in

Review Novel When We Were Young Karya Auryn Vientania

Grameds mungkin sudah mengenal sosok penulis muda bernama Auryn Vientania. Mungkin dari bukunya yang populer, Alster Lake, atau cerita Alternate Universe yang viral. Auryn kembali lagi melahirkan karya baru yang sebelumnya dipublikasi di platform X, dan kini sudah diterbitkan menjadi buku cetak. Novel When We Were Young yang akan dibahas pada artikel kali ini dicetak pertama kali pada Juli 2023 oleh Penerbit bukune.

Novel dengan 204 halaman ini mengisahkan tentang 4 orang sahabat di SMA. Sudut pandang yang digunakan adalah salah satu dari mereka berempat, yang menceritakan profil masing-masing anggota dan masalah yang mereka hadapi. Mulai dari masalah pertemanan, percintaan, hingga keluarga.

Tidak ada yang mengira, keempat sosok yang saling berseberangan ini mempunyai satu titik tujuan yang sama. Mulai dari preferensi mereka untuk menghabiskan waktu bersama, saling menyimpan banyak rahasia dan melakukan hal-hal gila yang tidak pernah diketahui orang lain. Ketika tak ada lagi yang ingat tentang apa yang sudah mereka lalui saat muda, buku diary Liza yang berjudul When We Were Young, akan menjadi jawabannya.

Novel ini adalah novel persahabatan yang akan membuat pembaca ikut bernostalgia bersama para tokohnya. Yuk intip buku diary Liza dengan membaca artikel ini hingga selesai. Selamat membaca!

Profil Auryn Vientania – Penulis Novel When We Were Young

Penulis muda yang satu ini populer di media sosial X dengan nama akun @auriesa. Saat ini, Auryn Vientania sudah memiliki total 123,8 ribu pengikut di X. Jumlah pengikut yang sangat banyak ini diperoleh dari hasil kreativitas dan kerja kerasnya untuk menulis cerita-cerita yang digemari banyak orang.

Cerita When We Were Young juga menjadi salah satu  Alternate Universe (AU) yang ditulis Auryn. Kisah ini pertama kali dipublikasikan di media sosial X pada April 2021. Hingga saat ini, per Februari 2024, AU ini sudah dilihat sebanyak 1 juta kali, disukai 27 ribu orang, dan diunggah ulang sebanyak 8,3 ribu kali. Kisah alternate universe yang sangat populer ini kemudian berhasil lagi membawa Auryn untuk menerbitkan cerita ini dalam bentuk novel cetak.

Adapun Auryn Vientania kini sudah melahirkan 4 novel, yaitu Alster Lake, Turning Page, When We Were Young, dan If We Make It Through December. Bagi kalian yang ingin mengenal sosok Auryn lebih dekat, bisa mendapatkan buku-buku karyanya dan mengikuti akun X miliknya.

Sinopsis Novel When We Were Young

Untuk: Gemma, Milo, dan Luca

Dari: Liza

Subjek: We Will be Remembered

Salah satu cara untuk mengingat adalah dengan menyimpan. Aku membuat sebuah CD yang berisi lagu-lagu yang sering kita dengarkan ketika bermain di rumah Milo. Baik itu lagu yang sering kita dengan di supermarket, yang ada di kaset milik ayahnya Milo, atau sekadar lagu random yang ada di radio.

Meskipun aku tidak hafal semua lagu di dalam CD itu, tetapi setiap lagu selalu mampu membawaku untuk kembali ke beberapa momen kita bersama. Tidak selalu lagu sedih yang mengingatkan akan momen sedih, lagu dengan ritme paling bahagia pun bisa membawaku ke momen sedih.

Dear Gemma, Milo, and Luca, suatu hari nanti, saat aku sudah punya anak, aku akan menceritakan tentang kalian kepada mereka. 

One day, we will be remembered.

Kelebihan dan Kekurangan Buku When We Were Young

Pros & Cons

Pros
  • Tampilan sampulnya mengilustrasikan para tokoh utama dengan menarik.
  • Novel ini menyajikan kisah yang berfokus pada masalah dalam lingkup pertemanan dan percintaan yang sering dihadapi oleh masyarakat.
  • Auryn menggunakan dua bahasa dan pilihan kata ala anak muda yang tidak formal, sehingga mudah dimengerti.
  • Pembaca bisa menemukan puisi, coretan, dan ilustrasi yang indah di dalam novel ini. 
Cons
  • Pada bagian pertengahan cerita, pembaca menilai alur cerita menjadi datar. 

