in

Review Buku Kartini karya Redaksi Tempo

Siapa yang tidak kenal dengan Kartini? Kartini adalah sosok pahlawan pejuang emansipasi wanita yang berjuang untuk wanita-wanita Indonesia sejak dulu agar setara dengan laki-laki. Hari Kartini juga diperingati setiap tahunnya pada 21 April banyak peringatan yang biasanya dilakukan pada hari kartini seperti upacara dan menggunakan baju kebaya atau baju tradisional.

Kartini memiliki pribadi yang tegas dan berani untuk mendobrak perubahan pada kala itu. Namun Kartini juga merupakan gambaran seorang wanita yang kontradiksi ketika ia cerdas dan kuat namun dia juga lemah hati. Gagasannya merubah stigma perempuan itu lemah dan harus dirumah hanya memasak dan mengurus rumah, Gagasan ini yang membuat sekarang banyak sekali pekerjaan laki-laki yang dikerjakan wanita bahkan menjadi kepala negara sekalipun. Hidup Kartini memang tidak panjang hanya 25 tahun namun gagasan-gagasan progresifnya masih diingat hingga saat ini.

Melalui buku Gelap Terang Hidup Kartini karya Redaksi Tempo ini pembaca bisa mengingat kembali gambaran utuh mengenai Kartini. Buku Seri Tempo Kartini 2022 ini adalah jilid pertama seri Perempuan-Perempuan Perkasa yang diangkat dari liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo pada 2013.

Sinopsis Buku Gelap Terang Hidup Kartini

Seri ini akan mengangkat, mengupas dan mengisahkan sisi lain dari tokoh-tokoh perempuan yang mempunyai peran besar pada zamannya. Buku ini terbagi dalam lima bab inti dengan beberapa subbab. Buku ini akan memberikan gambaran mengenai kehidupan Kartini dalam bentuk yang kompleks. Buku ini juga memberikan pengalaman luar biasa dari Kartini dan banyak fakta-fakta menarik yang diceritakan oleh penulis.

Bab pertama akan membahas mengenai surat-surat, pikiran dan impian Kartini. Bab ini menyampaikan mengenai transmisi Kartini bersama dengan sahabat pena nya. Dimana berawal dari inisiatif dari iklan mencari sahabat pena di majalah De Hollandsche Lelie. Kemudian seorang aktivis feminis Belanda menyambut iklan itu yaitu Estelle “Stella” Zeehandelaar. Dalam salah satu suratnya, Kartini menulis, “Panggil aku Kartini saja!” yang menjelaskan kartini tidak iri dengan gelar bangsawan miliknya. Mereka akhirnya berkomunikasi dengan intens bahkan dengan Marie Ovink-Soer seorang istri Asisten Residen Jepara, yang bertugas di sana tepat sebelum Kartini masuk pingitan. Marie Ovink-Soer juga seorang pengarang novel remaja Belanda yang produktif dan terkenal. Marie ini lah yang memperkenalkan Kartini pada sastra feminis, seni lukis dan kefasihan berbahasa Belanda.

Perkenalan dengan Stella dan Marie membuka jalan perkenalannya dengan sahabat pena lain, seperti JH Abendanon, Direktur Pendidikan, Agama, dan Industri Hindia-Belanda yang juga seorang pendukung politik etis, serta istrinya, Rosa Manuela Abendanon-Mandri. Pada tahun 1911, Keluarga Abendanon inilah yang mengumpulkan surat-surat Kartini dan menerbitkannya menjadi sebuah buku yaitu Door Duisternis Tot Licht , yang berarti Dari Kegelapan Menuju Cahaya. Buku ini diterjemahkan kemudian oleh Armijn Pane yang diterbitkan Balai Pustaka tahun 1922 dengan judul  Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran.

