi tidak langsung.

c. Masalah Produksi

Produksi adalah suatu proses menghasilkan barang atau jasa yang bertujuan memenuhi kebutuhan konsumen. Meski demikian tentu saja tidak semua kebutuhan manusia dapat terpenuhi, sebab kebutuhan manusia dapat dipenuhi hanya jika ia mengkonsumsi barang atau jasa sesuai kebutuhannya.

Sementara Proses produksi barang dan jasa memerlukan sumber-sumber daya lain, mulai dari sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), sumber daya modal hingga keterampilan pengusaha.

Selain itu setelah barang dan jasa sampai kepada konsumen, permasalahan berikutnya tentu saja apakah barang tersebut akan dikonsumsi atau malah terbuang sia-sia karena harganya yang tidak terjangkau. Ini juga menjadi permasalahan lain yang harus bisa dijawab oleh produsen selaku pembuat produk.

d. Masalah Konsumsi

Konsumsi adalah Kegiatan menggunakan, menghabiskan atau memanfaatkan barang yang dihasilkan oleh produsen. Ada dua faktor yang mempengaruhi kegiatan konsumsi, diantaranya  Pendapatan (karena semakin besar pendapatan yang diterima maka akan semakin besar pula daya belinya).

Di sisi lain, sebagai konsumen, kita harus bisa meningkatkan pendapatan supaya dapat menjangkau produk yang kita inginkan. Selain itu harga barang dan jasa, adat istiadat dan kebiasaan konsumen, hingga barang pengganti atau yang juga dikenal barang subtitusi ini juga akan mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat.

2. Masalah Ekonomi Modern

Inti dari masalah ekonomi modern adalah bagaimana melakukan pilihan yang tepat dalam mengalokasikan sumber daya untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia yang kian beragam. Permasalahan ekonomi modern biasanya kewajiban menjawab diantara tiga pertanyaan, yaitu:

Apa Saja yang akan Diproduksi?

Masyarakat harus memutuskan apa saja barang dan jasa yang diproduksi agar dapat memenuhi kebutuhan tepat sasaran. Produksi barang dan jasa harus selektif dengan skala prioritas yang akurat karena terbentur jumlah sumber daya yang terbatas. Adapun dasar pertimbangan barang dan jasa yang diproduksi adalah:

  • Alokasi sumber daya (alam, manusia, dan modal) yang paling efisien, tujuannya menghemat pemanfaatan sumber daya. Misalnya, penghematan migas, listrik, dan air, serta penggunaan sumber daya alternatif.
  • Skala prioritas kebutuhan pasar, masyarakat akan membedakan kebutuhan mana yang mendesak untuk dipenuhi, kurang mendesak, dan kebutuhan yang tidak mendesak sehingga harus ditunda. Misalnya, prioritas meningkatkan produksi sembako setiap Hari Raya Lebaran dan akhir tahun guna menghindari peningkatan harga yang terlalu tinggi atau munculnya ketimpangan.
  • Daya Beli Masyarakat, barang dan jasa yang beredar harus memiliki harga yang terjangkau oleh sebanyak mungkin warga. Hal ini bertujuan agar konsumsi barang dan jasa tepat sasaran.

Bagaimana Cara Produksinya?

Seleksi dan skala prioritas produksi ditindaklanjuti dengan menentukan strategi yang tepat dalam proses produksi agar tetap efektif dan efisien. Strategi ini kemudian diwujudkan dalam proses produksi yang dilandasi oleh perencanaan dan pengelolaan yang matang. Terdapat beberapa dasar pertimbangan bagaimana seorang produsen melakukan tindakan produksi diantaranya:

  • Pilihan Kombinasi Sumber Daya ,yang digunakan yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya modal. Misalnya, produksi listrik di Pulau Jawa lebih tepat dengan PLTA karena banyaknya sungai di kawasan tersebut.
  • Pilihan Teknologi, sebab memungkinkan produsen untuk menentukan apakah perusahaan akan bergerak dalam kondisi padat karya atau padat modal. Misalnya, pabrik sepatu yang lebih membutuhkan kerja manual, pantas didirikan di wilayah padat penduduk untuk menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja.
  • Efisiensi Biaya Produksi, efisiensi biaya produksi dilakukan agar dengan biaya tertentu dapat diperoleh laba maksimum. Misalnya, suatu percetakan menentukan biaya produksi berdasarkan perkiraan penjualan yang ditargetkan. Dengan cara tersebut maka bisa diperkirakan laba maksimum yang akan diperoleh.

