Agama Islam

Tamyiz Adalah: Dari Segi Ilmu Nahwu dan Fase Perkembangan Anak

Written by Yufi Cantika

Tamyiz Adalah – Apakah Grameds tahu apa itu tamyiz? Jika Grameds tidak mengetahuinya, tidak apa-apa kok sebab dalam artikel ini akan diuraikan mengenai apa itu tamyiz baik dalam segi ilmu nahwu maupun sebagai fase perkembangan anak menuju dewasa. Perlu diketahui ya bahwa ilmu yang mempelajari jabatan kata dalam sebuah kalimat dan harakatnya, terutama pada Bahasa Arab. Jadi memang istilah “tamyiz” ini memiliki pengertian dan pemahaman yang berbeda jika dilihat pada segi ilmu yang berbeda.

Tidak hanya itu saja, bahkan istilah “tamyiz” ini juga dapat menjadi metode belajar khusus untuk belajar bahasa Arab yang biasanya diterapkan pada anak-anak. Target untuk metode TAMYIZ ini adalah anak-anak di tingkat SD/MI dan pemula yang memang sudah dapat membaca Al-Quran. Tak jarang, metode TAMYIZ juga diterapkan supaya mereka lebih menguasai kitab kuning. Lalu sebenarnya, apa sih tamyiz itu, baik dari segi ilmu nahwu maupun fase perkembangan anak menuju dewasa? Bagaimana pula pemahaman mengenai metode TAMYIZ yang ternyata sangat efektif diterapkan pada usia berapapun ini? Yuk simak ulasan berikut ini supaya Grameds memahami hal-hal tersebut!

https://www.pexels.com/

Tamyiz Sebagai Fase Perkembangan Anak

Dalam agama Islam, terdapat fase atau tahapan yang tentu saja harus diperhatikan oleh orang tua terutama dalam proses mendidik anak sebelum mereka mencapai masa balighnya, yaitu sebelum tamyiz dan sesudah tamyiz. Nah, dapat disimpulkan bahwa istilah “tamyiz” dalam hal fase perkembangan anak adalah masa dimana anak-anak itu telah dapat membedakan sesuatu dengan baik. Anak dapat membedakan mana hal yang baik untuk dirinya dan mana yang buruk maupun berbahaya bagi dirinya sendiri. Tidak hanya itu saja, dalam fase tamyiz ini anak secara akal sudah mampu menilai sesuatu yang bermanfaat atau tidak, memiliki rasa malu, hingga mampu membedakan kanan dan diri.

Pencapaian usia tamyiz ini juga sangat dipengaruhi banyak hal lho, mulai dari materi pelajaran, peringatan, hingga arahan yang berasal dari orang tua. Maka dari itu, dalam fase tamyiz ini seorang anak harus mendapatkan banyak perhatian dari orang tua seiring dengan pertumbuhan akalnya. Pada masa sebelum tamyiz dan sesudah tamyiz, biasanya orang tua akan menggunakan metode pendidikan berupa mendengar dan menyimak, sebab pada usia dini memang anak telah diberikan ingatan yang sangat kuat, terutama pada hal-hal yang telah dilihat dan didengarkannya.

Menurut Abu Zahrah, seorang ahli fi1h, telah membagi fase perkembangan anak, yakni:

  1. Ash-Shobiy atau At-Tifl (anak kecil)
  2. Mumayiz atau tamyiz (mampu membedakan sesuatu)
  3. Murabiq (menjelang usia baligh)
  4. Baligh (sudah mampu diberi beban hukum. Biasanya pada anak laki-laki akan ditandai dengan bermimpi basah sekitar usia 14 tahun, sementara pada anak perempuan akan mengalami haid sekitar usia 11 tahun).

Nah, anak yang telah memasuki fase tamyiz nantinya akan mengalami perubahan baik secara emosi maupun sosial. Dalam agama Islam, anak yang telah beranjak tamyiz ini dinyatakan telah memiliki kedudukan dan peran hukum tersendiri. Hal tersebut sesuai dengan hadits yang telah diriwayatkan oleh Abu Dawud no.277.

Kala itu, dikisahkan terdapat seorang wanita yang tengah mendatangi Rasulullah SAW dan mengadu, “Suamiku ingin pergi membawa anakku”, maka Rasulullah SAW pun bertanya kepada anak kecil tersebut. “Wahai anak kecil, ini adalah ayahmu dan itu ibumu. Pilihlah siapa yang engkau inginkan!”. Anak kecil itu kemudian menggandeng tangan ibunya dan kemudian berlalu…

Berdasarkan hadits tersebut, menyatakan bahwa anak kecil itu telah memasuki fase tamyiz sehingga mampu memilih sekaligus menunjukkan sikap mandiri.