Bab kedua menjelaskan bahwa kecerdasan Kartini sudah tampak ketika ia masih kecil karena ia termasuk anak yang lincah dan kritis. Percakapannya dengan gadis Belanda di Europeesche Lagere School (saat ini sekolah dasar), membekas di diri kartini terus mencari jawaban atas pertanyaan itu sepanjang hidupnya. Ayahnya berkata bahwa kelak ia harus menjadi Raden Ayu namun hal itu tidak membuatnya puas. Keunggulan yang dimiliki karena ia adalah bangsawan membuat jiwa nya bangkit untuk memberontak pada banyak aturan yang dianggapnya tak berpihak pada perempuan. Dengan ini kartini juga semakin ingin melanjutkan sekolahnya

Di mana buku ini juga menjelaskan bagaimana kartini dipingit sehingga hubungan dengan sahabat pena yang dijalaninya juga merupakan bentuk penghiburan atas kesedihan Kartini. Ayahnya yang penyayang juga memberikan penghiburan dengan buku dan majalah. Ketika dua adik Kartini, Kardinah dan Roekmini bergabung dalam pingitan, mereka bertiga menyibukkan diri dengan membaca dan menulis artikel untuk majalah dan koran. Bacaan yang menginspirasi Kartini adalah novel Max Havelaar karya Multatuli, yang menjadikan kartini pengamat sosial kritis atas sistem tanam paksa dan politik etis Hindia Belanda.

Tidak seperti pahlawan yang maju di medan perang dengan senjata namun pena Kartini ini yang menjadi belati untuk melawan keterbelakangan. Kartini lebih dari sekedar pendekar kaumnya. Kartini juga serta meletakkan fondasi dasar literasi bagi nusantara dan menginisiasi semangat kewirausahaan serta diplomasi yang memajukan perekonomian.

Ketiga kakak beradik ini kemudian dimerdekakan dari pingitan oleh sang ayah pada 2 mei 1898 yang membuat semangat mereka semakin menyala. Mereka ke Semarang untuk merayakan penobatan Ratu Wilhelmina. Kembali dari Semarang, mereka bertiga blusukan ke kampung-kampung untuk mendatangi sejumlah sentra kerajinan. Kartini menciptakan motif macan kurung dan lung-lungan (rangkaian) bunga untuk ukir Jepara dan mempromosikannya melalui perkumpulan Oest en West. 

Ketika usaha itu berkembang pesat membuat taraf hidup pengrajin ukir Jepara pun meningkat. Selain itu Kartini juga membuat buku resep masakan dan cara membatik Kartini juga bahkan membuka sekolah di belakang rumah bagi perempuan pribumi. Kartini juga mengajarkan cara menjahit, merenda, memasak, dan membuat kue yang dilakukannya ketika diluar jam sekolah.

Review Buku: The Architecture of Love | Point of View

Bab ketiga, akan membahas bagaimana Kartini terjepit antara cinta, impian, dan adat. Selain itu juga disematkan sosok kakeknya yaitu Pangeran Ario Tjondronegoro IV, seorang bupati pertama yang memberikan pendidikan barat bagi anak-anaknya. Serta kakaknya, Sosrokartono, yang sangat pintar dan berhasil melanjutkan pendidikan ke Belanda. Sosrokartono menguasai 24 bahasa asing dan 10 bahasa suku nusantara. Berkat kakaknya ini juga kartini mendapatkan bacaan berkualitas dan terinspirasi untuk berpikir maju.

Bab ini juga menceritakan mengenai kakak beradik tiga perempuan ini yang masing-masing mewujudkan cita-citanya, Roekmini berhasil melanjutkan cita-cita Kartini mendirikan sekolah di Jepara, dan Kardinah berhasil membangun rumah sakit di Tegal dari honor menulisnya. Serta anak semata wayang Kartini, Raden Mas Soesalit yang tidak mau menjadi bupati dan memilih karir sebagai tentara.

Bab keempat, membahas tentang tiga tragedi dalam hidup Kartini. Tragedi itu, harapan kandasnya untuk melanjutkan sekolah ke Belanda, Lamaran dari Raden Mas Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, bupati Rembang yang telah beristri tiga. terakhir terjadi empat hari setelah melahirkan, Kartini meregang nyawa akibat proses pengiriman yang berat. Karena rasa sayang dan hormat pada ayahnya, Kartini menunjukkan kedewasaan dan kematangan pemikiran dimana ia memupus pendidikan, impan, dan takluk pada tradisi.

Bab kelima membahas mengenai perbedaan yang terjadi terhadap “ warisan ” peninggalan Kartini. Museum Kartini yang berada di Jepara tampak tak diperbaiki. Biaya operasional yang dibutuhkan dan pengunjung yang sedikit hadir tidak mampu menutup itu. Sementara di Perpustakaan Institut Kerajaan Belanda untuk Kajian Asia Tenggara dan Karibia (KITLV) di Leiden, Belanda begitu terawat dengan baik. Bahkan untuk melestarikannya, surat-surat Kartini disimpan dalam mikrofilm dan akan segera dibuat dalam bentuk digital. Ini seperti sebuah “ menghasilkan ” , dimana warisan kepahlawanan di negara lain ternyata lebih dihargai daripada di negeri sendiri.

Tentang Penyunting Buku Kartini karya Redaksi Tempo

Buku ini telah melewati proses penyuntingan dengan salah satu penulis handal yaitu Leila S. Chudori yang merupakan redaktur senior majalah Tempo. Selain itu Leila S. Chudori juga seorang penulis skenario dan novel produktif yang telah memenangkan berbagai penghargaan bergengsi, seperti : Penulis Skenario Drama Televisi Terpuji (2006; Dunia Tanpa Koma), Penghargaan Sastra Badan Bahasa Indonesia (2011; 9 Dari Nadira) dan Southeast Asian Writers Award (SEA Write Award) 2020 untuk novelnya, Laut Bercerita.

Novel-novel Leila S. Chudori secara jamak menggambarkan tentang kejujuran, keyakinan, pengorbanan dan hasrat jiwa yang bebas merdeka. Beberapa merupakan kritik terhadap politik dan sejarah. Hal ini sangat selaras dan sejalan dengan gagasan-gagasan Kartini yang mendambakan kebebasan dan kebebasan berpikir.

Kelebihan dan Kekurangan Buku Kartini karya Redaksi Tempo

Pros & Cons

Pros
  • Menjelaskan dengan detail mengenai perjuangan sosok Kartini.
  • Buku ini disunting oleh penulis ternama yaitu Leila S. Chudori.
  • Kalimat yang digunakan mudah dimengerti.
  • Buku ini menyajikan berbagai foto-foto yang menjelaskan situasi tertentu.
  • Bukunya ringkas dan tidak terlalu tebal.
Cons
  • Adanya pembahasan berulang pada beberapa bab.

Kelebihan Buku Kartini Karya Redaksi Tempo

buku ini menjelaskan dengan detail tentang perjuangan sosok kartini hingga dapat merubah stigma dan juga ketentuan terhadap perempuan. Buku ini berisikan berbagai pemikiran kartini dan gagasannya yang tidak diceritakan ketika ada di bangku sekolah dulu.

Tentu buku ini dibentuk juga karena seorang penyunting yang sudah tidak diragukan lagi karyanya yaitu Leila S  Chudori yang buku-bukunya juga banyak diminati. Perbendaharaan kata dan kalimat yang baik membuat buku ini dapat dimengerti dengan mudah.

Selain itu yang menjadikan buku ini memiliki kelebihan lain adalah buku Kartini ini dilengkapi dengan foto-foto bernilai sejarah yang mendukung setiap sub babnya. Foto-foto ini membantu pembaca untuk membayangkan kondisi dan lingkungan yang terjadi dulu pada Kartini semasa hidupnya.

Bukunya juga ditulis dengan ringkas sehingga tidak terlalu tebal dan bisa dibaca dengan santai. Jadi kamu bisa menikmati kisah perjalanan kartini dalam sekali duduk di teras dengan santai

Kekurangan Buku Kartini karya Redaksi Tempo

Selain ada kelebihan ada juga kekurangan kekurangan buku ini adalah adanya pembahasan berulang pada beberapa bab. Hal ini bisa dimaklumi mengingat buku ini lahir dari kumpulan tulisan kolom majalah , yang setiap artikelnya menuntut pembahasan yang runtut meski singkat

Pesan Moral Buku Kartini karya Redaksi Tempo

Gagasan kartini terbukti hingga saat ini masih relevan, sudah lewat 140 tahun setelah masa jayanya selesai. Kartini memang menunjukkan berbagai perubahan besar dalam tatanan sosial di Indonesia. Saat ini dibandingkan merayakan hari kartini dengan menggunakan kebaya namun seharusnya ada refleksi mengenai kegelisahan sama seperti yang dirasakan oleh kartini pada masanya, ketika melihat isu demokrasi, kemiskinan, pendidikan, kekerasan terhadap perempuan, diskriminasi dan masih banyak lagi.

Nah Grameds itu dia adalah ulasan singkat mengenai buku Kartini karya Redaksi Tempo yang bisa kamu baca dan pelajari mengenai kehidupan kartini. Kamu bisa mendapatkannya di gramedia.com atau toko buku terdekat di kotamu.

Gramedia senantiasa menjadi #SahabatTanpaBatas untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca

 

Penulis : Devina

 

Rekomendasi Buku Terkait

Buku Seri Pahlawan Nasional: Ki Hajar Dewantara

ki hajar dewantara

Buku Seri Pahlawan Nasional berisi kisah-kisah heroik para pahlawan yang berjasa bagi negara. Buku ini membahas perjuangan para pahlawan, termasuk segala pencapaian dan tantangan yang mereka hadapi sepanjang hidupnya. Buku Seri Pahlawan Nasional: Ki Hajar Dewantara berkisah tentang sosok pahlawan yang berjasa terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia. Berkat perjuangannya, Ki Hajar Dewantara, yang juga dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional, berhasil meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Sampai sekarang pun ajarannya masih dikenal dan digunakan di sekolah-sekolah. Bagaimana cerita kehidupannya?

 

Buku Seri Pahlawan Nasional: Mohammad Hatta

mohammad hatta

Buku ini menceritakan kisah hidup Mohammad Hatta, salah satu pendiri Republik Indonesia dan Wakil Presiden pertama Indonesia. Buku ini dimulai dengan masa kecil Hatta di Bukittinggi, Sumatera Barat. Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 dari keluarga pedagang. Dia adalah anak kelima dari delapan bersaudara. Ayah Hatta adalah seorang pedagang sukses, dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang taat beragama. Hatta mengenyam pendidikan di berbagai sekolah di Bukittinggi, kemudian melanjutkan pendidikannya di Belanda.

Di Belanda, Hatta belajar ekonomi di Universitas Leiden. Setelah lulus dari Universitas Leiden, Hatta kembali ke Indonesia dan menjadi dosen di Universitas Indonesia. Hatta aktif dalam pergerakan nasional Indonesia. Dia bersama Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1927. Buku ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang tokoh besar yang telah banyak berjasa bagi Indonesia. Buku ini akan membuat pembacanya terinspirasi untuk menjadi orang yang lebih baik dan berguna bagi bangsa dan negara.

 

Seri Pahlawan Nasional: R.A. Kartini

ra kartini

Raden Adjeng Kartini (21 April 1879 – 17 September 1904) atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan Nusantara. Ia adalah seorang aktivis Indonesia terkemuka yang mengadvokasi hak-hak perempuan dan pendidikan perempuan. Ia mempunyai tanggal lahir yang sama seperti dr. Radjiman Wedyodiningrat, yakni sama-sama lahir pada 21 April 1879. Ia dilahirkan dalam keluarga bangsawan Jawa di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Setelah bersekolah di sekolah dasar berbahasa Belanda, ia ingin melanjutkan pendidikan lebih lanjut, tetapi perempuan Jawa saat itu dilarang mengenyam pendidikan tinggi. Ia bertemu dengan berbagai pejabat dan orang berpengaruh, termasuk J.H. Abendanon, yang bertugas melaksanakan Kebijakan Etis Belanda.

Setelah kematiannya, saudara perempuannya melanjutkan pembelaannya untuk mendidik anak perempuan dan perempuan. Surat-surat Kartini diterbitkan di sebuah majalah Belanda dan akhirnya, pada tahun 1911, menjadi karya: Habis Gelap Terbitlah Terang, Kehidupan Perempuan di Desa, dan Surat-Surat Putri Jawa. Ulang tahunnya sekarang dirayakan di Indonesia sebagai Hari Kartini untuk menghormatinya, serta beberapa sekolah dinamai menurut namanya dan sebuah yayasan didirikan atas namanya untuk membiayai pendidikan anak perempuan di Indonesia. Dia tertarik pada mistisisme dan menentang poligami.

Written by Shaza Zahra

Halo, saya Shaza Zahra Hanifah, berperan sebagai editor artikel di Gramedia. Selain sebagai pekerjaan, membaca dan menulis adalah hobi utama saya. Keahlian riset saya membantu saya menyusun konten yang bermanfaat dan berkualitas di blog ini.