Untuk Siapa Diproduksi?

Efektivitas produksi didasarkan pada pengetahuan siapa yang membutuhkan barang dan jasa hasil produksi bahkan sebelum kegiatan produksi dilakukan. Produsen akan menggunakan berbagai dasar pertimbangan mulai dari menilai daya beli dan minat konsumen, mengetahui segmentasi pasar agar barang dan jasa yang diproduksi jelas ditujukan untuk konsumen sesuai kondisi ekonomi dan sosialnya, menentukan alur distribusi dari produsen ke konsumen agar barang dan jasa benar-benar sampai ke tangan konsumen yang membutuhkan pada saat yang tepat.

Misalnya, pengangkutan dan penyebaran hasil produksi beras dan sembako ke pasar dan warung yang mudah dijangkau oleh konsumen.

Baca juga : Konsep Dasar Ekonomi

Masalah Ekonomi di Indonesia

Persoalan ekonomi dan kesejahteraan sosial masih menjadi permasalahan utama di Indonesia. Berikut ini beberapa diantaranya yang telah dirangkum oleh Ekonom Senior Indef Nawir Messi:

1. Urgensi Memperbaiki Kuantitas dan Kualitas Pertumbuhan Ekonomi

Indef mencatat, Indonesia mengalami pertumbuhan dengan rata-rata laju 5,27% dalam dua dasawarsa terakhir (2000-2018). Namun untuk keluar dari jebakan status negara berpendapatan menengah dan menjadi negara maju, laju pertumbuhan tersebut tidak cukup.

Selain itu, Indonesia juga menghadapi masalah kualitas pertumbuhan ekonomi. Sebab, angka kemiskinan, ketimpangan sosial, dan pengangguran masih tinggi. Porsi PDB juga masih 58,5% terkonsentrasi di Jawa dan mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir.

2. Dilema Pertumbuhan Ekonomi vs. Impor

Tingkat impor Indonesia masih tinggi hal ini dikarenakan output di sektor pertanian dan peternakan kian merendah sementara pertumbuhan penduduk, terutama kelas menengah, terus menerus meningkat.

Impor sendiri adalah kegiatan transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara. Proses impor umumnya adalah kegiatan memasukan barang atau komoditas dari suatu negara lain ke dalam negeri.

Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim dan penerima. Sektor industri juga masih mengandalkan bahan baku impor yang kini pertumbuhannya mencapai 9% dalam tiga tahun terakhir.

Hal ini kemudian memperlihatkan bahwa industri dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan dikarenakan kian bergesernya struktur ekonomi ke arah jasa. Selain itu deindustrialisasi juga terjadi dengan lebih cepat.

Indonesia mengalami penurunan porsi manufaktur terhadap PDB sebesar 7% dalam sepuluh tahun terakhir padahal Thailand dan Malaysia tidak lebih dari 4%. Deindustrialisasi di Indonesia juga diperparah dengan perubahan pola investasi asing (FDI) yang cenderung berada di sektor tersier (jasa, ekonomi digital) dibandingkan sekunder (industri manufaktur).

Dalam mengatur berbagai kegiatan ekonomi yang ada di Indonesia, pemerintah membuat hukum ekonomi yang diberlakukan dan diterapkan oleh semua pihak yang terlibat yang dapat Grameds pelajari dalam buku Hukum Ekonomi Indonesia Suatu Pengantar.

beli sekarang

3. Daya Beli Stagnan

Inflasi secara tahunan tercatat 2,48% dari tahun ke tahun, meski demikian hal ini tidak berhasil mengangkat daya beli yang masih stagnan. Sangat mungkin inflasi rendah saat ini disertai juga dengan penurunan daya beli masyarakat.

Selain itu suku bunga pinjaman yang tetap hingga akhirnya ekspansi dunia usaha pun tidak ikut terakselerasi. Penyebab daya beli yang stagnan dari masyarakat umumnya dipengaruhi oleh pendapatan yang ia terima, harga barang dan jasa, hingga berapa banyaknya barang yang ia konsumsi.

4. Daya Saing Rendah

Dalam tiga tahun terakhir Indonesia sebagai negara tujuan investasi langsung terus mengalami penurunan. Selain itu jumlah perusahaan di Indonesia juga mulai berkurang. Di sisi lain, Vietnam terus menunjukkan peningkatan performa dalam menarik FDI, salah satunya dari Jepang. Berkebalikan dengan Indonesia, popularitas Vietnam bagi investor Jepang terus meningkat dalam tiga tahun terakhir ini.

5. Ketidaksiapan Menghadapi Revolusi Industri 4.0

INDEF memandang, wacana Revolusi Industri 4.0 tidak dilakukan dengan perencanaan matang. Hal ini disebabkan oleh perencanaan mendasar mengenai apa yang perlu dikembangkan di sektor prioritas dan tidak ada perencanaan infrastruktur dasar industri 4.0 yaitu Internet of Things (IoT), selain itu tidak ada perencanaan dalam memitigasi tenaga kerja yang terkena dampak dari pengimplementasian otomatisasi di sektor ini.

6. Inkonsistensi Kebijakan Subsidi Energi

Pada Tahun 2015, subsidi energi dipangkas hingga 65,16% menjadi Rp 119 triliun. Penurunan subsidi terus berlanjut pada 2016 dan 2017. Namun pada tahun 2018, subsidi energi kembali melonjak hingga 57%, dan tahun 2019 naik lagi 4,23%.

Agar subsidi energi tidak terus melonjak, INDEF menilai, pemerintah perlu membenahi sasaran penerima subsidi agar lebih tepat, seperti gas 3 kg, pelanggan listrik golongan 900 VA yang mampu.

Selain itu, komitmen pemerintah menurunkan subsidi energi secara gradual juga harus diikuti dengan pembangunan infrastruktur untuk Energi Baru Terbarukan (EBT) demi mencapai target bauran EBT sebesar 23% pada 2025.

7. Kinerja Pajak Rendah Sementara Rasio Hutang Kian Meningkat

INDEF mencatat tax ratio Indonesia mengalami penurunan selama periode 2012-2017. Pencapaian tax ratio tersebut juga masih jauh dari target dalam RPJMN 2015-2019 sebesar 15,2%.

Penerimaan pajak yang tidak optimal juga tercermin dari shortfall pajak yang masih terjadi. Sementara, peningkatan rasio utang terhadap PDB berbanding terbalik dengan tax ratio. Implikasinya beban pembayaran bunga utang terhadap belanja pemerintah pusat semakin tinggi, dari 11% pada 2014 menjadi 17,13% per.

8. Dana Desa Bermasalah

Alokasi Dana Desa terus meningkat dari Rp 20,8 triliun menjadi Rp 70 triliun tahun ini. Proporsi Dana Desa terhadap Transfer ke Daerah juga terus naik dari 3,45% menjadi 8,47%. Namun, INDEF mencatat, kenaikan dana tersebut tidak berbanding lurus dengan peningkatan indikator sosial di pedesaan.

Masih ada 10 Provinsi dengan tingkat ketimpangan perdesaan yang lebih tinggi dibandingkan level nasional yaitu Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua, dan Papua Barat.

Baca juga : Prinsip Ekonomi

Rekomendasi Buku Ekonomi

1. Globalisasi, Ekonomi Konstitusi, Dan Nobel Ekonomi

globalisasi ekonomi

Beli Buku di Gramedia

2. Ekonomi Moneter: Study Kasus Indonesia

ekonomi moneter

Beli Buku di Gramedia

3. Politik Ekonomi Indonesia

politik ekonomi indonesia

Beli Buku di Gramedia

About the author

Rosyda

Saya adalah Fauziyah dan menulis adalah bagian dari aktivitas saya, karena menulis menjadi salah satu hal yang menarik. Sesuai dengan latar pendidikan saya, tema yang saya suka seputar ekonomi dan manajemen.

Kontak media sosial Instagram saya Rosyda Nur Fauziyah