in

Review Buku The Intelligent Investor

Buku The Intelligent Investor ditulis oleh Benjamin Graham, seorang penasihat investasi terbesar di abad ke-20. Melalui buku ini, Benjamin Graham akan mengajar dan menginspirasi orang-orang di seluruh dunia.

Buku The Intelligent Investor ini berhasil menarik perhatian tokoh ternama dalam dunia investasi, yang juga seorang pengusaha, dan filantropis asal Amerika, Warren Buffet. Buku ini sangat direkomendasikan olehnya dan juga dinobatkan sebagai buku investasi terbaik yang pernah ditulis.

Buku The Intelligent Investor pertama kali diterbitkan pada tahun 1949, dan sudah beberapa kali diterbitkan ulang dan direvisi. Buku The Intelligent Investor meraih kesuksesan dengan menjadi salah satu buku dengan penjualan terbaik, yang penjualan buku hardcover mencapai lebih dari 1 juta eksemplar.

Buku The Intelligent Investor ini akan membahas mengenai seluk beluk dunia pasar dan filosofi Benjamin Graham tentang “investasi nilai”, yang melindungi investor dari kesalahan substansial dan mengajarkan mereka untuk mengembangkan strategi jangka panjang.

Meskipun buku ini ditulis pada 73 tahun yang lalu, selama bertahun-tahun lamanya, perkembangan pasar telah membuktikan kebijaksanaan strategi Benjamin Graham. Dapat dikatakan bahwa strategi yang dikemukakan Graham abadi dan terus mengikuti perkembangan zaman.

Sambil menjaga integritas teks asli Graham, terdapat edisi revisi yang mencakup komentar terbaru dari jurnalis keuangan terkenal Jason Zweig, yang mengemukakan sudut pandang yang menggabungkan realitas pasar saat ini, menarik kesejajaran antara contoh Graham dan berita utama keuangan hari ini, dan memberi pembaca pemahaman yang lebih menyeluruh tentang bagaimana menerapkan prinsip-prinsip Benjamin Graham.

Buku The Intelligent Investor ini sangat cocok dibaca oleh anda yang ingin mulai untuk terjun ke dalam dunia investasi, saham, dan ingin mencapai tujuan keuangan anda.

tombol beli buku

Profil Benjamin Graham – Penulis Buku The Intelligent Investor

The Intelligent Investor by Benjamin Graham Book Review

Sumber foto: investopedia.com

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Benjamin Graham atau yang dikenal dengan panggilan Ben merupakan pria asal Inggris yang dilahirkan di London, pada tanggal 8 Mei 1894, dengan nama asli Benjamin Grossbaum. Sejak dirinya berumur 1 tahun, Ben beserta keluarganya pergi meninggalkan London dan memutuskan untuk pindah ke New York City.

Ayah dari Benjamin merupakan seorang importer, dan tujuan ia membawa keluarganya untuk pindah ke New York City adalah untuk melanjutkan bisnisnya. Namun, semua berjalan tidak sesuai dengan rencana, bisnisnya tak berjalan baik di Amerika, dan tak lama setelah pindah, ayah Benjamin meninggal dunia.

Keadaan keluarga Benjamin setelah kepergian ayahnya ikut memburuk dengan keterbatasan ekonomi. Namun, Benjamin Graham terus berusaha untuk memberikan yang terbaik dengan fokus kepada pendidikannya. Benjamin Graham merupakan salah satu murid yang dinilai sangat pintar, bahkan menjadi murid terbaik di sekolahnya.

Benjamin berhasil lulus dan melanjutkan pendidikan tinggi di salah satu universitas ternama di Amerika, Columbia University School of Business. Oleh karena kecerdasannya, ia dijanjikan untuk menjadi salah satu tenaga pengajar di kampusnya setelah ia lulus nanti. Namun, Ben juga memiliki keinginan lain untuk mengeksplor lebih jauh kemampuannya dalam menganalisis finansial.

Ben berhasil lulus dari Columbia University di usia 20 tahun. Setelah itu, ia pun memulai karirnya di Wall Street yang kemudian membuka jalannya untuk mendirikan Kemitraan Graham Newman. Karir Benjamin Graham sebagai seorang ekonom dan investor terbilang sangat sukses.