 

Kelebihan Novel When We Were Young

Dari penjelasan di atas, sudah terlihat ya kelebihan yang dimiliki novel When We Were Young. Dari tampilan sampulnya saja sudah bisa menarik perhatian semua orang yang melihatnya. Dengan konsep ala buku tahunan, Auryn mengilustrasikan para tokoh utama dengan menarik. Auryn dipuji karena bisa menciptakan dan menggambar karakter yang berbeda.

Review Buku: The Architecture of Love | Point of View

Novel ini menyajikan kisah yang berfokus pada masalah dalam lingkup pertemanan dan percintaan yang mungkin sering dihadapi oleh masyarakat. Maka dari itu, pembaca dapat merasa relate dengan kisah ini beserta konfliknya, juga bisa dengan mudah memahami kisah ini. Hal ini kemudian membuat novel ini menjadi sangat page turner!

Dari segi penulisan Auryn menggunakan pilihan kata ala anak muda yang tidak formal. Auryn juga menggunakan gabungan dua bahasa atau bilingual, yakni bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Tenang saja Grameds, meskipun menggunakan bahasa asing, kata-kata yang dipilih mudah untuk dipahami, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari.

Lalu, pembaca juga bisa menemukan puisi, coretan, dan ilustrasi yang indah di dalam novel ini. Secara keseluruhan, novel ini sangat cocok bagi kamu yang suka cerita ringan dan halaman yang sedikit, juga diwarnai dengan ilustrasi.

Kekurangan Novel When We Were Young

Selain memiliki kelebihan, novel When We Were Young ini masih memiliki kekurangan. Alur cerita novel ini dinilai ringan untuk dibaca, tetapi pada saat memasuki pertengahan cerita, pembaca menilai alurnya menjadi datar. Konflik yang diangkat tidak terlalu berkesan. Hal ini membuat pembaca ingin menuntaskan buku ini saja. Namun, ilustrasi cantik yang mendominasi mendukung ceritanya.

Pesan Moral Novel When We Were Young

Dari novel When We Were Young ini, kita bisa mempelajari beberapa hal yang pasti terjadi. Seperti tidak ada yang benar-benar menyadari ketika masa muda mereka sudah berlalu, dan tidak ada yang bersifat abadi. Momen-momen yang kita pikir tidak akan berakhir, sebenarnya sudah menjelang akhir. Kita mungkin tidak akan menyadari pada titik apa, kapan, dan di mana momen tersebut berakhir.

Dari kisah ini juga, kita kembali diingatkan bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Meski begitu, kita harus terus bersyukur, karena tidak semua orang dapat merasakan apa yang kita rasa. Syukuri saat ini, keberadaan orang-orang di sekitar kita, hal-hal kecil yang membuat kita senang, dan lain-lain.

Grameds, itu dia ulasan novel When We Were Young karya Auryn Vientania. Penasaran akan keseruan keempat sekawan ini? Yuk bernostalgia bersama mereka dengan mendapatkan novel ini hanya di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap menyediakan buku dan informasi terlengkap untuk kamu.

Penulis: Gabriel

 

Rekomendasi Buku

Alster Lake Karya Auryn Vientania

Alster Lake

Cerita ini berawal dari kisah seorang perempuan bernama Alea yang meninggalkan bukunya di perpustakaan, yang kemudian seseorang menemukan buku itu. Alea menceritakan betapa sukanya ia pada karakter fiksi di buku Alster Lake karya Dean Bjorn. Namun ternyata seseorang yang mengembalikan buku itu adalah penulisnya sendiri.

Memiliki ketertarikan yang sama tentang Jerman, Dean Bjorn jatuh cinta untuk pertama kalinya pada pembacanya itu. Ia menyatakan cintanya ketika mereka sedang berlibur bersama di Hamburg, di tepi Alster Lake, menggunakan surat cinta. Tentu saja Alea tidak menolak, karena dari awal ia sudah jatuh cinta pada karakter fiksi yang dibuat oleh Dean, yang ternyata karakter itu adalah dirinya sendiri.

Seiring berjalannya waktu mereka menjalin hubungan, ada satu masalah yang membuat mereka tak lama kemudian mengakhiri hubungan itu. Dean yang hilang kabar karena sibuk mementingkan studinya ke Jerman, sedangkan Alea yang tidak memberinya waktu untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.

Mereka kembali menjadi dua orang asing. Tiba-tiba saat itu Alea menemukan judul buku yang tidak asing baginya, Alster Lake 2. Dimana buku itu menceritakan tentang seorang perempuan yang berarti bagi Dean. ketika membaca halaman terakhir buku itu, ia merasa buku itu tertuju pada dirinya. Dengan keberaniannya, ia berangkat ke Jerman dan mencari sosok laki-laki itu untuk menyelesaikan semuanya.

 

Turning Page Karya Auryn Vientania

turning page

Turning Page adalah sebuah buku yang berisi tulisan kecil dan gambar-gambar manis dari Dean Bjorn tentang kekasihnya bernama Alea Khiar. Cerita bermula dari kisah seorang perempuan bernama Alea yang tanpa sadar meninggalkan buku miliknya di perpustakaan dan buku itu ditemukan oleh seseorang. Alea bercerita bahwa dia sangat suka karakter fiksi yang ada pada buku Alster Lake Karya Dean Bjorn. Tanpa disangka sosok yang mengembalikan buku miliknya adalah penulis itu sendiri.

Alea dan Dean sama-sama memiliki ketertarikan pada Jerman, dan untuk pertama kalinya Dean jatuh cinta pada Alea, pembaca karyanya itu. Dean menyatakan cintanya pada saat mereka liburan bersama di Hamburg. Dengan menggunakan surat cinta, Alea tidak menolak pernyataan cinta itu, karena sejak awal Alea sudah jatuh cinta dengan karakter fiksi yang dibuat Dean namun kenyataannya karakter itu adalah Dean sendiri.

Sebenarnya, Dean tak pernah ingin menggambar manusia di buku sketsanya. Menurutnya menggambar adalah untuk mengabadikan sesuatu. Dan manusia tidak pernah abadi. Untuk apa digambar jika mereka bisa berubah sewaktu-waktu? Tetapi, Alea adalah pengecualian. Memang, gadis itu sama seperti manusia pada umumnya, yang bisa berubah kapan saja. Mungkin tujuan Dean bukan untuk mengabadikan. Dia hanya ingin berharap agar Alea tidak berubah agar Alea selalu menjadi perempuan yang Dean kenal.

 

If We Make It Through December Karya Auryn Vientania

if we make it through december

Desember bagi Amai adalah waktu untuk menonton pertunjukan teater Bhanu-lelaki yang ditemuinya tiga bulan lalu, tapi rasanya sudah ia kenal sejak lama.

Desember bagi Asyera adalah perenungan tentang perjalanan enam tahun bersama kekasihnya, Alga. Haruskah ia bertahan hanya karena sudah terlalu lama bersama?

Desember bagi Djoeli adalah pertemuan-pertemuan dengan Khadafi dalam ruangan rapat. Mencuri pandang sambil menaruh harap di antara dua puluh lima orang lainnya.

Desember bagi Keisha adalah kesempatan untuk membalik permainan dengan menyatakan cinta kepada Laskar setelah membuat laki-laki itu menunggu selama setahun.

Desember bagi Alesha adalah sendiri bersama salju musim dingin di Turki, menunda pulang ke Jakarta, karena takut bertemu masa lalu.

Desember adalah perhentian, tapi juga keputusan. Titik balik, juga titik Dan jikalau semua ini telah berlalu, apa yang akan terjadi pada mereka?

Berapa lama waktu yang dibutuhkan seseorang untuk mengenal orang lain? Seminggu? Sebulan? Setahun? Pertanyaan yang setiap hari berenang di benakku. Gaduh dan gemuruh pertanyaanpertanyaan itu kutanyakan pada diri sendiri. Mungkin untuk mengenal seseorang membutuhkan jeda agar dapat memilahmilah.

Banyak orang datang di hidupku, ada yang sudah mengenal bertahun-tahun namun hanya sebatas tahu nama, ada yang baru mengenal beberapa minggu tapi sudah terasa akrab. Banyak orang itu pun tak menjamin mereka akan tetap tinggal, tapi ada berapa kebetulan yang bisa kuharapkan?

 

Sumber:

https://www.goodreads.com/book/show/204891306-when-we-were-young

Written by Gabriela

Hai, saya Gabriel. Saya mengenal dunia tulis menulis sejak kecil, dan saya tahu tidak akan pernah lepas dari itu. Sebab, segala informasi yang kita dapat setiap hari, salah satunya berbentuk tulisan. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya untuk bisa turut memberikan informasi melalui tulisan saya.

Membuat karya tulis akan selalu menyenangkan bagi saya, karena saya bisa terus belajar melalui kata-kata. Setiap kali menulis, saya akan terlebih dahulu membaca sumber untuk memperoleh informasi yang tepat. Keseluruhan proses merangkai kata tersebut adalah proses pembelajaran yang tak berkesudahan.

Saya suka menulis review buku, karena setiap buku menyajikan dunia yang baru dan memberikan banyak pengetahuan baru. Saya juga suka menulis tentang dunia kuliner dan trivia, karena ada banyak fakta unik, tips, dan juga trik yang bisa saya coba praktikkan.

Keahlian
Review buku
Kuliner
Trivia

Pendidikan
Universitas Multimedia Nusantara

Linkedin: Gabriela Estefania
Instagram: @gaby_tandean