in

Review Novel A Thing Called Us Karya Andry Setiawan

A Thing Called Us – Hai, Grameds! Menunggu memang menjadi kegiatan yang membosankan, ya. Apalagi jika kita harus menunggu seseorang untuk menyadari kehadiran kita, atau menunggu cinta yang hilang tanpa kabar atau menunggu seorang sahabat yang pergi dan menghilang secara tiba-tiba. Semua itu adalah tentang harapan dan penantian.

Seperti kisah Shun, Shinji, dan Kotoha. Para tokoh utama yang memainkan kisah pada novel A Thing Called Us karya Andry Setiawan. Sebuah novel tentang tiga orang sahabat yang saling menunggu dan menanti, serta saling memendam perasaan masing-masing.

Dengan latar cerita di Jepang, Andry Setiawan membangun latar tempat itu dengan sangat baik. Ia menggambarkan berbagai kebiasaan dan adat istiadat orang Jepang, bahkan tidak sedikit dari kita yang bercita-cita untuk mengunjungi negeri Sakura tersebut.

Dibuka dengan kisah persahabatan, pembaca akan diajak untuk lebih berkelana dalam kisah Shun, Shinji, dan Kotoha–kita akan menjumpai kisah cinta, keluarga, dan pekerjaan di dalamnya. Novel A Thing Called Us ini dapat dibaca oleh semua kalangan, khususnya bagi kamu yang menyukai novel persahabatan yang dibumbui kisah romance.

Nah, biar kamu semakin penasaran dan segera ingin memiliki novel ini. Yuk, disimak terlebih dahulu sinopsis dan review singkat novel A Thing Called Us karya Andry Setiawan berikut ini!

Sinopsis Novel A Thing Called Us

“Dulu, setiap salah satu dari mereka berulang tahun, mereka akan berkumpul untuk merayakan. Shun pada musim semi, Shinji pada musim panas, dan Kotoha pada musim dingin.”

A Thing Called Us adalah sebuah novel yang menceritakan tentang tiga orang yang sudah bersahabat sejak SMP. Tiga orang tersebut adalah Shun, Kotoha, dan Shinji. Ketiganya sangat dekat dan sudah sama-sama menganggap Shinji sebagai kakak sekaligus sahabat yang baik.

Namun, suatu ketika, Shinji tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Shinji dianggap sebagai yang paling dewasa membuat konflik antara mereka dimulai, novel ini adalah tentang penantian dan harapan. Kisah mereka yang saling menunggu satu sama lain.

Shun, Shinji, dan Kotoha sudah bersahabat sejak kecil, mereka bahkan memutuskan untuk pindah bersama dari kampung halamannya Sugadaira menuju Tokyo untuk melanjutkan kuliah. Hilangnya Shinji yang tanpa kabar meninggalkan Shun dan Kotoha yang saling bertanya-tanya, ia bahkan meninggalkan kuliahnya.

Sudah lima tahun berlalu, namun Shun dan Kotoha tidak pernah berhenti berharap menunggu kedatangan Shinji, mereka terus berusaha untuk mencari keberadaan Shinji. Misteri hilangnya Shinji membuat Shun dan Kotoha menjalani hari-hari yang penuh dengan kesedihan.

Persahabatan mereka diguncang dengan tidak adanya Shinji. Pertemuan Shun dan Kotoha pun hanya sebatas pertemuan biasa untuk mengenang persahabatan ketiganya. Apalagi untuk Kotoha yang memendam cinta kepada Shinji dan menjadi orang yang paling menderita akibat menghilangnya Shinji.

Kotoha dan Shinji baru sepekan menjadi pasangan kekasih, dan Shinji menghilang secara mendadak. Shun juga tidak kalah menderita, ia diam-diam juga menyukai Kotoha dan merasakan kehilangan dalam wujud yang berbeda.

Review Buku: The Architecture of Love | Point of View

Luka akibat menghilangnya Shinji tidak semakin kering, tapi justru malah semakin menganga. Kini hanya dengan menunggu satu-satunya jalan yang bisa mereka tempuh. Tapi sampai kapan mereka harus menunggu?

Ini kisah cinta yang biasa. Tentang tiga orang sahabat. Tentang mereka yang memendam perasaan masing-masing. Shun, Kotoha, dan Shinji sudah bersahabat sejak kecil. Sampai suatu saat, Shinji tiba-tiba memutuskan untuk menghilang dari kehidupan mereka tanpa memberi kabar secuil pun. Setelah lima tahun berlalu, Kotoha masih menunggu Shinji pulang. Sementara itu, Shun menunggu Kotoha melupakan pria itu. Namun, mau sampai kapan mereka saling menunggu? Mereka hanya bisa berharap, kisah cinta yang biasa ini tidak berakhir dengan penyesalan.