Karir kepenulisan Benjamin Graham bermula pada tahun 1934, yang mana ia bersama rekan kerjanya di Columbia University, David Dodd, menulis sebuah buku yang berjudul Security Analysis. Buku tersebut menjadi salah satu buku legendaris dengan penjualan mencapai 250 ribu eksemplar, dan memiliki 5 edisi.

Setelah kesuksesan buku Security Analysis, pada tahun 1949, Benjamin Graham menulis sebuah buku tanpa bantuan rekannya, yang berjudul The Intelligent Investor. Seperti buku sebelumnya, buku ini juga meraih kesuksesan dengan terjual lebih dari 1 juta eksemplar.

Buku The Intelligent Investor ini juga dianggap sebagai kitab suci bagi para investor, yang memuat strategi dan konsep Benjamin Graham yang abadi dan relevan hingga masa sekarang ini.

tombol beli buku

Sinopsis Buku The Intelligent Investor

Terdapat 7 poin penting yang perlu diketahui oleh investor saham. Poin pertama adalah perbedaan tindakan investasi dan spekulasi. Investasi merupakan tindakan yang dilakukan dengan melalui analisis menyeluruh, menyajikan keamanan dana pokok, dan memberikan keuntungan yang memadai.

Melalui analisis menyeluruh berarti saham tidak hanya sekedar simbol empat huruf yang memiliki harga, tetapi dibalik itu terdapat bisnis nyata sehingga membutuhkan analisis perusahaan secara menyeluruh sebelum membeli saham tersebut.

Menyajikan keamanan dana pokok berarti investor harus menjaga agar dana investasi terhindar dari kerugian yang signifikan, dengan cara tidak membeli saham pada harga yang lebih tinggi daripada nilai intrinsiknya.

Memberikan keuntungan yang memadai berarti investasi memberikan hasil yang rasional dan tidak menetapkan target yang terlalu tinggi. Menurut Benjamin Graham, tindakan yang tidak memenuhi ketiga kriteria tersebut adalah tindakan spekulasi. Memang memantau pergerakan harga saham dan berspekulasi adalah hal yang menyenangkan untuk dilakukan. Terlebih lagi jika keberuntungan sedang ada di pihak kita.

Benjamin Graham juga tidak sepenuhnya melarang berspekulasi. Namun, Benjamin Graham menyarankan, jika kita ingin melakukan spekulasi, sisihkan sebagian kecil dana yang kita miliki pada rekening terpisah yang memang ditujukan untuk melakukan spekulasi. Hal yang harus dihindari adalah jangan sampai kita menganggap diri kita sedang berinvestasi, padahal yang kita lakukan adalah spekulasi.

Benjamin Graham menjelaskan poin kedua yang menjabarkan fluktuasi harga bursa melalui metafora yang disebut Mister Market. Contohnya, Jhonny memiliki investasi pada sebuah toko sebesar 500 juta rupiah. Jhonny memiliki rekan bisnis yang bernama Mister Market.

Mister Market ini setiap harinya selalu menemui Jhonny untuk memberikan penilaian mengenai bisnis toko yang Jhonny miliki. Namun, ternyata Mister Market memiliki sifat manic depressive atau sering disebut sebagai bipolar. Ketika mood Mister Market sedang baik, ia akan sangat antusias dan menilai bisnis toko tersebut dengan nilai yang sangat tinggi.

Sebaliknya, ketika mood Mister Market sedang jelek, ia akan menjadi sangat pesimis dan memberikan penilaian toko sangat rendah. Setiap hari, Mister Market menawarkan Jhonny untuk menambah investasinya atau menjual investasinya sesuai dengan nilai yang ia berikan.

Jhonny yang merupakan seorang investor cerdas tidak kunjung larut dalam emosi kambuhan Mister Market. Jhonny akan melakukan transaksi jika penilaian dari Mister Market sesuai dengan penilaian rasional yang dilakukan Jhonny.

Kesimpulan dari metafora Mister Market ini, yakni harga saham bergerak seperti sebuah pendulum yang selalu berayun di antara optimisme temporer yang menjadikan harga saham terlalu mahal, dan pesimisme tidak berdasar yang menjadikan harga saham terlalu murah. Investor yang pintar adalah seorang yang realistis, yang menjual sahamnya kepada orang optimis, dan membeli saham dari orang pesimis.

Point ketiga, yaitu konsep risk and return. Konsep ini cukup berbeda jika dibandingkan dengan konsep yang diyakini oleh masyarakat secara umum, yang mana konsep yang sering kita dengar adalah high risk & high return, dan low risk & low return.

