in

Review Novel Kata Dochi: Sebuah Memoar

Grameds apakah kamu menyukai buku yang lucu? Atau buku yang banyak membahas mengenai musik? Kalau iya, buku Kata Dochi bisa menjadi pilihan untuk kamu baca. Buku ini diterbitkan oleh Bukune pada 6 Maret 2021. Menceritakan mengenai fragmen dari seorang vokalis Pee Wee Gaskins. Buku yang berjumlah 220 halaman  ini tidak hanya menceritakan mengenai dirinya dan perjalanannya namun juga menceritakan mengenai musik Indonesia khususnya musik emo atau pop punk.

Buku ini memiliki keunikan dimana berisi hal random dari kenangan yang pernah dilalui Dochi. Dochi sendiri menolak menyebut buku ini adalah sebuah biografi. Karena buku ini lebih seperti fragmen kata sang bassist band pop punk tersebut. Tidak semua perjalanan dochi namun beberapa momen tertentu yang ada dan ditulis dalam buku ini mulai dari cerita jaman sekolah, jaman tongkrongan, tips dan juga trivia.

Buku ini akan menceritakan mengenai teman khayalan saat kecil, dimusuhi di tongkrongan, sempat takut ditolak mertua karena bertato, hingga berbagai tips, dan daftar hal-hal yang ia sukai. Bisa dikatakan sebagian besar isi buku ini berasal dari buku jurnal milik Def yang merupakan teman bercerita keluh kesah selama bertahun-tahun dari remaja. Kini sudah banyak juga buku Def yang dia tulis.

Jika dilihat secara keseluruhan buku ini berhasil menceritakan kehidupan seorang Dochi Sadega. mulai dari jatuh bangun Dochi di lingkungan pergaulannya, menekuni berbagai instrumen musik dan bermain band, hingga tentang istrinya dan buah hatinya.

Dari awal kita sudah tahu bahwa Dochi menegaskan kalau dirinya itu bukan penulis. Namun bantuan editor buku di sini berhasil memaksimalkan karyanya dengan baik. Cukup tricky juga untuk menulis tentang pencapaian diri sendiri tanpa terdengar corny. Hasilnya? Pada buku ini hal itu tidak terjadi! Ketika Dochi menceritakan mengenai hidupnya, para pembaca pasti akan mendapatkan sedikit banyak kepingan sejarah mengenai musik rock Indonesia di era tahun 2000-an.

Sinopsis Kata Dochi: Sebuah Memoar

Kata Dochi, ia punya imaginary nanny saat kecil, pernah dikucilkan dari tongkrongan, punya ratusan daftar awesome things, sempat takut ditolak mertua karena bertato, dan banyak cerita lainnya. Tentu ada juga tentang band yang ia bangun, Pee Wee Gaskins.

Alditsa Sadega, atau biasa dikenal dengan nama Dochi Pee Wee Gaskins. Lahir di Yogyakarta, 26 Desember 1985. Dochi merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Banyak yang bertanya, kenapa nama panggilannya Dochi, padahal tidak ada unsur Do atau Chi di dalam namanya.

Buku ini secara keseluruhan berhasil menceritakan kehidupan seorang Dochi Sadega. Mulai dari jatuh bangun di lingkungan pergaulannya, menekuni berbagai instrumen musik dan bermain band, hingga tentang istrinya dan buah hatinya.

Dochi berhasil membawa perasaan bahwa buku musik tidak harus berat atau asik sendiri membahas musik-musik obscure namun juga bisa menjadi bacaan lucu dan ringan yang menarik hati para fans dari grup musik atau bahkan pembaca yang ingin membaca santai. Selain itu juga buku ini bisa menjadi penambah informasi tentang music pop punk salah satunya adalah band Dochi sendiri Pee Wee Gaskins yang ternyata pernah memenangkan penghargaan AMI Awards dua kali.

Buku ini memperlihatkan bahwa Dochi menjadi penulis buku yang berani tampil beda. Bagian awal buku ini diawali dengan tulisan “revenge” dengan besar memenuhi dua halaman. Dochi membuat band yang baru setelah band sebelumnya “tidak berjalan” dengan lagu pop punk “Here Up On The Attic” ia memberikan kesempatan kepada Sansan (yang masih menjadi vokalis Killing Me Inside waktu itu) untuk mendengarkan lagunya. Sansan mengisi bagian vokal dan gitar namun tidak boleh Scream. Alasannya karena agar beda dengan Killing Me Inside. Kemudian Dochi juga mencari drummer yang ketika bermain tidak double pedal.

“So that was it. With the name of serial killer, we try to make killer music.”

Dalam buku ini juga Dochi menceritakan asal usul nama Pee Wee Gaskins. Ternyata nama band Pee Wee Gaskin merupakan nama serial killer. Alasan Dochi menggunakan nama ini sebenarnya cukup unik, ia ingin orang-orang lupa kalau nama Pee Wee Gaskins merupakan serial killer. Ia juga menggunakan graphic dan musik yang lebih cerah dan ceria. 

Review Buku: The Architecture of Love | Point of View

Pada buku ini Dochi juga menjelaskan cara ia menulis lagu. Sama dengan musisi lain, Dochi juga berpikir bahwa ide bisa datang darimana saja dan kapan saja. Bahkan ide bisa berangkat dari cerita pribadi, cerita teman atau cerita kenalan saja. Ia juga memberikan tips dalam menulis lagu, dan yang paling mencolok adalah ia selalu menambahkan keterangan waktu dan tempat pada lagunya.

Contohnya Lagu Pee Wee Gaskins yang berjudul Sebuah Rahasia, ada lirik lagunya begini:

 

“Jam berhenti di 12,
Ku habiskan gelas demi gelas,
Membuat pahit sisa yang manis,
Sampai akhirnya ku lupa,”


Nah keterangan waktu pada lirik lagu diatas ini bisa kita lihat yaitu jam 12, dengan menambahkan keterangan waktu maka lagu ini akan terasa lebih personal. Jam 12 malam ketika seseorang mencoba melupakan seseorang, mungkin hal ini terasa sangat relatif bagi beberapa orang.

Contoh lainnya adalah lagu Pee Wee Gaskins yang berjudul Selama Engkau Hidup, yang begini liriknya:

 

“Suara pesta yang bergema (hilang semua duka),
Riang canda membuat lupa (ajalmu kan tiba),
Berkurang satu usiamu kawan,
Semakin dekat akhir hidupmu,”

 

Keterangan suasana tempat pada lirik lagu ini yaitu pada pesta ulang tahun. Dimana liriknya juga memiliki sudut pandang yang cukup unik yaitu Dochi mengajak orang berpikir mengenai kematiaan ketika sedang berulang tahun. Hal ini cukup aneh bagi beberapa orang namun sebenarnya benar juga ketika kita berulang tahun maka umur kita juga akan semakin bertambah tua.

Selain itu pada buku ini Dochi juga menceritakan mengenai Brand dimana From Band to Brand. Dochi yang menggunakan Pee Wee Gaskins sebagai alat untuk berkembang dan bisa bekerja sama dengan brand, menghitung statistik data sosial media, membuat target audience, dan hingga akhirnya membuat brand sendiri yang bisa mengisi kebutuhan audience. 

Personal branding seorang Dochi ternyata sangat matang yaitu dengan kacamata frame tebal dengan menggunakan topi snapback dan baju sederhana sehari-hari yang semua orang bisa mendapatkannya. Pada bukunya ini Dochi juga menceritakan bahwa brand pertama dia bukan clothing line nya namun dirinya sendiri dimana personal branding seorang Dochi menjadi praktek untuk mempromosikan diri, karir dan pencapaiannya.

Contoh beberapa brand yang akhirnya lahir dari personal branding seorang Dochi, seperti Sunday Sunday co, HomeRibs, One Triple Nine. brand-brand ini tidak hanya asal jadi namun juga membutuhkan cerita dan pendekatan yang berbeda satu sama lain dan tentunya perencanaan yang matang.

Nah Grameds pada buku Kata Dochi ini masih banyak lagi yang penulis ceritakan didalamnya salah satunya moment kebersamaan dengan istrinya dan buah hatinya, kemudian dengan para personil Pee Wee Gaskins yang tidak bisa diceritakan satu persatu di dalam review ini. Jika grameds penasaran, grameds bisa langsung membeli bukunya di Gramedia.com

Kelebihan dan Kekurangan Kata Dochi: Sebuah Memoar

Pros & Cons

Pros
  • Penulisan yang sederhana dan mudah dipahami.

  • Menceritakan hal-hal ringan dan lucu sehingga menghibur.

  • Tidak perlu membaca dengan urut.
  • Menceritakan mengenai Dochi sendiri dan pengalaman hidupnya.
Cons
  • Tidak memiliki daftar isi pada buku.
  • Gaya bahasa yang kurang halus.
  • Alur cerita yang lompat-lompat.

Kelebihan Kata Dochi: Sebuah Memoar

Buku ini hadir begitu ringan dengan cerita dan bahasa yang sederhana sehingga mudah dibaca dan dimengerti oleh pembacanya. Dengan menceritakan hal-hal random dan lucu buku ini sangat menghibur para pembacanya dan ikut dalam fragmen cerita dari sang vokalis.

Buku ini terdiri dari berbagai bagian namun kamu tidak perlu urut dalam membacanya karna lagi-lagi buku ini bukan cerita yang berurutan. Kamu bisa membacanya dengan lompat-lompat sesuai keinginan kamu. 

Kekurangan Kata Dochi: Sebuah Memoar

Namun sayangnya buku ini tidak memiliki daftar isi, jadi bagi kamu yang kepo dan suka melihat dulu daftar isinya pada buku ini kamu tidak akan menemukan daftar isi yang dimaksud. 

Selain itu gaya bahasa yang kurang halus dan alur cerita yang terkadang masih terasa jomplang sekali. Hal ini karena bahasa yang digunakan oleh penulis merupakan bahasa sehari-hari yang tidak baku dan cerita yang ditulis merupakan pengalaman kehidupan pribadi si penulis. 

Nah, Grameds bagi kamu yang sedang mencari bahan bacaan yang ringan dan komedi kamu bisa membaca buku Kata Dochi: Sebuah Memoar ini. Selain itu bagi kamu juga fans dari Pee Wee Gaskins atau penggemar dari Dochi sendiri maka buku ini sangat cocok kamu baca. Kamu akan mengetahui sisi cerita dari seorang vokalis Pee Wee Gaskins yang mungkin kamu sebelumnya tidak tahu. Selain itu bagi kamu pecinta musik lokal maka buku ini sangat pas untuk kamu miliki.

Itu dia adalah ulasan singkat buku Kata Dochi: Sebuah Memoar yang bisa kamu beli di gramedia.com atau offline store gramedia. Selamat membaca dirumah, Grameds!

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca

 

Penulis : Devina

 

Rekomendasi Buku Terkait

Dua Dekade Musik Indonesia 1998-2018

Dua Dekade Musik Indonesia

Jumlah Halaman: 376.0

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia

Tanggal Terbit: 20 Jan 2020

Berat: 0.751 kg

ISBN: 9786024813093

Lebar: 21.0 cm

Bahasa: Indonesia

Panjang: 29.7cm

Buku ini menceritakan perjalanan musik Indonesia dan cerita sejarah di dalamnya. Pertama, adanya periodisasi dalam sejarah musik Indonesia. Kedua, aktor-aktor musik Indonesia dari 1940-1980. Ketiga, kendala bagi berkembangnya musik Indonesia. Walaupun masih berupa kerangka kasar, artikel tersebut secara umum bisa dipakai untuk membaca sejarah musik pop di Indonesia dari 1940-1980.

Ada bagian-bagian dari sejarah musik Indonesia yang terlewati untuk dicatat. Misalnya, munculnya gelombang musik pop progresif yang dipelopori oleh Radio Prambors Jakarta melalui Lomba Cipta Lagu Remaja pada 1978, yang disebut musik gedongan atau pop alternatif. Juga karya-karya Yockie Suryo Prayogo, Dian Pramana Poetra, dan Deddy Dhukun. Buku Dua Dekade Musik indonesia 1998-2018 ini merupakan kelanjutan dari buku Almanak Musik indonesia 2005-2015 yang juga ditulis oleh Kelik M. Nugroho. 

Sebagai karya, buku ini boleh disebut sebagai rintisan pendoku-mentasian semua peristiwa musik Indonesia. Sekaligus menjawab kebutuhan para akademisi musik yang mempersoalkan kurang memadainya sumber-sumber untuk menganalisis perkembangan musik Indonesia. Buku ini juga dipersembahkan bagi para pecinta musik Indonesia untuk mendapatkan informasi mutakhir peristiwa musik di Indonesia dari 1998-2018, 10 besar band Indonesia dari 1945-1997 dan 1998-2018, serta 100 band Indonesia dan daftar penyanyi Indonesia dari 1998-2018.

 

Kisah dari Hati – Koes Plus Tonggak Industri Musik Indonesia

Kisah dari Hati Koes Plus

Jumlah Halaman: 258

Penerbit: Kompas Penerbit Buku

Tanggal Terbit: 1 Feb 2016

ISBN: 9789797098254

Bahasa: Indonesia

Buku ini menceritakan perjalanan grup musik tanah air Koes Plus yang lagu-lagunya selalu dikenal meski merupakan grup musik jadul. Sejak berdiri tahun 1969 hingga sekarang, Koes Plus tetap digandrungi pecinta musik di seluruh Tanah Air. Namun, sejak meninggalnya Tonny Koeswoyo (1987), Koes Plus seperti hilang ditelan bumi. Tetapi, promotor Ais Suhana kembalmembangkitkan kejayaan Koes Plus tahun 1993 dengan formasi Yon, Yok, Murry, dan Abadi Soesman.

“Koes Bersaudara sangat berpengaruh pada anak-anak muda ketika saya masih remaja. Djon, Tonny, Nomo, Yon, dan Yok memberi inspirasi dengan lagu Dara Manisku, Angin Laut dan lainnya. Inspirasi itu diteruskan setelah menjadi Koes Plus tahun 1969 dan hingga sekarang kita menikmati karya-karya mereka.” – Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur dan CEO PT BCA Tbk.

 

Written by Devina

Hai aku devina, bagi ku menulis adalah hal yang menarik untuk aku jalani. Dengan menulis aku bisa mengetahui banyak hal dan informasi yang tidak pernah aku tahu sebelumnya. Menulis juga membuatku bisa bercerita tentang banyak hal yang unik.

Kontak media sosial Instagram saya Christin Devina