in

Review Novel Rasina Karya Iksaka Banu

Rasina – Sejarah negeri ini dapat terbilang tidak ada habisnya. Apalagi, peristiwa-peristiwa di masa lampau yang terjadi di Indonesia sangat beragam dan juga sangat menarik. Baik itu peristiwa yang menyenangkan, mengharukan, menegangkan, menyeramkan, atau menyedihkan. Semua itu sangat menarik untuk dikulik dan dipelajari.

Di Indonesia sendiri, bidang pendidikan selalu mencantumkan sejarah sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa. Kita juga pastinya pernah belajar sejarah di sekolah dan mengetahui sejarah umum negeri tercinta ini kan, Grameds? Selain dapat dipelajari di sekolah, kita juga bisa terus mempelajari sejarah melalui buku-buku sejarah.

Bukan hanya buku pelajaran saja, sekarang ini, banyak novel yang mengangkat tema sejarah Indonesia. Salah satunya adalah Novel Rasina yang akan kita bahas pada artikel ini. Novel Rasina ditulis oleh Iksaka Banu, seorang penulis asal Indonesia yang memang gemar menulis buku-buku cerita dengan tema sejarah Indonesia.

Karyanya yang berjudul Semua untuk Hindia sukses menarik hati banyak pembaca. Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya buku tersebut menjadi pemenang Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa oleh karena nilai seni yang tinggi dan kepadatan isi yang dimuatnya. Kini, Iksaka Banu kembali menerbitkan novel yang tidak kalah menarik, dengan cerita sejarah yang kental.

Novel dengan total 616 halaman ini diterbitkan oleh Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), dengan terbitan terbaru pada 23 Februari 2023. Novel Rasina ini memuat kisah mengenai masa penjajahan yang penuh dengan kekerasan, salah satunya adalah praktik perbudakan. Melalui buku Rasina, Iksaka Banu menceritakan tentang Rasina, seorang wanita yang merupakan budak bisu. Dari sosok leluhurnya, telah menjadi korban pembantaian massal oleh Jan Pieterszoon Coen ketika VOC berusaha memonopoli perdagangan pala di Banda pada 1621.

Menjalani profesi sebagai pelayan rumah tangga, Rasina pun mengalami beragam cobaan yang membuat dirinya menjadi saksi hidup dari banyak hal dan kejadian yang tak terduga dan tanpa disadari mengancam hidupnya. Namun juga membawa harapan baru. Harapan apakah yang dimaksud? Daripada Grameds penasaran, simak artikel ini hingga selesai, ya!

Profil Iksaka Banu, Penulis Novel Rasina

Sebelum masuk ke pembahasan karyanya, kita kenali penulisnya dulu, yuk. Iksaka Banu adalah pria kelahiran Yogyakarta, 7 Oktober 1964. Ia adalah seorang sarjana dari Jurusan Desain Grafis, Fakultas Seni Rupa dan Desain, di Institut Teknologi Bandung. Sebelum menekuni karir sebagai seorang penulis, Iksaka Banu mulanya bekerja di bidang periklanan selama 16 tahun. Setelah lima kali berpindah-pindah tempat kerja, akhirnya ia pun mengambil keputusan untuk berkarier sendiri sebagai praktisi iklan dan pekerja lepas di bidang komunikasi visual.

Semasa dirinya masih kanak-kanak, yakni sekitar tahun 1974 hingga 1976, Iksaka Banu sudah menunjukkan minatnya pada dunia menulis, dengan mencoba mengirim tulisan ke rubrik Anak, Harian Angkatan Bersenjata. Karya Iksaka Banu juga pernah dimuat di rubrik Majalah Kawanku dan rubrik Anak Harian Kompas. Namun, kegiatan menulis tersebut sempat beralih menjadi mencoba menggambar komik.

Minatnya dalam membuat komik ini tidak kalah hebat. Ketekunannya dalam menghasilkan komik membuat Iksaka Banu memperoleh kesempatan untuk membuat cerita bergambar berjudul Samba si Kelinci Perkasa di Majalah Ananda pada tahun1978. Hal ini menjadi sebuah pencapaian yang menuntun Iksaka Banu mulai berkarya.

Semasa dirinya bekerja menjadi praktisi iklan, membuat Iksaka Banu sempat lupa akan kegemarannya dalam dunia tulis menulis. Namun, pada akhir tahun 2000, ketika ia sedang dalam jeda cuti panjang, Iksaka Banu pun mencoba lagi untuk menulis sebuah cerita pendek dan berhasil dipublikasi di Majalah Matra. Sejak saat itu, ia kembali giat berkarya. Sejumlah karyanya itu sempat dimuat di majalah Media Indonesia, Femina, Horison, Jurnal Perempuan, dan Koran Tempo. Pada mulanya ia menulis dalam berbagai tema, tetapi ia akhirnya lebih fokus untuk menulis cerita berlatar sejarah kolonial.

Kini, nama Iksaka Banu sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai seorang penulis ternama. Karya-karyanya yang berupa prosa, komik, dan novel sudah dipublikasi di banyak media massa dan dalam bentuk buku fisik. Prestasinya sebagai penulis juga sudah dibuktikan dengan berbagai penghargaan, seperti Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa (Semua Untuk Hindia, 2014) dan Penghargaan Pena Kencana (2008 dan 2009).

Review Buku: The Architecture of Love | Point of View

Sinopsis Novel Rasina

Pros & Cons

Pros
  • Novel ini menyajikan cerita sejarah yang mengagumkan dan mengundang empati pembaca.
  • Novel ini ditulis berdasarkan hasil riset literatur yang mendalam.
  • Menyediakan bagian awal berupa peta dan informasi lain yang membekali pembaca dengan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami jalan cerita novel ini.
  • Alur cerita tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
  • Gaya penulisan Iksaka Banu mengalir dan pemilihan katanya indah.
  • Kisah Rasina akan membawa pembaca ikut menjadi saksi dari pengalaman semasa masa kolonial Belanda.
  • Banyak menyajikan data historis yang jarang dibahas.
  • Pembaca akan menemukan banyak pengetahuan baru, pengalaman baru, dan pembelajaran yang baru hanya dengan membaca novel Rasina ini.
Cons
  • Novel ini dengan gamblang menyajikan cerita yang mengandung hal-hal eksplisit, yang bisa menjadi pemicu trauma, dan harus dipahami secara bijaksana.
  • Kisah ini mungkin terkesan berat dan sulit untuk dipahami oleh sebagian orang.

Kisah Rasina mengambil latar belakang Hindia-Belanda, yakni bermula pada tahun 1755. Pada masa itu, VOC yang menjadi imperium dagang terbesar di dunia menghadapi kebangkrutan. Sepasang petugas hukum, Jan Aldemaar Staalhart dan Joost Borstveld, menemukan diri mereka terseret dalam kasus besar penyelundupan budak dan opium, yang melibatkan banyak orang penting di Batavia-Ommelanden.

Pada pertengahan abad ke-18, Kompeni Hindia Timur telah melewati masa kejayaan mereka sebagai penyumbang terbesar Zaman Keemasan Negeri Belanda. Namun, kejayaan itu lama kelamaan mulai pudar akibat ulah para pejabat Kompeni yang tak mempunyai cita-cita lain di tanah koloni, selain menumpuk kekayaan secepat mungkin melalui tindak korupsi atau perdagangan gelap bersama para saudagar pertikelir.

Di tengah banyaknya kekacauan di negeri ini, ada Rasina, seorang wanita budak bisu yang nenek moyangnya menjadi korban pembantaian massal, gerakan yang dipimpin Jan Pieterszoon Coen ketika VOC sedang membangun monopoli perdagangan pala di Banda pada tahun 1621. Sebagai seorang pelayan rumah tangga dan budak nafsu tuannya, Rasina menjadi saksi hidup banyak hal dan kejadian tak terduga, yang membuat hidupnya terancam. Pertemuannya dengan Staalhart dan Joost Borstveld semakin membuat keadaannya menjadi tambah rumit, berbahaya, tetapi juga membawa harapan baru.

Bagaimana kelanjutan kisah Rasina yang penuh dengan tekanan tersebut? Apakah Jan Aldemaar Staalhart dan Joost Borstveld mampu membantu Rasina untuk menemukan keadilan dan kehidupan yang lebih baik? Kelanjutan kisah Rasina, bisa langsung Grameds cari tahu sendiri dengan membaca novel ini. Sebelum Grameds mendapatkan novel ini, kita kenali lebih dalam kelebihan dan kekurangan novel ini dulu, yuk. 

Kelebihan Novel Rasina

Karya-karya Iksaka Banu tentunya sudah tidak perlu diragukan lagi kualitasnya. Tak terkecuali novel Rasina ini. Iksaka Banu kembali berhasil menyajikan cerita sejarah yang mengagumkan dan mengundang empati pembaca.

Sebagai novel yang mengangkat tema sejarah, Iksaka Banu tentunya tidak asal menuliskan cerita. Ia melakukan riset literatur yang mendalam untuk menulis novel Rasina ini. Riset tersebut ia mulai dari tahun 2018 dengan mula-mula membuat cerita pendek. Ia juga berencana melakukan riset langsung ke Banda pada 2020, tetapi rencananya gagal akibat pandemi. Oleh karena itu, ia mengganti metode dengan riset melalui literatur tulisan lama.

Pembaca akan dibuat kagum sedari awal membuka halaman pertama novel ini yang menyuguhkan peta Banda, lembar peta tambahan di luar buku yang bisa diakses secara digital, indeks institusi yang ada di Batavia, hingga struktur organisasi VOC. Bagian awal ini menjadi pengantar yang membekali pembaca dengan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami jalan cerita novel ini. Bagian awal ini tertata dengan sangat rapi dan detail, sehingga akan mudah dipahami oleh pembaca.

Masuk ke dalam alur ceritanya yang tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, kemudian oleh karena gaya penulisan Iksaka Banu yang mengalir dan pemilihan kata yang indah, dijamin bisa menghanyutkan pembaca hingga masuk ke dalam cerita. Pengalaman Rasina akan membawa pembaca ikut menjadi saksi dari pengalaman semasa masa kolonial Belanda. Pembaca pun akan memiliki pemahaman baru tentang bagaimana situasi dan perasaan orang yang hidup pada masa penjajahan. Mulai dari rasa takut, sedih, lelah, dan semua perjuangan yang dilakukan untuk bertahan hidup.

Di antara para budak selundupan itu ada Rasina, yang leluhurnya menjadi korban pembantaian massal warga Banda tahun 1621 oleh Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal Kompeni. Sebagai pelayan rumah tangga sekaligus budak nafsu tuannya, Rasina mengetahui banyak hal yang membuat jiwanya terancam.

Jumlah Halaman: 616

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia

Tanggal Terbit: 23 Feb 2023

Berat: 0.5 kg

ISBN: 9786024819866

Lebar: 13.5 cm

Bahasa: Indonesia

Panjang: 20cm

Secara keseluruhan, Iksaka Banu juga berhasil menyajikan data historis yang menarik dalam novel ini. Salah satunya adalah tentang pelibatan seorang samurai tidak bertuan dalam aksi genosida yang dilakukan di Banda pada 1621. Kemudian, sedikit tentang sejarah Jepang yang membuat banyak orang bisa direkrut menjadi tentara bayaran untuk menyerbu Kepulauan Banda.

Pembaca akan menemukan banyak pengetahuan baru, pengalaman baru, dan pembelajaran yang baru hanya dengan membaca novel Rasina ini. Terutama, pemahaman akan sejarah negeri ini yang tidak pernah kita pelajari di sekolah, yang mampu memupuk rasa nasionalisme kita. Novel ini sangat direkomendasikan bagi kalian yang mencintai sejarah.

Kekurangan Novel Rasina

Selain memiliki kelebihan, novel rasina ini masih memiliki kekurangan. Kekurangan pada novel ini terletak pada isi kontennya yang sangat gamblang menggambarkan berbagai hal eksplisit, seperti penculikan, pemerkosaan, pelecehan seksual, pembunuah, aktivitas seksual, genosida, dan korupsi. Hal-hal ini mungkin dapat memicu trauma bagi sebagian orang, sehingga perlu diketahui dari awal. Selain itu, cerita ini pun perlu dipahami secara bijaksana, yakni oleh mereka yang sudah bisa masuk ke dalam kelompok cukup umur, yakni berusia di atas 17 tahun.

Oleh karena hal-hal yang telah disebutkan di atas juga, novel ini dianggap cukup berat untuk dibaca. Ditambah lagi dengan ketebalan novel ini yang mencapai 616 halaman. Kisah ini mungkin cukup sulit untuk dipahami oleh sebagian orang. Namun, hal ini terkait dengan preferensi pembaca.

 Pesan Moral Novel Rasina

Seperti yang sudah disebutkan di bagian kelebihan novel Rasina, kisah novel ini dapat memberikan banyak pembelajaran bagi para pembacanya. Bermuara dari Kepulauan Banda yang kaya akan rempah, cerita hidup Rasina merembet ke banyak kejadian sejarah. Kisah hidup Rasina bersifat reflektif, yang membuat kita bisa membandingkannya dengan kehidupan kita pada masa ini.

Dengan bentuk yang berbeda, usaha kita dalam memperjuangkan hidup ini harus setara dengan perjuangan Rasina. Rasina mendorong kita untuk senantiasa memperjuangkan hidup yang masih dipenuhi dengan kepicikan dan keserakahan. Rasina juga  mengingatkan kita untuk selalu berpihak pada kemanusiaan, dengan selalu mendengarkan hati nurani dan berbuat baik.

Lalu, sesuai dengan harapan Iksaka Banu sendiri, buku ini dapat menjadi penghubung bagi para pembaca, terutama generasi muda, supaya memiliki pengetahuan akan berbagai kejadian penting pada masa kolonial. Selain itu, pemahaman bahwa sejarah kerajaan harus diakui sebagai sejarah Indonesia, karena nenek moyang kita terlibat dalam peristiwa tersebut.

 

Nah, itu dia Grameds sedikit ulasan tentang novel Rasina karya Iksaka Banu. Luar biasa sekali ya novel sejarah yang satu ini! Tentunya dapat membuka mata dan pengetahuan kita akan masa lalu negeri ini.

Bagi Grameds yang sudah penasaran akan kisah lengkap Rasina, kalian bisa mendapatkan novel ini di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu siap menyediakan buku yang menunjang kebutuhan dan minat Anda. 

Penulis: Gabriel

 

Rekomendasi Buku

Semua Untuk Hindia Karya Iksaka Banu

Semua untuk Hindia

Judul: Semua Untuk Hindia

Halaman: 172 halaman

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia

Tanggal Terbit: 26 Maret 2018

Berat: 0.135 kg

ISBN: 9786024248246

Dimensi: 20×13.5 cm

Bahasa: Indonesia

Semua Untuk Hindia merupakan sebuah buku kumpulan cerita yang ditulis oleh Iksaka Banu. Buku ini menghadirkan tiga belas cerita berbeda dengan sudut pandang dari tokoh utama yang berbeda-beda. Bahasa yang memikat dan cerita yang solid dimiliki oleh seluruh cerita Iksaka Banu di buku ini. Seluruh cerita yang disajikan dalam buku ini terasa solid dengan gaya bahasa yang dihadirkan. Menulis buku dalam konteks sejarah, tidak seharusnya banyak mengumbar kata-kata indah. Semua cerita di buku ini masuk ke dalam inti pesan yang ingin disampaikan. Pembaca dapat merasakan rasa keseriusan dari penulis dalam melakukan riset sejarah yang ingin ditulis sebelum dituangkan dalam cerita fiksi.

Teh dan Pengkhianat Karya Iksaka Banu

Teh dan Pengkhianat

Teh dan Pengkhianat adalah buku kumpulan cerita pendek karya Iksaka Banu yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia pada tahun 2019. Buku setebal 180 halaman dengan nomor ISBN 978-602-4811-38-9 ini mengantarkan penulisnya meraih penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2019 pada Kategori Prosa.

Teh dan Pengkhianat memuat 13 cerita pendek dengan latar belakang sejarah yang menarik untuk dibaca. Kisah yang dimuat dalam buku ini terasa lebih menarik karena tak melulu berbicara terkait perang. Mulai dari halaman awal hingga akhir dapat menyentuh perkara kemanusiaan, perkara fanatisme buta, harapan, pengorbanan, hingga perjuangan, yang dalam hal ini perjuangan melawan ketidakadilan. 

Sang Raja Karya Iksaka Banu

Sang Raja

Judul: Sang Raja

Penulis: Iksaka Banu

Jumlah Halaman: 168

Format: Soft Cover, Ebook

Bahasa: Indonesia

Tanggal Terbit: 14 Agustus 2017

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia

Berat: 0.20 kg

Dimensi: 19 x 13 cm

ISBN: 9786024243319

Di zaman ketika warga bumiputera masih dianggap sebagai warga negara kelas tiga, Wiro Soeseno, Jawa tulen, dan Filipus Rechterhand, Belanda totok, pergi berkelana dan mendamparkan diri ke kota Kudus. Nasib mempertemukan mereka di sebuah pabrik rokok kretek besar yang mempekerjakan ribuan buruh. Hidup dengan layak sebagai seorang pribumi di masa penjajahan tidaklah mudah. Namun kesuksesan Nitisemito sebagai seorang penguasa dan orang pribumi di masa itu patut diacungi jempol dan dibanggakan. Siapa dan bagaimana sosok Nitisemito sebenarnya?

Sumber:

Written by Gabriela

Hai, saya Gabriel. Saya mengenal dunia tulis menulis sejak kecil, dan saya tahu tidak akan pernah lepas dari itu. Sebab, segala informasi yang kita dapat setiap hari, salah satunya berbentuk tulisan. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya untuk bisa turut memberikan informasi melalui tulisan saya.

Membuat karya tulis akan selalu menyenangkan bagi saya, karena saya bisa terus belajar melalui kata-kata. Setiap kali menulis, saya akan terlebih dahulu membaca sumber untuk memperoleh informasi yang tepat. Keseluruhan proses merangkai kata tersebut adalah proses pembelajaran yang tak berkesudahan.

Saya suka menulis review buku, karena setiap buku menyajikan dunia yang baru dan memberikan banyak pengetahuan baru. Saya juga suka menulis tentang dunia kuliner dan trivia, karena ada banyak fakta unik, tips, dan juga trik yang bisa saya coba praktikkan.

Keahlian
Review buku
Kuliner
Trivia

Pendidikan
Universitas Multimedia Nusantara

Linkedin: Gabriela Estefania
Instagram: @gaby_tandean