Menurut Benjamin Graham, suatu instrumen investasi seharusnya tidak bisa disebut risikonya tinggi hanya karena berdasarkan fluktuasi harganya saja. risiko substansial akan muncul ketika instrumen investasi dihargai jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai intrinsiknya.

Dalam imbal hasil atau return, besarnya target imbal hasil diukur dari seberapa besar usaha, waktu, dan energi yang dicurahkan oleh investor untuk mengelola portofolionya, dan juga keahlian investor tersebut dalam melakukan investasi.

Berdasarkan konsep ini, terdapat 2 kelompok investor. Kelompok pertama adalah investor defensif atau investor pasif, yakni kelompok investor yang memiliki waktu yang terbatas untuk melakukan analisis mendalam dan melakukan monitor portofolionya.

Kelompok ini lebih menginginkan kemudahan dalam investasi, sehingga imbal hasil yang diharapkan seharusnya adalah imbal hasil dengan nilai rata-rata. Salah satu pilihan yang cocok untuk kelompok ini adalah berinvestasi di reksa dana yang memiliki kinerja yang setara dengan indeks saham gabungan.

Kelompok selanjutnya adalah investor agresif atau investor aktif. Kelompok ini mau mencurahkan waktu dan usaha yang besar, agar bisa mencapai hasil investasi yang maksimum di atas rata-rata. Kelompok investor ini juga akan selalu belajar untuk meningkatkan kemampuan investasinya dan memiliki disiplin yang tinggi dalam mengelola portofolionya.

Poin keempat adalah kriteria saham investor defensif. Kriteria pertama adalah harus ada diversifikasi yang memadai, tapi tidak berlebihan, yakni minimal 10 saham dan maksimal 30 saham yang berbeda.

Kriteria kedua adalah saham perusahaan tersebut berasal dari perusahaan besar dan terkemuka, yang penjualannya mencapai lebih dari 100 juta dollar Amerika per tahun. Namun, kriteria perusahaan besar menurut Benjamin Graham tersebut perlu disesuaikan lagi dengan kondisi zaman ini dengan melihat kepopuleran suatu perusahaan.

Kriteria yang ketiga yaitu perusahaan harus didanai secara konservatif, yang dilihat dari Current Ratio minimal 2 dan Debt to Equity Ratio di bawah 2. Kriteria keempat adalah laba bersih perusahaan positif selama 10 tahun ke belakang. Kriteria kelima adalah pertumbuhan laba mencapai 33% selama 10 tahun terakhir. Kriteria keenam adalah perusahaan secara rutin membagi dividen selama 20 tahun terakhir.

Kriteria ketujuh adalah Price to Earning Ratio berada di level moderat, dengan maksimal 15 kali rata-rata laba selama tiga tahun. Kriteria kedelapan atau yang terakhir adalah Price to Book Value berada di level moderat dengan tidak lebih dari 1,5 kali berdasarkan laporan keuangan terakhir.

Poin kelima adalah kriteria saham investor agresif. Kriteria saham yang ditetapkan investor agresif secara umum sama dengan kriteria saham yang ditetapkan investor defensif, tetapi kriterianya lebih tidak ketat.

Kriteria pertama, perusahaan harus tetap melakukan diversifikasi, tetapi tidak ada batasan jumlah yang spesifik. Kriteria kedua, perusahaan yang dipilih tidak harus merupakan perusahaan besar yang populer. Namun, perusahaan besar yang tidak populer juga dapat dipilih, karena bisa memberikan keuntungan yang signifikan jika kondisi pasar berbalik arah.

Kriteria ketiga, Current Ratio minimal satu setengah. Kriteria keempat, hutang perusahaan tidak lebih dari 110 persen, dari aset lancar bersih. Kriteria kelima, laba bersih positif selama 5 tahun ke belakang. Kriteria keenam, terdapat pertumbuhan laba yang cukup. Kriteria ketujuh, perusahaan minimal membagi dividen selama tahun berjalan. Kriteria terakhir atau kriteria kedelapan adalah harga saham kurang dari 120 persen dari aset berwujud bersih.

Poin keenam adalah pembelian saham IPO. Salah satu ide populer untuk mendapatkan keuntungan dengan cepat dan berlipat ganda adalah dengan membeli saham IPO. Hal ini membuat banyak saham IPO yang laris terjual dan harganya tinggi saat listing perdana. Benjamin Graham memperingatkan investor untuk waspada terhadap sekuritas baru. Sekuritas baru harus diteliti secara cermat dan diuji secara menyeluruh sebelum dibeli.