Usia Tamyiz dan Karakteristiknya

Dalam beberapa sumber, menyebutkan bahwa masa tamyiz adalah anak-anak yang berkisar usia 7-12 tahun dan telah mampu membedakan antara mana hal yang baik dan salah. Demikian juga yang telah diterangkan oleh Khalid Asy-Syantut, bahwa usia tamyiz ialah usia 7 tahun hingga baligh.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Dalam Usia Tamyiz

Sama halnya dengan ilmu psikolog mengenai perkembangan anak yang menyatakan bahwa perkembangan yang dialami oleh setiap anak itu berbeda-beda, sebab memang dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya:

a) Faktor Lingkungan

Keberadaan lingkungan menjadi faktor pertama dalam hal perkembangan anak. Seperti yang telah dikemukakan oleh Hadits Nabi Rasulullah SAW, yang menyatakan bahwa anak-anak terlahir dalam keadaan fitrah, tetapi kemudian lingkungannya lah yang mengubah mereka menjadi menyimpang dari fitrahnya. (berdasarkan Masganti Sitorus, 2015, hal 15).

b) Faktor Makanan

Makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak usia itu juga berpengaruh pada perkembangan mereka lho. Baik dalam perkembangan otak maupun fisiknya, makanan-makanan yang mereka konsumsi haruslah mengandung vitamin dan gizi baik. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah makanan tersebut adalah makanan yang halal, sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah SWT dalam Surah Al-Maidah ayat 88.

c) Faktor Keteladanan

Faktor ini juga penting dalam hal perkembangan seorang anak, sebab memang pada dasarnya anak akan cenderung meniru apa yang dilakukan oleh anggota keluarga dan lingkungannya. Artinya, pada masa tamyiz ini anak akan menyerap akhlak yang ada di sekitarnya, termasuk dengan meniru atau meneladani hal-hal baik.

d) Faktor Teman

Keberadaan teman dalam kehidupan seorang anak berusia 7-12 tahun juga dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif lho… Anak yang baik cenderung akan dapat memilih teman yang baik sehingga mereka akan saling meniru nilai-nilai utama dan perilaku yang baik. Meskipun dalam hal ini kita memang tidak diperbolehkan untuk membeda-bedakan teman, tetapi jika dalam hal pengaruh positif dan negatif, anak-anak memang harus diberikan bimbingan.

At-Tirmidzi juga pernah meriwayatkan sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi: “Seseorang itu sesuai kebiasaan temannya. Maka hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan siapa yang ia temani.” 

e) Faktor Pengalaman

Beberapa ahli perkembangan anak pernah menekankan bahwa terlalu sedikitnya perhatian yang diberikan untuk pengalaman di kemudian hari itu juga akan berkaitan dengan proses perkembangan anak. Yap, anak-anak yang dapat menerima pandangan bahwa pengalaman diri mereka dapatkan itu ternyata memberikan sumbangan penting bagi proses perkembangannya.


Tamyiz Sebagai Kata atau Lafadz Pada Sebuah Kalimat

Pengertian Tamyiz Dalam Ilmu Nahwu

Dalam ilmu nahwu, tamyiz adalah sebuah kata atau lafadz yang dibaca manshub (yang disebutkan untuk menekankan perbuatan, atau menjelaskan jenis dan bilangannya), sehingga berfungsi menjelaskan isim yang samar pada sebuah kalimat. Nah, pada praktiknya, keberadaan tamyiz akan memiliki hubungan dekat dengan fa’il (subjek) dan maf’ul (objek).

Singkatnya, tamyiz ini adalah kata benda manshub yang biasanya digunakan untuk lebih memperjelas maksud dari kalimat sebelumnya, terutama yang bersifat rancu. Contoh:

اشْتَرَيْتُ رِطْلًا عَسَلًا: Aku membeli satu rithl madu

Dalam kalimat tersebut, terdapat kata (عَسَلًا) yang menjadi penjelas bagi kata sebelumnya yakni (رِطْلًا) yang memang bersifat samar.

Tamyiz dapat disebut juga dengan kata benda (isim), dengan syarat benda tersebut memang dapat berupa benda konkrit maupun abstrak. Dalam penerapannya, setiap kata benda (terutama pada Bahasa Arab) itu dapat dinyatakan sebagai tamyiz dan keadaan huruf terakhirnya haruslah dibaca secara nashab. Perlu diketahui juga ya Grameds bahwa keberadaan tamyiz ini memiliki 2 fungsi yakni untuk mempertegas dzat dan menjelaskan objek (terutama ketika ingin menjelaskan benda setelah menyebutkan angka atau jumlah).