Informasi lain:

ISBN: 9786026383204

Jenis cover: Soft Cover

Berat: 0.2 kg

Lebar: 13 cm

Panjang: 19 cm

Kotoha semakin murung dan menutup diri, dan Shun yang mulai lelah menanti, sementara tidak ada tanda-tanda kemunculan Shinji. Namun, hidup harus tetap berjalan, bukan. Kotoha dan Shun akhirnya harus mulai berjalan agar kisah mereka bisa bertahan.

Hingga datanglah angin segar di kehidupan mereka. Shun akhirnya dipertemukan dengan Aki dan Hayato, rekan kerja Shun di bagian konsultan interior. Gara-gara permintaan klien untuk mengubah desain dinding lobi, Aki dan Shun pun semakin dekat dalam sebuah pekerjaan yang melibatkan mereka bekerja dalam proyek pembangunan hotel.

Aki adalah tipe perempuan yang berbeda 180 derajat dengan Kotoha. Aki selalu ceria, sementara Kotoha selalu penuh dengan kesedihan. Dengan Aki, Shun seperti menemukan kembali semangat hidupnya. Aki selalu berkata dan menyadarkan Shun bahwa setiap orang itu berhak untuk mencintai dan dicintai, Shun akhirnya mulai melepaskan Kotoha pelan-pelan.

Karena, penantiannya selama ini bukan hanya menunggu Shinji pulang, tapi juga menunggu Kotoha untuk membuka hatinya pada Shun. Melalui Aki, Shun kembali mulai mempertanyakan dan merenungkan apakah dia benar-benar menyukai Kotoha atau hanya bentuk perasaan tanggung jawab sebagai sahabat untuk menggantikan Shinji di sisi Kotoha?

Langkah Shun untuk move on rupanya dipandang berbeda oleh Kotoha, perempuan itu menuduh bahwa Shun menyerah untuk menunggu Shinji. Tapi, perlahan-lahan, Kotoha juga menyadari bahwa ia terlalu egois dan terlalu mengekang Shun selama ini.

Selain menceritakan tentang persahabatan Shun, Shinji, dan Kotoha. Novel ini juga memberikan tempat untuk tokoh-tokoh lainnya. Termasuk tokoh Aki dan Hotoya yang menjadi penyelamat Shun dan Kotoha yang mulai tenggelam dalam kesedihan dalam menunggu Shinji serta masa lalu mereka yang pelik.

Review Novel A Thing Called Us

Pros & Cons

Pros
  • A Thing Called Us mengambil latar tempat di Jepang dan penulis berhasil membuat pembaca merasakan suasana Jepang.
  • Konflik yang dihadirkan memang terkesan sederhana, tetapi penulis berhasil membuat cerita ini terasa menarik untuk terus diikuti.
Cons
  • Di bagian awal cerita beberapa pembaca alur yang disajikan terkesan lambat.

Kelebihan Novel A Thing Called Us

A Thing Called Us adalah sebuah novel tentang persahabatan tiga orang anak muda, Shun, Shinji, dan Kotoha. Mereka sudah bersahabat sejak kecil bahkan sama-sama saling memutuskan untuk pindah dari kampung halamannya menuju Tokyo demi melanjutkan kuliah.

Namun, tiba-tiba Shinji menghilang. Shinji tidak meninggalkan kabar atau jejak sedikit pun bahkan setelah kepergian lima tahun lamanya, Shun dan Kotoha tentunya merasa kehilangan, hidup mereka menjadi kacau karena tidak ada Shinji.

Kehidupan harus tetap berjalan hingga Shun dan Shinji bertemu dengan orang-orang yang menghibur mereka. Aki dan Hayato. Novel ini bukan hanya sekadar novel tentang persahabatan yang setia, namun juga merupakan novel tentang romance, konflik keluarga, dan pekerjaan.

Novel ini dimulai dengan konflik persahabatan. Andry Setiawan memang menawarkan konflik yang terkesan sederhana, dan justru karena kesederhanaan itulah yang membawa novel ini terasa sangat istimewa karena Andry pandai dalam mengemas topik cerita dan mengakhirinya dengan tuntas dan jelas.

Andry Setiawan, sebagai penulis novel ini tidak hanya berhasil membawakan kisah persahabatan tiga orang anak muda dengan menarik dan penuh dengan masalah yang complicated, tetapi juga dibumbui dengan cinta dan keluarga.

Penulis juga memberikan porsi yang seimbang dalam beban perkembangan cerita pada karakter-karakter yang diciptakan, tidak hanya pada karakter utama saja. Aki dan Hayato pun ikut ambil ambil meskipun keduanya diceritakan sebagai tokoh tambahan.

Alur yang digunakan oleh Andry adalah alur maju-mundur. Alur maju digunakan untuk menceritakan kehidupan para tokoh di masa sekarang, dan alur mundur digunakan untuk menceritakan kisah dan emosi Shun, Shinji, serta Kotoha pada saat masa-masa sekolah.

Salah satu kelebihan lain yang banyak dipuji dari novel A Thing Called Us ini adalah pengambilan latar tempat di Jepang, karena meskipun ditulis oleh orang Indonesia, suasana Jepang sangat terasa oleh pembaca, mulai dari kebiasaan orang-orang Jepang, adat istiadat, makanan hingga tempat-tempat di Jepang yang penulis deskripsikan dengan sangat baik.

Kekurangan Novel A Thing Called Us

Selain kelebihan yang telah dijelaskan di atas, novel A Thing Called Us karya Andry Setiawan ini juga memiliki kekurangan. Beberapa pembaca merasa bahwa alur cerita di bagian awal terkesan lambat, hal itu berangkat karena penulis ingin mengajak pembaca untuk merasakan kemurungan dan kesedihan Shun dan Kotoha yang menanti kepulangan Shinji. Karena hal itu mungkin, beberapa pembaca merasa bahwa awal-awal cerita terasa suram.

Penutup

A Thing Called Us karya Andry Setiawan adalah salah satu novel yang direkomendasikan untuk dibaca, apalagi bagi kamu penggemar novel romance. Pada awal-awal buku, pembaca akan dibawa untuk mengenal para karakter serta bagaimana Shun dan Kotoha harus menanti kepulangan Shinji.

Novel ini disajikan dengan cerita yang mengalir dengan penggunaan bahasa sederhana sehingga pembaca akan larut dalam kisah Shun, Shinji, dan Kotoha. Terutama tentang kisah romansa dan pembaca akan dibuat galau akibat Shun dan Kotoha dalam penantian terhadap Shinji.

Kemudian, di bagian-bagian akhir pembaca akan lebih masuk ke dalam tentang cerita keluarga, di mana kondisi keluarga ketiga karakter utama, Shun, Shinji, dan Kotoha mulai dieksekusi. Karena novel A Thing Called Us ini bukan hanya kisah tentang persahabatan, tetapi juga tentang keluarga, cinta, dan pekerjaan.

Membaca novel ini seolah kita diajak untuk menikmati Jepang, tidak asal tempel, karena memang penulisnya sendiri pernah tinggal di Jepang, serta karakter-karakter yang diciptakan oleh Andry sangat membuat novel ini semakin menarik untuk dibaca sampai akhir.

Yuk, dapatkan segera bukunya hanya di Gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Melani Wulandari

Rekomendasi Buku Terkait

Then I Hate You So

Suatu malam aku menyadari bahwa aku tidak bisa hidup tanpamu. Saat aku menyadari hal itu, kau tiba-tiba menghilang. Semua berawal dari bencana tsunami yang mengguncang Jepang, Toyama Luca, mengira dia sudah memiliki segalanya. Kepintaran, karir yang sukses, dan bahkan tampang yang keren. Tapi semuanya seolah tidak berarti setelah bencana itu. 

Kekacauan di Jepang membuat sebuah perasaan yang sempat menghilang muncul kembali. Dan takdir menuntunnya menyelesaikan perasaan anehnya itu. Han Naran, model cantik yang wajahnya menghiasi papan iklan Korea itu berhasil menyembunyikan isi hatinya selama tujuh tahun. Bencana alam di Jepang membuat perasaannya itu bangkit kembali dan malah semakin menggebu.

Hate First, Love You Later

Love You Later

Menceritakan tentang Gwen, seorang karyawati kantoran dan juga Bara, bos Gwen yang meskipun sebenarnya normal suka nyuruh-nyuruh ini itu. Bagaimana jika suatu hari kamu punya bos yang nyebelin banget? Suka banget memerintah! Kayak gak ada habisnya. Itulah yang terjadi pada sosok Gwen. 

Gwen ini benar-benar dibuat jengkel banget dengan kelakuan Bara, atasannya di kantor. Entah kenapa ada saja yang diperintahkan Bara untuk dilakukan Gwen meskipun hal-hal itu terkesan sepele saja. Seakan-akan Gwen itu tidak boleh nganggur sedikitpun di kantor, dengan kata lain GABUT!!

Nah, anehnya Bara kemudian tiba tiba berubah. Sejak Gwen bertemu bahkan dekat dengan Reno, anak Bara. Alih-alih memerintah Gwen kayak biasanya, sekarang malah Bara berubah haluan dari ke sana menjadi ke sini. Bara menunjukkan perhatian, padahal selama ini kan dia… ehem, ya begitulah.

 

Sumber:

  • https://www.goodreads.com/book/show/35968444-a-thing-called-us

Rating: 3.9

Written by Shaza Zahra

Halo, saya Shaza Zahra Hanifah, berperan sebagai editor artikel di Gramedia. Selain sebagai pekerjaan, membaca dan menulis adalah hobi utama saya. Keahlian riset saya membantu saya menyusun konten yang bermanfaat dan berkualitas di blog ini.