IPO bukan hanya sekedar akronim dari Initial Public Offering, melainkan juga akronim dari It’s Probably Overpriced, Imaginary Profits Only, Insiders’ Private Opportunity, dan Idiotic, Preposterous, and Outrageous.

Poin ketujuh adalah konsep margin of safety. Konsep margin of safety merupakan konsep yang mampu memitigasi risiko dari kesalahan penilaian terhadap saham. Benjamin Graham merekomendasikan pembelian saham hanya dilakukan jika harga saham mencapai 50 hingga 67 persen dari nilai intrinsiknya.

Dengan membeli saham dalam batasan tersebut yang merupakan margin of safety, investor dapat meminimalkan risiko karena membeli saham saat harganya rendah, sehingga ketika pasar sudah kembali ke kondisi yang optimis, peluang untuk mendapat keuntungan akan lebih besar.

Kelebihan Buku The Intelligent Investor

Buku The Intelligent Investor ini ditulis oleh Benjamin Graham secara detail. Penjelasan akan setiap konsep dan contoh kasus yang ada dalam buku ini dipaparkan secara rinci dan jelas, sehingga para pembaca mudah untuk mengerti.

Banyak sekali pelajaran mengenai dunia investasi yang bisa didapatkan ketika membaca buku ini. Tak heran, buku ini juga mendapat julukan sebagai kitab suci bagi para investor, karena kiat-kiat dalam menjalankan dunia investasi seperti dirangkum menjadi 1 buku bacaan ini.

Benjamin Graham memaparkan konsep baru yang dicetuskannya dalam dunia investasi, yang juga dapat mematahkan konsep umum yang ada di benak masyarakat jika berbicara seputar investasi. Maka itu, konsep dari Benjamin Graham ini membuka sudut pandang yang baru dalam dunia investasi, yang dapat bermanfaat bagi para pembacanya untuk dapat mempertimbangkan dan menganalisis lebih jauh tentang saham.

tombol beli buku

Kekurangan Buku The Intelligent Investor

Oleh karena buku The Intelligent Investor ditulis oleh Benjamin Graham pada tahun 1949, yang berarti sudah mencapai 73 tahun yang lalu, bahasa yang digunakan dalam buku ini adalah bahasa zaman dahulu. Penggunaan bahasa ini mungkin akan membuat para pembaca cukup sulit untuk memahami penjelasan yang ada dalam buku ini.

Selain itu, terdapat beberapa contoh kasus yang dinilai sudah tidak relevan dengan perkembangan dunia saham yang terjadi pada masa ini. Jadi, para pembaca harus dapat menelaah sendiri contoh mana yang relevan dan tidak relevan untuk bisa mereka terapkan.

Buku The Intelligent Investor ini tentunya menggunakan berbagai istilah dalam dunia investasi. Maka itu, buku ini dinilai bukan buku yang cocok dibaca oleh pemula yang baru ingin belajar investasi, melainkan cocok untuk dibaca mereka yang sudah mengerti konsep dasar dalam dunia investasi, yang sudah mengerti berbagai istilah dalam dunia investasi.

Pesan Moral Buku The Intelligent Investor

Jangan terlalu banyak berinvestasi dalam ekuitas. Sebab, pasar bisa sewaktu-waktu berbalik keadaannya, ada baiknya untuk memiliki beberapa ikatan.

Saham memberikan kompensasi sederhana terhadap risiko inflasi.

Anda harus bersikap konservatif dalam berinvestasi obligasi. Baca prospektus secara cermat. Seringkali obligasi kurang aman dari yang diharapkan, dan sebaliknya, terkadang obligasi menawarkan nilai lebih dari yang diharapkan.

Memiliki pengetahuan akan investasi jangka panjang merupakan hal yang sangat berharga, karena seseorang dapat mengambil keuntungan dari fluktuasi jangka pendek.

Selalu waspada terhadap reksa dana dan para ahli. Perhatikan neraca, tinjau pendapatan rata-rata perusahaan, dan jangan berinvestasi pada perusahaan yang tidak cukup dibiayai.

Bagi kalian yang ingin membaca dan memiliki buku The Intelligent Investor karya Benjamin Graham, anda bisa mendapatkannya di www.gramedia.com.

tombol beli buku

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy