in

Review Buku Di Halaman Berapa Kau Menyimpan Namaku?

Grameds puisi merupakan sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima serta larik dan bait. Puisi merupakan ungkapan perasaan atau emosi dari penulisnya yang dituliskan dengan bahasa yang baik dan indah. Syair-syair dalam puisi memiliki makna yang mendalam sehingga ketika dibaca atau mendengarkan puisi sering kali merasakannya hingga ke perasaan.

Puisi terkadang menjadi ungkapan rasa cinta dan juga rasa sakit yang disebabkan oleh cinta itu sendiri. Puisi bisa menggambarkan perasaan sedih atau senang sesuai dengan kalimat yang dirangkai oleh penulisnya. Puisi juga bisa dikombinasikan menjadi sebuah lagu dengan tambahan nada yang biasanya kita kenal sebagai musikalisasi puisi.

Buku Di Halaman Berapa Kau Menyimpan Namaku merupakan buku kumpulan puisi yang karya Dopra, buku ini menceritakan mengenai harapan yang pernah hadir, buncah di dada, rasa sakit yang menusuk hingga ke jiwa, dan kerelaan dalam cinta. Nah, Grameds apakah kamu penasaran dengan buku puisi ini? Berikut ini adalah ulasan singkat mengenai buku puisi Di Halaman Berapa Kau Menyimpan Namaku.

Sinopsis Buku Di Halaman Berapa Kau Menyimpan Namaku

“Buku usang ini dengan kertas-kertas mengusam halaman yang merobek dirinya penuh dengan bercak-bercak di halaman berapa kau menyimpan namaku? Aku mencarimu ke dalam lipatan buku yang sudah lama tak kau sentuh itu.”

Buku puisi ini merupakan buku yang menjelaskan mengenai rangkaian kata yang menggambarkan cinta seringkali digambarkan selalu berbunga-bunga dan bahagia namun bisa juga menjadi sumber luka. Cinta tidak selalu memiliki makna manis dan bisa saja berubah menjadi rasa pahit dan sakit. Selain itu buku ini juga menceritakan mengenai sebuah cinta dan perasaan yang menggebu-gebu, rasa kecewa dan sakit hati. Dalam buku puisi terdapat 101 puisi pendek dengan total 112 halaman yang ditulis oleh Dopra yang semuanya memiliki keindahan dan maknanya masing-masing.

Berikut ini adalah beberapa puisi yang ada di buku puisi Di Halaman Berapa Kau Menyimpan Namaku yang bisa kamu baca.

 

Celengan

Rindu yang kumasukkan

ke celengan masa lalu

bercencing begitu nyaring

mampu membangunkan kesedihanku

 

Puisi di atas menjelaskan bagaimana perasaan rindu yang dimiliki seseorang untuk orang lain kembali lagi dan terasa sangat nyaring sehingga rasa sedih yang sudah lama tidak dirasakan kembali bangun atau kembali terasa. Setiap cinta pasti akan ada luka dan rasa sakit termasuk dengan rindu, bagaimana jika kita tidak bisa bertemu atau tidak bersama lagi dengan orang yang kita cintai pasti akan terasa sangat hampa dan menghadirkan rindu.

Review Buku: The Architecture of Love | Point of View

 

Tangan (1)

tangan siapa yang merentangkan pelukan? 

tak ada yang mendekapnya

tangan siapa yang terus diulurkan?

tak ada yang meraihnya

tangan siapa yang memberi genggaman?

dan seseorang melepaskan

tanganku kah itu?

 

Contoh karya Dopra lainnya adalah berjudul tangan yang menceritakan seseorang yang terasa hampa tidak ada yang mendekap, meraih namun justru malah dilepaskan. Ketika seseorang sudah menggenggam cinta yang ingin diraih namun akhirnya harus dilepaskan dan menimbulkan luka.

 

Pekarangan

Suatu hari aku akan sampai

di pekaranganmu

tempat daun-daun jatuh

meninggalkan ranting

sementara seseorang

terus menyapu

pekarangan itu tak lagi terbuka

ada yang telah memegari

aku menjaga kau dari yang memegari

pagar menjaga kau berjarak dariku

dengan kaki cintaku yang pincang

mati-matian aku melompati

walau kau tak pernah membukanya

 

Bagaimana Grameds puisi di atas sangat dalam maknanya bukan? Pekarangan menggambarkan hati dan ranting dan daun kering menggambarkan luka yang terus disapu oleh dirinya. Puisi ini menggambarkan seseorang yang berada disamping orang yang dicintainya dan berusaha untuk menumbuhkan cinta atau memegari pekarangan.

Namun apa daya ternyata pekarangan yang menggambarkan hati seseorang itu kini sudah ada yang mengurus atau memegari, ada pagar yang menjadi jarak untuk perasaan itu. Kaki cinta yang pincang menggambarkan cinta yang bertepuk sebelah tangan dimana ia mati-matian untuk melompati dan berusaha masuk namun dia tidak membukanya.

Selepas Berbincang dengan Air Mata

selepas kau berbincang dengan air mata

rindu pulang membawa kepahitan

tangan kirimu menggenggam serpihan 

yang menancap pada tubuh luka

malam ini akan menolongmu

mengemasi keping-kepingan hati

dalam bait-bait puisi kehilanganmu

 

Puisi diatas menggambarkan kesedihan yang dirasakan karena rindu yang datang akan mengundang air mata dan kepahitan. Kesedihan itu kemudian dikemas dalam kepingan hati dalam puisi kehilangan untuk menolong keluar dari kerinduan yang datang.

 

Hari Tua

Kita berenang-renang ke hari tua

aku bertanya; kau ingin masa tua yang seperti apa?

kolam yang tenang; atau pantai yang ramai?

kau memilih kolam di tengah hutan

dengan nyanyian katak, dan jangkrik

serta kunang-kunang yang menyublim

ke dalam diriku

sebelum kita berenang sekali lagi

sampai ke liang itu

 

Bagaimana, Grameds? Puisi yang mengandung banyak makna dan arti dalam setiap baitnya, puisi ini menggambarkan mengenai hari tua, dimana banyak pertanyaan dengan siapa, masa tua yang seperti apa, dan tentang kematiannya. Menggambarkan kesetiaan kedua orang dalam hubungan hingga mereka terpisahkan oleh maut.

Kisah

Ini adalah kisah aku, kau dan dia

aku, adalah tokoh yang terbunuh

perasaannya

 

Ini adalah contoh puisi keenam yang merupakan puisi terakhir, puisi ini menggambarkan sekali rasa sakit hati jadi cocok nih untuk kamu yang sedang galau atau baru putus cinta. Puisi ini menghadirkan tiga tokoh dalam suatu hubungan yaitu aku, kau dan dia. Seperti menceritakan sebuah cinta yang bertepuk sebelah tangan atau juga bisa diartikan sebagai pengkhianatan. Tokoh “aku” yang merasakan sakit sehingga digambarkan dengan perasaannya yang terbunuh.

Masih ada 95 puisi lagi yang bisa kamu baca dan rasakan makna nya tentang cinta dan luka dari rasa cinta itu sendiri. Kalimat dalam puisi-puisi di dalam buku ini ditulis seakan merasuki pembacanya sehingga begitu amat terasa sesak dan sangat relate dengan apa yang dirasakan pembaca.

Profil Penulis Buku Puisi Di Halaman Berapa Kau Menyimpan Namaku 

Penulis buku ini adalah Dopra atau dikenal juga dengan nama asli Dodi Prananda. Dopra adalah penulis kelahiran Padang, Sumatera Barat dan merupakan sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia. Doni sudah serius menekuni dunia menulis sejak 2008 dengan bergabung di Sanggar Remaja Pelangi di Padang.

Buku puisi ini bukan merupakan buku pertama karya Dopra namun sebelumnya sudah ada beberapa buku yang ditulis dan terbitkan seperti Waktu Pesta, Rapuh, Jendela, Rumah Lebah, Bintang Jatuh, Seribu Tahun Mencintaimu, Perantau Galau, dan EX. Selain buku puisi Dopra juga menekuni beberapa antologi seperti Dongeng Patah Hati, Astrolovegi, dan Seribu Tahun Mencintaimu, dll.

Dopra juga pernah bekerja untuk P’Mails yaitu sebuah koran pelajar yang dinaungi oleh padang ekspres dan juga Dopra menulis untuk halaman Singgalang Masuk Sekolah (SMS) di Harian Umum Singgalang di Padang. Dopra juga pernah menjadi reporter untuk majalah Story dan magang di Sinar Harapan Jakarta. Dopra juga saat ini bekerja sebagai Asisten Produser Jawapostv, yang dinaungi PT Jawa Pos Multimedia sebagai reporter sejak 2015.

Tidak hanya menulis, Dopra juga pernah memenangkan penghargaan Aliansi Jurnalis Independen indonesia dan International Labour Organization dengan karyanya Geliat Pemberdayaan PRT pada tahun 2016 dan Penghargaan dari Aliansi Jurnalis Independen Jakarta dan Yayasan Tifa untuk karyanya yang berjudul Mendengar Mereka yang Tak Mendengar di tahun yang sama. Pada 2019, ia menerima Anugerah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat untuk Kategori Program Peduli Perempuan.

Untuk buku puisi sendiri buku Di Halaman Berapa Kau Menyimpan Namaku bukanlah buku pertama yang diterbitkan, sebelumnya sudah ada buku puisi karya Dopra yaitu Besok Kita Belum Tentu Saling Mengingat dan Musim Mengenang Ibu.

Grameds kamu bisa menikmati potongan puisi lainnya milik Dopra di akun media sosialnya, Twitter: @lautankata Instagram: @pranandadodi Facebook: Dodi Prananda Blog: www.dodiprananda.wordpress.com

Kelebihan dan Kekurangan Buku Puisi Di Halaman Berapa Kau Menyimpan Namaku 

Pros & Cons

Pros
  • Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
  • Dilengkapi dengan ilustrasi.
  • Memiliki cover yang menarik perhatian.
Cons
  • Tidak semua ceritanya relate dengan keadaan pembaca.

Kelebihan Buku Puisi Di Halaman Berapa Kau Menyimpan Namaku 

Buku ini memiliki kelebihan yang membuatnya lebih menarik untuk dibaca, kelebihan pertama adalah buku ini menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan abstrak sehingga pembaca bisa mengartikannya sendiri sesuai dengan keadaan yang sedang pembaca rasakan saat itu. Kata-kata yang digunakan sederhana namun tetap indah.

Buku ini juga dilengkapi dengan ilustrasi untuk beberapa puisinya yang sesuai dengan judul dan isi dari puisi itu sendiri seperti pada puisi celengan yang digambarkan dengan sebuah celengan ayam. Buku ini juga dihias dengan cover yang begitu menarik dan warna yang cerah yaitu warna ungu. Cover yang menarik dan cerah akan menambah nilai jual pada buku ini.

Pada setiap puisi yang dituliskan dopra memiliki pesan dan maknanya masing-masing yang bisa kita baca dan rasakan. Puisi-puisi ini bukan puisi seakan menyadarkan bahwa cinta yang biasanya dianggap bahagia dan menyenangkan juga akan menimbulkan rasa luka dan sakit.

Kekurangan Buku Puisi Di Halaman Berapa Kau Menyimpan Namaku 

Tidak semua puisi relate dengan keadaan pembacanya, namun hal itu bisa diatasi dengan bahasa yang digunakan yang bisa disesuaikan dengan keadaan pembacanya masing-masing. Tidak hanya cinta dengan pasangan namun bisa cinta dengan keluarga atau teman.

Pesan Moral Buku Puisi Di Halaman Berapa Kau Menyimpan Namaku 

Buku puisi ini seakan memberikan kita peringatan dan juga akan rasa sakit yang dihadirkan dari sebuah cinta. Cinta tidak selalu indah dan menyenangkan, ada kalanya cinta itu juga menyakitkan dan memberikan rasa pahit. Kenangan akan cinta juga tidak semuanya indah namun ada juga yang membuat nya merasa putus asa dan hadirlah kesedihan.

Penutup

Grameds itu dia adalah ulasan singkat mengenai buku puisi karya Dopra yang berjudul Di Halaman Berapa Kau Menyimpan Namaku. Jika Grameds tertarik dengan buku puisi ini, Grameds bisa mendapatkannya di gramedia.com atau toko buku gramedia terdekat di kotamu. Selamat Membaca!

Gramedia senantiasa menjadi #SahabatTanpaBatas untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca

 

Penulis : Devina

 

Rekomendasi Buku Terkait

Lalu Kau: Sekumpulan Puisi

lalu kau

Di semesta ini, manusia menjadi makhluk-Nya yang terindah dan terkuat. Tetapi, sejak mula kehadirannya di bumi, kezaliman manusia terjadi, bahkan pada dirinya sendiri. Hati, rasa, dan akal kita kian terhijab melumpuhkan kewajiban alamiah dan ilahiah kita untuk meluhurkan diri sendiri, juga semesta. 

 

Kisah dari Halaman Belakang

kisah dari halaman belakang

Ibu. Mama. Bunda. Kadang, ada juga yang memanggilnya Malaikat Tanpa Sayap. Dia yang sering kali hanya berada di belakang layar sebuah kehidupan bernama keluarga. Tangisnya, suka duka dan lelahnya, kadang tak dianggap. Nasibnya selalu dibandingkan, padahal tiap rintangan yang dihadapi tiap-tiap ibu tak pernah sama. Ini adalah sebuah antologi cerpen tentang ibu—dimana kisahnya tak selalu manis; terkadang mengharu-biru, terkadang membakar hingga hangus.

 

Namaku Alam

namaku alam

Inilah yang kubayangkan detik-detik terakhir Bapak: 18 Mei 1970. Hari gelap. Langit berwarna hitam dengan garis ungu. Bulan bersembunyi di balik ranting pohon randu. Sekumpulan burung nasar bertengger di pagar kawat. Mereka mencium aroma manusia yang nyaris jadi mayat bercampur bau mesiu. Terdengar lolongan anjing berkepanjangan. Empat orang berbaris rapi, masing-masing berdiri dengan senapan yang diarahkan kepada Bapak. Hanya satu senapan berisi peluru mematikan.

Selebihnya, peluru karet. Tak satupun diantara keempat lelaki itu tahu siapa yang kelak menghentikan hidup Bapak. Pada usianya yang ke-33 tahun, Segara Alam menjenguk kembali masa kecilnya hingga dewasa. Semua peristiwa tertanam dengan kuat. Karena memiliki photographic memory, Alam ingat pertama kali dia ditodong senapan oleh seorang lelaki dewasa ketika masih berusia tiga tahun; pertama kali sepupunya mencarinya sebagai anak ‘pengkhianat negara’; pertama kali Alam berkelahi dengan seorang anak pengusaha besar yang menguasai sekolah; dan pertama kali dia jatuh cinta.

 

Written by Shaza Zahra

Halo, saya Shaza Zahra Hanifah, berperan sebagai editor artikel di Gramedia. Selain sebagai pekerjaan, membaca dan menulis adalah hobi utama saya. Keahlian riset saya membantu saya menyusun konten yang bermanfaat dan berkualitas di blog ini.