in

Review Novel Maut Menjemput Sang Uskup Agung Karya Willa Cather

Maut Menjemput Sang Uskup Agung – Hai, Grameds! Salah novel tentang pelajaran hidup yang bisa kamu baca adalah novel ini, sebuah novel yang terbit pada tahun 1927 karya seorang penulis AS bernama Willa Cather yang masih sangat relevan untuk dibaca di masa kini.

Novel ini menceritakan tentang perjuangan dua imam Katolik dalam mendirikan keuskupan di sebuah kota baru, New Mexico. Novel-novel Willa Cather memang seringkali mengangkat tema-tema tentang identitas, imigrasi, pertanian, dan kehidupan manusia yang dihadapkan dengan kenyataan hidup yang pahit dan manis.

Maut Menjemput Sang Uskup Agung (Death Comes for the Archbishop) merupakan sebuah novel yang didasarkan pada dua tokoh sejarah. Mereka berjuang untuk menegakkan iman mereka di tengah-tengah masyarakat yang memiliki latar budaya yang berbeda.

Mengenal Willa Cather, Penulis Novel Maut Menjemput Sang Uskup Agung 

 

Willa Cather yang memiliki nama asli Wilella Sibert Cather adalah seorang penulis asal Amerika Serikat yang dianggap sebagai salah satu penulis besar dalam sejarah sastra AS. Perempuan kelahiran 7 Desember 1873 di Virginia ini dikenal dengan karyanya yang mendalam, ia tumbuh besar di Virginia dan Nebraska.

Mulanya, Cather berencana menjadi seorang dokter, tetapi ia menemukan kepuasan setelah menulis sebuah artikel untuk Nebraska State Journal dan menjadi kontributor tetap untuk jurnal tersebut. Karena hal itulah, Cather pada akhirnya mengubah jurusan kuliahnya dan lulus dengan gelar sarjana sastra Inggris.

Tahun 1894, Cather lulus dan mulai bekerja di Pittsburgh sebagai penulis untuk berbagai publikasi dan menjadi seorang guru sekolah selama sekitar 13 tahun, setelah itu Cather memutuskan untuk pindah ke New York City menghabiskan sisa hidupnya.

Willa Cather dikenal dengan novel-novelnya tentang kehidupan di wilayah perbatasan yang membawanya pada pengakuan nasional. Tahun 1923, ia dianugerahi Pulitzer Prize untuk novelnya yang berjudul One of Ours yang berlatar belakang Perang Dunia I.

Tahun 1943, Cather juga terpilih sebagai Fellow of the American Academy of Arts and Sciences, dan pada tahun 1944, ia menerima medali emas untuk fiksi National Institute of Art dan Letter, sebuah penghargaan yang diberikan sekali setiap dekade untuk pencapaian sebagai seorang penulis.

Sinopsis Novel Maut Menjemput Sang Uskup Agung 

Maut Menjemput Sang Uskup Agung adalah sebuah novel terjemahan Death Comes for The Archbishop. Novel ini terinspirasi dari sejarah yang diambil dari kehidupan Jean Baptiste Lamy (1814 – 1888), dengan plot berdasarkan pada penaklukan Southwest oleh AS dalam perang Meksiko – Amerika yang berlangsung dari tahun 1846 hingga 1848.

Novel Maut Menjemput Sang Uskup Agung menceritakan tentang kehidupan dua imam Katolik Roma, Uskup Jean Marie Latour dan Bapak Joseph Vaillant, mereka berdua ditugaskan untuk memimpin wilayah baru di New Mexico dan Arizona pada pertengahan abad ke-19. 

Keduanya adalah teman sejak lama dan memiliki sejarah kerja sama yang erat dan menjelajahi negeri yang asing itu dengan menunggang kuda atau keledai dan dengan perbekalan yang seadanya serta perjuangan mereka dalam dalam menghadapi gurun yang indah namun berbahaya.

Review Buku: The Architecture of Love | Point of View

New Mexico adalah wilayah baru di Amerika Serikat, dan untuk mengelola serta mengembangan gereja Katolik di sana, Uskup Latour dan Bapa Joseph ditugaskan untuk menyebarkan agama Katolik. Jean Marie Latour sendiri adalah seorang pemuda Prancis yang baru diangkat sebagai Vikaris Apostolik, ia telah melakukan perjalanan sebagai seorang vikaris bersama dengan temannya, Joseph dari Sandusky, hingga ke Ohio.