Jenis-Jenis Tamyiz dan Contohnya

1. Tamyiz Dzat atau Mufrad

Yakni tamyiz yang menghilangkan kesamaran pada kalimat isim sebelumnya, yang mana telah menunjukkan ukuran dan hitungan. Dengan kata lain, tamyiz jenis ini akan berupa kalimat yang menjelaskan isim mubham yang diucapkan atau dilafalkan. Contohnya adalah عشر كوكبا احد رأيت (Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang). Nah, dalam hal ini, tamyiz dzat dibagi lagi menjadi lima macam yakni:

a) ‘Adad

  • ‘Adad Sonh, yakni kalimat yang memang telah diketahui ukurannya, seperti bilangan satu, sepuluh, sebelas, dan lainnya.  Contoh: بأربعة قرأت (aku telah membaca empat buku). Dalam contoh ini, tamyiz-nya berbentuk majrur alias isim yang berharakat kasrah.
  • ‘Adad Mubham, yakni kalimat kiasan yang memiliki bilangan dan lafalnya tidak diketahui ukurannya. Pada jenis ini terdapat lafaz-lafaz khusus, yakni:

b) Ukuran 

Tamyiz jenis ini termasuk dalam miqdar yakni berupa ukuran, timbangam, takaran, dan yang menunjukkan alat untuk mengukur. Contoh untuk ukuran adalah:

  عندي قصبة أرضا (aku mempunyai sebidang tanah)

c) Yang menunjukkan arti menyerupai ukuran

Dalam tamyiz jenis ini, kalimatnya akan menunjukkan sesuatu dengan menyerupai ukuran tidak tertentu sebab memang tidak bisa diukur dengan alat tertentu.

Contoh :البصر ارضا مد عندى (aku mempunyai tanah sepanjang pandangan mataku)

d) Yang menunjukkan arti ukuran

Dalam tamyiz jenis ini, kalimatnya akan berlaku seperti kalimat yang menunjukkan arti ukuran.

e) Isim yang menjadi cabang bagi tamyiz

2. Tamyiz Nisbah atau Jumlah

Yakni jenis tamyiz yang menghilangkan kesamaran pada nisbah dalam jumlah. Dengan kata lain, tamyiz jenis ini merupakan isim nakirah yang memperjelas adanya suatu jumlah yang masih samar nisbahnya. Contoh:

Tamyiz jenis dibagi lagi menjadi dua macam, yakni muhawwal dan ghairu muhawwal.

a) Muhawwal 

  • Yang tamyiznya berasal dari fa’il

Contoh:

  • Yang tamyiznya berasal dari maf’ul

Contoh:

  • Yang tamyiznya berasal dari mubtada

Contoh:

b) Ghairu Muhawwal

Yakni yang tamyiz-nya tidak dipindahkan dalam bentuk apapun. Contoh:

Kaidah-Kaidah Dalam Tamyiz

  • Tamyiz harus berupa isim nakirah.
  • Keadaan kalimat harus sempurna.

Tamyiz Sebagai Metode Belajar Bahasa Arab

Berbeda dengan uraian sebelumnya, dalam hal ini TAMYIZ menjadi salah satu metode untuk menerjemahkan Al-Quran, bahkan hanya dalam 24 saja. Maka dari itu, metode TAMYIZ ini juga sekaligus menjadi metode paling efisien dalam proses mempelajari bahasa Arab. Pada dasarnya, metode TAMYIZ ini berpusat pada proses menerjemahkan huruf Arab dan diulang berkali-kali.

Sejarah Metode TAMYIZ

Metode TAMYIZ sebagai proses belajar bahasa Arab ini ditemukan oleh (Alm) K.H. Anas Tamyiz yang berasal dari Indramayu. Sedikit trivia ya Grameds, K.H. Anas Tamyiz adalah putra ketiga dari K.H. Tamyiz bin Sentot AB yang merupakan santri K.H Syatori di Pesantren Arjawinangun di Cirebon dan K.H. Harun di Pesantren Kempek Cirebon. Nah, setelah selesai belajar di pesantren, K.H. Anas Tamyiz meneruskan pembelajaran di Tajud peninggalan ayahnya. Beliau juga menjadi pentashih Al-Quran dan kitab-kitab yang kala itu diterbitkan oleh Penerbit Ma’arif, Bandung.

Suatu waktu, K.H. Anas Tamyiz pernah berpesan bahwa: “Pahami metode belajar dengan menggunakan Al- Quran seperti ini. Maka belajar kitab kuning akan terasa lebih mudah dan bisa dipelajari sendiri (otodidak). Beginilah dulu cara saya mengaji kepada Kyai Syatori dan Kyai Harun.”

Alasan Metode TAMYIZ Efektif Untuk Belajar Bahasa Arab

Hingga saat ini, keberadaan metode TAMYIZ telah dinilai efektif untuk mempelajari Bahasa Arab terutama bagi anak-anak usia dini dan pemula. Terdapat beberapa alasan mengapa metode ini sangat efektif untuk menguasai Bahasa Arab yang juga bahasa Al-Quran, yakni:

  1. Sebab metode TAMYIZ ditemukan oleh orang Indonesia, sehingga cara mengajarnya juga akan disesuaikan dengan logika berpikir sekaligus cara berbahasa orang Indonesia pada umumnya.
  2. Dalam belajar Nahwu Shorof, anak biasanya akan diajari mengenai kalimat (kalam). Padahal seharusnya, mereka diajarkan mengenai “kata” terlebih dahulu, baru kalimat. Sesuai urutannya jika dalam struktur bahasa.

Nah, dengan menggunakan metode TAMYIZ yang mana mengajarkan struktur bahasa terkecil dahulu yakni “kata”, kemudian baru susunan “dua kata”, dan seterusnya hingga mencapai sebuah “kalimat”. Terlebih lagi, dalam metode ini memang hal yang pertama kali diperkenalkan adalah “huruf”.

Berhubung kosakata bahasa Arab itu ada ribuan, kurang lebih sekitar 500.000 kata, tetapi yang digunakan dalam Al-Quran adalah 2.065 kata saja, maka pembelajarannya perlu diulang-ulang sehingga total kosakata menjadi sebanyak 77.865 kata. Jika diuraikan maka akan menjadi sebagai berikut:

  • Huruf: ada 175 kata, nantinya akan diulang sebanyak 26.787 kali.
  • Isim: Ada 146 kata yang sama terjemahannya, nantinya akan diulang sebanyak 7.736 kali. Kemudian, ada 383 kata yang sering diulang sebanyak 14.630 kali.
  • Fi’il: Ada 68 kata yang sama terjemahannya, akan diulang sebanyak 2.577 kali. Kemudian ada juga 167 kata yang sering diulang hingga 13.905 kali.

Teknik Belajar Pada Metode TAMYIZ

1. LADUNI (Teknik Belajar)

Dalam bahasa Jawa, “Laduni” ini berarti ‘ilate kudu muni’ alias lidahnya harus berbunyi. Maksudnya, dalam belajar Al-Quran menggunakan metode TAMYIZ ini suaranya harus lantang. Hal ini juga sekaligus dapat mengoptimalkan potensi otak kanan dan otak bawah sadar supaya hasil belajar lebih maksimal. Terlebih lagi, metode TAMYIZ ini memang tidak hanya dikuasai dengan membaca saja, tetapi harus menggunakan suara juga.

Nah, dalam menghafal kosakata menggunakan metode ini, harus diiringi dengan lagu yang memang sudah familiar dan bersuasana ceria. Metode TAMYIZ memang menggabungkan proses kerja antara otak kiri (untuk berpikir), otak kanan (untuk bernyanyi), alam bawah sadar (untuk mengulangi). Jika diuraikan dalam istilah psikologi maka, teknik LADUNI akan melibatkan hal-hal berikut:

  • Auditorial (as sam’u), yakni belajar dengan cara mendengarkan melalui intonasi.
  • Visual (al abshor), yakni belajar dengan cara melihat.
  • Kinestetik (al af-idah), yakni belajar dengan cara merasakan melalui bahasa tubuh, resonansi, dan pengulangan.

2. SENTOT (Teknik Mengajar)

Teknik SENTOR ini adalah teknik mengajar dengan cara ustad (guru) akan membimbing anak didiknya (santri) untuk menirukan apa yang telah disampaikannya, sehingga santri akan mudah mengerti, memahami, dan mengajarkan kembali pada orang lain. Seorang ustadz sebagai pengajar harus mampu mengajarkannya dengan bahasa hati dan suasana belajar juga harus menyenangkan, bukan yang penuh ketegangan.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

Sumber:

Al-gifari, A. D. (2019). التمييز. Jurnal Shaut Al-Arabiyah, 7(2), 160-172.

Erzad, Azizah Maulina. (2017). PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK SEJAK DINI DI LINGKUNGAN KELUARGA. ThufuLA, Vol 5 (2).

Izzah, N., Sonia, G., Haromiah, I., Lisa, H. R., & Putri, Y. F. (2022). PARENTING LANGKAH MENDIDIK ANAK DAN MENGAMALKAN AJARAN ISLAM. Jurnal Multidisipliner Bharasumba, 1(01 April), 188-197.

Khusni, M. F. (2018). Fase perkembangan anak dan pola pembinaannya dalam perspektif Islam. Martabat: Jurnal Perempuan Dan Anak, 2(2), 361-382.

Purnama, M. D., Maulida, A., & Sarbini, M. (2019). Implementasi Metode Pembelajaran Alquran Bagi Santri Usia Tamyiz Di Kuttab Al-Fatih Bantarjati Bogor. Prosa PAI: Prosiding Al Hidayah Pendidikan Agama Islam, 1(2B), 179-191.

Apa Itu Tamyiz?

https://cianjurkotasantri.com/fase-tamyiz/

Baca Juga!

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika