in

Review Novel Sisi Tergelap Surga Karya Brian Khrisna

Rating: 4.65

 

Kehidupan di ibu kota memang keras. Kesempatan yang besar, tentunya diiringi dengan tantangan yang besar. Brian Khrisna akan menuangkan sedikit sisi kerasnya Jakarta melalui novel Sisi Tergelap Surga.

Jakarta sering menjadi tempat tujuan bagi mereka yang datang membawa harapan. Mereka yang siap mempertaruhkan nasibnya sendiri. Namun, kota yang sibuk ini selalu bisa menelan habis harapan dan menukarnya dengan keputusasaan.

Pengamen, pemulung, pramuria yang menjajakan tubuh demi menjamin anaknya bisa makan, pemimpin-pemimpin kecil yang sombong, orang lanjut usia di balik kostum badut, pencuri motor yang mau membeli obat untuk ibunya, remaja yang melumuri seluruh tubuhnya dengan cat perak, hingga mereka yang tidur di terminal setelah merelakan impiannya habis dikalahkan kejinya ibu kota.

Di Jakarta, semua orang dipaksa bertarung dan bertempur demi bisa bertahan hidup dari hari ke hari. Dan di kampung ini, semua itu dimulai. Ini adalah sebuah cerita tentang kehidupan masyarakat yang hidup di sisi tergelap surga, yakni kota Jakarta.

Brian Khrisna menuliskan buku ini, dibekali dengan pengalaman 25 tahun hidupnya sebagai anak penjual nasi di pinggir jalan. Kehidupannya membuatnya akrab dengan hal-hal yang jarang sekali diketahui orang. Ia mengetahui tentang pengemis yang penghasilannya lebih besar dari UMR ibu kota, berbagai pihak yang mempermainkan alih kuasa dan perizinan jualan, hingga mengenai pergaulan dan geliat kehidupan mereka yang bertahan hidup dari hari ke hari tanpa jaminan masa depan yang pasti.

Oleh karena itu, menulis novel ini membawa Brian kembali bernostalgia, tentang kehidupan yang rumit, yang sebetulnya dialami oleh sebagian dari kita. Novel ini dibuat dengan apa adanya, menggambarkan apa yang pernah penulis lihat, beberapa yang pernah dia alami, dan pengalaman-pengalaman teman seperjuangannya yang sekarang sudah entah di mana.

Profil Brian Khrisna, Penulis Novel Sisi Tergelap Surga

Brian Khrisna adalah pria asal Bandung, yang lahir pada 17 Januari 1992. Pria yang satu ini dikenal sebagai penulis yang cukup konsisten melahirkan karya, yakni sudah menerbitkan total sembilan judul buku yang digemari oleh generasi masa kini. Brian Khrisna kerap mengangkat kisah-kisah romansa dan isu sosial yang jarang dibahas, tapi nyata keberadaannya di antara masyarakat.

Sebelum dikenal sebagai seorang penulis, Brian Khrisna dikenal karena memulai karier menulis dari platform Twitter bernama “Mbeeer”. Ia kerap membagikan tulisan-tulisannya dalam bentuk cuitan, juga pernah di Kaskus, dan Tumblr. Ia sering mengangkat tema percintaan yang digemari banyak remaja.

Bermula dari situ, Brian mulai berfokus untuk menulis novel dan mencoba mengirimkan hasil tulisannya ke beberapa penerbit. Penerbit mulai menyadari bakat penulis muda yang satu ini, dan akhirnya menerbitkan karya Brian Khrisna. Adapun karya-karya Brian Khrisna yang bisa Grameds temukan selain novel Sisi Tergelap Surga, yaitu Merayakan Kehilangan (2016), The Book of Almost (2018), Kudasai (2019), This is Why I Need You (2019), Museum of Broken Heart (2020), Parable (2021), The Matchbreaker (2023), 23:59 (2023).

Bagi Anda yang ingin mengenal sosok Brian Khrisna lebih dekat, Grameds bisa mengikuti akun media sosialnya, karena ia masih aktif membagikan aktivitasnya di media sosial. Anda bisa mengikuti akun Instagramnya dengan nama pengguna @brian.khrisna yang telah memiliki jumlah pengikut hingga 89 ribu dan akun X @briankhrisna yang telah memiliki jumlah 364 ribu followers (per Januari 2024).

Review Buku: The Architecture of Love | Point of View

Melalui media sosial, Brian tak hanya membagikan tulisan-tulisannya, tetapi juga mengedukasi pembaca untuk lebih peduli tentang isu pembajakan buku atau buku palsu, dengan mengedukasi pembaca akan perbedaan buku asli dan buku palsu. Ia juga membagikan pesan bagi pembaca baru untuk membeli buku original, demi menghargai usaha penulis, editor, dan penerbit. Lalu, sebagai penulis yang masih muda, Brian juga mengajak generasi masa ini untuk mulai membaca buku apapun, supaya budaya literasi kembali diterapkan.

Sinopsis Novel Sisi Tergelap Surga

Pros & Cons

Pros
  • Novel ini menyajikan cerita yang dekat dengan kehidupan banyak pembaca, tetapi tak disadari keberadaannya.
  • Kisah ini dituliskan dengan gaya bahasa yang santai, mudah dimengerti, tetapi menyentuh hati.Kisah ini sukses membuka pandangan baru tentang perjuangan kehidupan.
  • Para pembaca bisa ikut merasakan apa yang para tokoh rasakan.
  • Brian Khrisna tidak menuliskan cerita ini berdasarkan opini dan observasi saja, tetapi juga berdasarkan hasil wawancara puluhan narasumber.
  • Kisah ini bersifat reflektif.
Cons
  • Menyajikan hal-hal eksplisit yang membutuhkan kebijaksanaan dalam memahaminya.

Jakarta, ibu kota yang menjadi tujuan utama para perantau dari daerah-daerah di seluruh Indonesia. Jakarta bagaikan ladang dari berbagai impian dan harapan bagi masyarakat yang tinggal di pelosok. Tak heran jika kota ini padat dengan penduduk dari berbagai daerah.

Namun, kesempatan yang ditawarkan berbanding lurus dengan tantangan yang ada. Mereka yang ingin mempertaruhkan hidup di Jakarta, harus mau mengerjakan pekerjaan apa pun. Bekerja dari hari ke hari untuk sekadar menyambung hidup, supaya bisa bertahan di hari esok.

Ini adalah kisah mengenai kaum urban yang terpinggirkan, mereka yang hidup di gang-gang sempit. Kisah tentang waria yang juga merupakan seorang ayah, yang rela berdandan demi memberi anaknya makan. Kisah tentang Pekerja Seks Komersil (PSK), wanita yang menjadi Lady Companion (LC) untuk tempat karaoke, juga manusia silver yang hidup di jalanan, yang tidak diperlakukan secara manusiawi.

Ini adalah cerita tentang sisi lain kehidupan di Jakarta. Tentang rumitnya masalah keluarga, keadaan ekonomi, politik, premanisme, agama, pertobatan. Sisi lain kehidupan mereka yang sering dipandang sebelah mata. Kisah ini adalah jendela bagi pembaca untuk melihat kehidupan yang lain, yang dekat dengan kita. Sebuah cerita tentang bagaimana hebatnya kemampuan manusia untuk tetap bertahan hidup dalam situasi apa pun.

Kelebihan Novel Sisi Tergelap Surga

Karya-karya Brian Khrisna memang tak perlu diragukan lagi. Penulis yang satu ini memang sangat kreatif dalam merangkai cerita. Lagi-lagi Brian Khrisna berhasil menarik hati pembaca dengan menyajikan kisah kehidupan di ibu kota. Cerita yang dekat dengan kehidupan banyak pembaca, tetapi tak disadari keberadaannya.

Brian Khrisna membagi novel ini ke dalam beberapa bagian, untuk fokus menceritakan latar belakang para pekerja yang sering dipandang sebelah mata. Lalu, setiap bagian memiliki korelasi dengan bagian berikutnya. Kisah ini dituliskan dengan gaya bahasa yang santai, mudah dimengerti, tetapi menyentuh hati.

Kisah ini sukses membuka pandangan baru tentang perjuangan kehidupan seseorang. Para pembaca bisa ikut merasakan bagaimana sedihnya, beratnya beban, dan rasa putus asa akibat tidak bisa keluar dari lingkaran pekerjaan tersebut. Beberapa pembaca bahkan meneteskan air mata setelah membaca kisah ini.

Brian Khrisna tidak menuliskan cerita ini berdasarkan opini dan observasi saja, tetapi juga berdasarkan hasil wawancara puluhan narasumber yang tinggal di kota Jakarta. Lebih dari itu, Brian tak hanya mendengarkan, tetapi meresapi kisah kehidupan mereka. Jadi, kisah ini benar-benar bisa menggambarkan kehidupan mereka dengan tepat.

Secara keseluruhan, kisah Sisi Tergelap Surga ini adalah kisah yang rumit, menyadarkan, dan bersifat reflektif. Novel ini sangat direkomendasikan untuk dibaca masyarakat, terutama yang hidup di Jakarta.

Kekurangan Novel Sisi Tergelap Surga

Selain memiliki kelebihan, novel Sisi Tergelap Surga ini juga masih memiliki kekurangan. Kekurangan novel ini terletak pada beberapa bagian yang mengandung hal eksplisit. Maka dari itu, novel ini disarankan untuk dibaca oleh mereka yang telah berusia 17 tahun ke atas. Sebab, diperlukan kebijaksanaan untuk memahami kisah ini secara positif.

Pesan Moral Novel Sisi Tergelap Surga

Novel Sisi Tergelap Surga ini tentunya memberikan banyak pembelajaran bagi para pembacanya. Novel ini membuka pandangan baru, bahwa tidak semua hal yang kita nilai buruk itu benar-benar buruk. Seburuk apapun profesi, yang biasa dipandang rendah dan tidak bermoral, ternyata menyimpan cerita sedih, tragis, dan menyayat hati.

Semua manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Semua manusia pada dasarnya baik. Mereka yang terlihat “berdosa”, mungkin saja lebih baik dibandingkan yang tampak “suci”, tapi diam-diam mengambil hak banyak orang.

Dari cerita ini juga, kita dapat mengetahui bagaimana perjuangan orang tua demi anaknya. Betapa besarnya cinta mereka, hingga mereka merelakan kebahagiaannya demi membuat anaknya bahagia. Segala cara pasti mereka tempuh, demi bisa membangun kehidupan yang terbaik bagi anak-anaknya. Jadi, hendaknya kita mensyukuri segala sesuatu yang telah diberikan orang tua dan keluarga kita. Juga tentunya bersyukur atas keberadaan mereka.

Hal yang paling utama, yang menjadi highlight dari novel ini, yaitu jangan langsung menghakimi orang dari apa yang kita lihat saja. Jika Anda tidak tahu, lebih baik menahan diri untuk tidak berpikir negatif, apalagi mengatakan atau berbuat hal yang menghakimi mereka. Biarlah kita sebagai manusia menjalani peran yang seharusnya, dan biarkan Tuhan menjalani perannya, satu-satunya yang berhak menghakimi manusia.

Grameds, itu dia sinopsis, ulasan, dan pesan moral dari novel Sisi Tergelap Surga Karya Brian Khrisna. Apakah Anda sudah siap menyelami gelapnya kehidupan di sudut-sudut ibu kota metropolitan? Yuk langsung saja dapatkan novel ini hanya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk Anda.

Penulis: Gabriel

 

Rekomendasi Buku

Sunyi Paling Riuh Karya Fajar Sulaiman

Sunyi paling riuh

Tidak ada yang baik-baik saja dengan kehilangan. Tidak Aku ingat betapa senewennya diriku ketika kompas pramukaku hilang. Perasaan yang mengiring adalah cemas, marah, dan keinginan untuk menuduh siapa biang keladi atas hilangnya kompas itu. Kompas itu hadiah ulang tahun dari Ibu. Aku sampai menuduh adikku yang masih kelas satu SD sebagai tersangkanya. Meski akhirnya Ibu membelikan kompas baru yang lebih bagus, kesan istimewa kompas yang lama tak akan pernah tergantikan.

Namaku Dhuha. Sudah enam bulan ini aku kehilangan kompas yang paling berarti dalam hidupku, yaitu Ibu. “Kita tak bisa menghalangi apa pun yang akan pergi, walau dengan alasan sangat mencintai.” Begitu nasihat Ibu ketika aku kehilangan kompas pramuka dulu. Rasanya, nasihat itu tidak bisa menenangkanku saat mengetahui Ibu sudah tidak ada di rumah. Ibu pergi tanpa pamit di suatu pagi buta, meninggalkan hanya secarik kertas berpesan, “Jangan cari Ibu.” 

Tanpa ada janji untuk kembali dan petunjuk ke mana ia pergi. Aku marah dan menuduh Bapak sebagai tersangka penyebab Ibu pergi. Ibu, telah menjadi kompas bagi Bapak, aku, dan Saba, dengan cara kami masing-masing. Bila kau jatuhkan kompas hingga rusak, panahnya akan mengarah tak tentu, membuatmu bingung menentukan pilihan ke depan. Itulah yang terjadi kepada kami bertiga.

Tidak ada yang baik-baik saja dengan kehilangan. Ibu pernah berkata kepadaku, “Kita tak bisa menghalangi apapun yang akan pergi, walau dengan alasan sangat mencintai.” Namun, nasihat itu tidak bisa menenangkanku saat mengetahui Ibu tidak lagi ada di rumah. Ia pergi tanpa pamit di sebuah pagi buta, meninggalkan secarik kertas berpesankan untuk jangan mencarinya. Sepi. Tanpa janji untuk kembali dan atau petunjuk ke mana ia pergi.

 

Young Adult: Memutar Ulang Waktu Karya Gabriella Chandra

Memutar ulang waktu

“Jika kamu bisa kembali ke masa lalu dan mengubah sejarah hidupmu, apakah hidupmu sekarang akan berubah menjadi lebih baik?”

Shella sering berharap bisa memutar ulang waktu untuk memperbaiki pilihan-pilihan hidupnya dan mengubah keputusan-keputusannya. Hingga kesempatan itu datang… Seorang pria tua misterius mengatakan dia bisa mewujudkan keinginan Shella.

Ia kembali ke masa lalu.

Akhirnya Shella memutuskan mengubah hidupnya yang monoton, memperbaiki ekonomi keluarganya, dan menemukan kekasih yang tepat untuknya. Tapi, apakah sesungguhnya Shella berhasil mengubah hidupnya menjadi lebih baik? Atau justru semakin berantakan?

 

Young Adult: Breaking Point Karya Pretty Angelia

Breaking point

Geta, 17 tahun

Gue terpaksa ikutan program Paket C karena dikeluarin dari sekolah. Mungkin lo semua heran mantan ketua OSIS kayak gue bisa tersandung kasus berat. Tapi ini masalah prinsip dan gue yakin, gue nggak bersalah. Sebenarnya gue sempat malu karena gue pikir gue bakal ketemu sama orang-orang gagal, tapi setelah masuk kelas itu gue tahu… kata gagal nggak tepat diberikan untuk mereka.

Vierro, 18 tahun

Nggak ikut UN gara-gara nggak bisa ninggalin kompetisi catur di Roma. Tapi tetangga ada yang nyeletuk, sepenting itukah pertandingan gue sampai berani ikutan Paket C yang isinya orang-orang jerih payah? Seenaknya aja dia bilang jerih payah. Gue jelasin juga akan percuma karena mereka nggak suka sama gue yang punya banyak uang gara-gara catur doang.

Daniar, 17 tahun

Penyakit ini nggak akan mengambil semuanya dari aku. Aku bakal sembuh dan kejar cita-citaku dengan sekolah setinggi-tingginya. Program Paket C membantuku mewujudkan hal itu.

Bogel, 20 tahun

Gue emang dulu bandar narkoba, keluar-masuk penjara, terus lo pikir gue nggak boleh punya ijazah?! Enak aja lo ngomong!

Siapa yang mengira, ujian Paket C bisa mempertemukan mereka berempat hingga membuat kisah seperti ini? Ketemu teman-teman baru, belajar bareng, sedih bareng, hingga rahasia-rahasia yang terungkap.

Getaran Cinta Semesta dikeluarkan dari SMA Kharisma Bogor karena tidak bersalah kepada temannya untuk bunuh diri. Bukan hanya itu, Geta yang anaknya juga frontal ini juga berniat membuka rahasia Pak Radi, kepala sekolah yang diduga melakukan korupsi. Karena terlanjur dikeluarkan, akhirnya Geta ngekos di Jakarta untuk ambil program Paket C. Dan ceritanya pun berlanjut.

Sumber:

  • https://jabar.tribunnews.com/2023/12/30/sosok-brian-khrisna-penulis-bandung-yang-sudah-terbitkan-9-buku-ternyata-lulusan-ti?page=2
  • https://www.goodreads.com/en/book/show/203728665

Written by Gabriela

Hai, saya Gabriel. Saya mengenal dunia tulis menulis sejak kecil, dan saya tahu tidak akan pernah lepas dari itu. Sebab, segala informasi yang kita dapat setiap hari, salah satunya berbentuk tulisan. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya untuk bisa turut memberikan informasi melalui tulisan saya.

Membuat karya tulis akan selalu menyenangkan bagi saya, karena saya bisa terus belajar melalui kata-kata. Setiap kali menulis, saya akan terlebih dahulu membaca sumber untuk memperoleh informasi yang tepat. Keseluruhan proses merangkai kata tersebut adalah proses pembelajaran yang tak berkesudahan.

Saya suka menulis review buku, karena setiap buku menyajikan dunia yang baru dan memberikan banyak pengetahuan baru. Saya juga suka menulis tentang dunia kuliner dan trivia, karena ada banyak fakta unik, tips, dan juga trik yang bisa saya coba praktikkan.

Keahlian
Review buku
Kuliner
Trivia

Pendidikan
Universitas Multimedia Nusantara

Linkedin: Gabriela Estefania
Instagram: @gaby_tandean