Novel ini didasarkan pada kehidupan dua tokoh bersejarah dari abad ke-19, Jean Baptiste Lamy (1814-1888), Uskup Agung Pertama di Santa Fé, New Mexico, dan Joseph Projectus Machebeuf (1812-1889), Uskup pertama di Denver. Di dalamnya disertakan pula kisah fiksi tentang tokoh-tokoh yang sungguh-sungguh ada dalam sejarah, di antaranya Kit Carson, Manuel Antonio Chaves, dan Paus Gregory XVI.

Kisah dimulai ketika Uskup Latour dan Uskup Vaillant tiba di wilayah baru yang ganas dan panas tersebut. Di New Mexico, mereka menemukan wilayah tersebut dengan masyarakat yang beragam, yang terdiri dari penduduk asli Amerika, orang-orang Spanyol yang telah tinggal di sana selama beberapa generasi, dan para imigran baru dari berbagai latar budaya.

Ketika mereka menjalankan tugasnya, Uskup Latour dan Uskup Vaillant menghadapi banyak kesulitan dalam mencapai tujuan mereka untuk menegakkan iman Katolik di wilayah tersebut. Mereka berdua harus mengatasi perbedaan budaya, bahasa, dan keyakinan, sambil juga berhadapan dengan alam yang baru.

Uskup Latour dan Uskup Vaillant segera menyadari bahwa New Mexico adalah wilayah yang panas, tugas mereka tidak hanya mencakup urusan kependetaan, tetapi mereka harus menjadi sebagai diplomat, pedagang, penerjemah, gubernur, dan bahkan sebagai juru masak mereka yang didasarkan pada kebutuhan.

Kedua laki-laki tersebut memiliki persahabatan yang luar biasa, tetapi Uskup Latour seiring berjalannya waktu merasa semakin kesepian dan merindukan kampung halaman. Karena Uskup Vaillant yang merasa betah di mana saja, dapat menyegarkan kesepian Latour dengan tantangan di depan sana dan ingin membantu orang sebanyak mungkin.

Kedua Uskup tersebut memiliki kepribadian yang berbeda. Uskup Latour lebih tenang dan berperasaan lembut yang selalu bisa membawa diri di tengah-tengah orang Indian, Mexico, maupun orang kulit putih serta lebih peka terhadap kepercayaan serta adat-istiadat setempat, sedangkan Uskup Vaillant selalu berapi-api dan lebih mudah berbaur dengan siapa saja sehingga selalu memberi warna di mana pun ia berada.

Dengan kepribadian yang bertolak belakang, mereka berusaha untuk bekerja sama hingga pada akhirnya Uskup Latour dan Uskup Vaillant berhasil membangun gereja-gereja, sekolah-sekolah, dan menjalin hubungan yang hangat dengan orang-orang setempat. Mereka berdua berusaha memperjuangkan keadilan bagi penduduk asli Amerika dan berusaha menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi masyarakat.

Review Novel Maut Menjemput Sang Uskup Agung

Pros & Cons

Pros
  • Novel Maut Menjemput Sang Uskup Agung didasarkan ada kehidupan dua tokoh bersejarah pada abad ke-19 dan disertakan kisah fiksi tentang tokoh-tokoh yang ada dalam sejarah.
  • Novel Maut Menjemput Sang Uskup Agung dinilai memiliki gaya bahasa atau prosa yang indah oleh Willa Cather sebagai penulisnya.
Cons
  • Beberapa pembaca merasa bahwa alur yang disajikan di dalam novel Maut Menjemput Sang Uskup Agung terkesan lambat.

Kelebihan Novel Maut Menjemput Sang Uskup Agung 

Maut Menjemput Sang Uskup Agung (Death Comes for the Archbishop) adalah novel tahun 1927 karya penulis Amerika, Willa Cather. Cerita ini berkisah tentang upaya seorang uskup Katolik dan seorang imam untuk mendirikan keuskupan di Wilayah New Mexico.

Novel Maut Menjemput Sang Uskup Agung didasarkan pada dua tokoh sejarah, yaitu Jean Baptiste Lamy (1814 – 1888) dan Joseph Projectus Machebeuf (1812 – 1889), dan bukan pada satu plot tunggal. Novel ini merupakan pengisahan bergaya tentang kehidupan keduanya sebagai rohaniwan Katolik Roma di New Mexico.

Penceritaan dilakukan dalam gaya orang ketiga yang tahu segalanya. Cather bahkan menyertakan kisah fiksi tentang tokoh-tokoh yang sungguh ada di dalam sejarah, seperti Kit Carson, Manuel Antonio Chaves, dan Paus Gregorius XVI. Hal ini menunjukkan bahwa Cather tidak hanya menulis sebuah karya, namun juga memiliki kemampuan penelitian yang baik.

Novel Maut Menjemput Sang Uskup Agung dinilai memiliki prosa yang indah yang menjadi salah satu aspek paling dihargai. Karena gaya penulisan Willa Cather begitu mendalam dengan deskripsi alam yang detail, gambaran karakter yang bijak, serta dialog yang semuanya menghasilkan gaya penulisan yang membuat pembaca merasa hanyut dalam cerita.

Maut Menjemput Sang Uskup Agung ini juga mengangkat beberapa tema penting, termasuk eksplorasi spiritual, berbaur dengan masyarakat yang memiliki keberagaman budaya, serta keteguhan iman sehingga memberikan efek emosional kepada para pembaca.

Kekurangan Novel Maut Menjemput Sang Uskup Agung

Selain kelebihan yang telah disebutkan di atas, novel karya Willa Cather ini juga memiliki kekurangan. Hal itu ditemukan pada beberapa pembaca yang merasa bahwa alur yang disajikan oleh Cather terkesan lambat, penjelasan yang mendalam dan deskripsi yang rinci kadang-kadang membuat pembaca merasa bosan untuk melanjutkan cerita.

Penutup

Maut Menjemput Sang Uskup Agung adalah sebuah kisah yang bukan menceritakan tentang kematian, tetapi justru novel ini adalah tentang kehidupan. Novel Maut Menjemput Sang Uskup Agung berkisah tentang dua orang laki-laki yang dalam hal ini disebut sebagai orang suci, mereka hidup, bekerja, dan bertemu banyak orang lain untuk memberikan nilai-nilai baik.

Novel ini hadir dengan keunikannya sendiri yang tidak memiliki kisah cinta dan kehadiran karakter seorang perempuan. Tidak ada bumbu tentang cinta kecuali cinta seorang manusia kepada Tuhannya untuk menjadi pelayan agama dan kemanusiaan itu sendiri.

Sebagai penutup, novel Maut Menjemput Sang Uskup Agung banyak mengeksplorasi perjalanan spiritual dari kedua uskup di wilayah baru yang pada akhirnya keduanya mencapai tingkat dewasa dalam mendedikasikan iman mereka terhadap Tuhan dan tugas mereka sebagai manusia untuk saling membantu satu sama lain.

Novel ini juga menggali tentang tema persahabatan, cinta terhadap manusia, dan cinta pada tanah kelahiran sendiri, yaitu New Mexico. Terlebih, pada persahabatan kedua uskup tersebut, yang Cather hadirkan dengan luar biasa karena mereka berdua sama-sama bisa saling menghormati kehendak dan perasaan satu sama lain.

Dapatkan segera bukunya hanya di Gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Melani Wulandari

Rekomendasi Buku Terkait

Ledakan Dendam (Death Comes As The End)

Death Comes at the End

Ledakan Dendam atau Death Comes as the End adalah sebuah novel misteri sejarah karya Agatha Christie, yang pertama kali diterbitkan di AS oleh Dodd, Mead and Company pada Oktober 1944 dan di Inggris oleh Collins Crime Club pada bulan Maret tahun berikutnya.

Ini adalah satu-satunya novel Christie yang tidak berlatar abad ke-20, dan juga tidak menampilkan karakter Eropa. Sebagai gantinya, novel ini berlatar di Thebes pada tahun 2000 SM, sebuah latar di mana Christie mendapatkan apresiasi saat bekerja dengan suaminya seorang arkeolog, Sir Max Mallowan, di Timur Tengah. 

Novel ini terkenal karena jumlah kematiannya yang sangat tinggi dan berbanding dengan And Then There Were None dari sudut pandang ini. Ini juga merupakan novel full-length pertama yang menggabungkan fiksi sejarah dan whodunit/cerita detektif, sebuah genre yang kemudian disebut whodunit sejarah.

Sumber:

  • https://www.goodreads.com/book/show/545951.Death_Comes_for_the_Archbishop

 Rating: 3.9

Written by Shaza Zahra

Halo, saya Shaza Zahra Hanifah, berperan sebagai editor artikel di Gramedia. Selain sebagai pekerjaan, membaca dan menulis adalah hobi utama saya. Keahlian riset saya membantu saya menyusun konten yang bermanfaat dan berkualitas di blog ini.