in

Review Buku Start With Why: Mengapa Mulai dengan Mengapa

Buku Start With Why ditulis oleh Simon Sinek, seorang pembicara motivasi dan penulis asal Inggris, yang menetap di Amerika. Buku ini merupakan buku yang masuk dalam kategori buku pengembangan diri, yang membahas tentang pertanyaan “Mengapa” yang dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Isi dari buku ini berkaitan dengan dunia bisnis, karena akan menjawab pertanyaan banyak orang tentang bagaimana caranya para pebisnis besar seperti Bill Gates, co-founder Microsoft, dan Steve Jobs, orang yang paling berpengaruh dalam kehadiran perusahaan Apple Inc.

Simon menggunakan beberapa kisah nyata dari beberapa pemimpin yang menginspirasi, seperti kisah Martin Luther King Jr., Wright Brothers, hingga Steve Jobs. Dengan kisah ini, Simon ingin menunjukkan bahwa para pemimpin yang menginspirasi memiliki cara berpikir, bertindak, dan berkomunikasi yang sama. Mereka semua memulai dengan pertanyaan “Mengapa?”

Simon Sinek, penulis buku ini, dikenal masyarakat luas karena sering berbicara di acara inspiratif seperti TED Talk. Buku “Start With Why” ini juga ditulis Simon berdasarkan materi yang disampaikannya dalam acara TED Talk.

Penampilan Simon di TED Talk yang berjudul “How Great Leaders Inspire Action”, dengan durasi 18 setengah menit, menimbulkan efek yang cukup besar dari para audiensnya. Penampilan TED Talk Simon ini berhasil menjadi video ketiga yang paling banyak ditonton di TED.com.

Dalam buku ini, Simon Sinek ingin menyampaikan bahwa konsep “Start With Why” terbukti dapat memberikan keberhasilan bagi organisasi yang menerapkannya.

Setiap organisasi atau seorang individu umumnya dapat menjelaskan apa yang mereka lakukan, tentang bagaimana yang menjadi berbeda atau lebih baik. Namun, sangat sedikit dari mereka yang dapat menjelaskan ketika ditanya “Mengapa?”.

Pertanyaan “Mengapa” di sini ingin mengetahui tentang hasil yang bukan semata-mata hanya materi atau keuntungan saja. Jawaban atas pertanyaan “Mengapa” ini merupakan hal yang dapat menjadi inspirasi bagi kita dan orang lain di sekitar kita.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Buku ini menjadi sebuah kerangka untuk panduan bekerja, yang akan menjelaskan di mana suatu organisasi dibangun, maka terdapat gerakan yang dapat dipimpin, dan dari situ akan ada banyak orang yang terinspirasi. Bagian terpentingnya, semua hal itu terjadi dari munculnya pertanyaan “Mengapa”.

Dilengkapi dengan kisah nyata sebagai contoh dari konsep Lingkaran Emas, yang akan menguraikan pentingnya untuk menentukan suatu tujuan berdirinya sebuah organisasi sebelum melakukan hal lainnya untuk mewujudkan visi menjadi nyata. Perjalanan awal sebuah perusahaan harus menjadi alasannya. Kehidupan pribadi kita juga seperti itu.

Buku ini merangkum pola berulang yang didapati dari orang-orang yang menginspirasi, yang muncul secara alami. Pola berulang ini tidak hanya bisa dimiliki oleh para pemimpin besar yang memang memiliki kecenderungan untuk dapat menginspirasi, tetapi pola ini dapat dipelajari.

Simon menulis buku ini bukan dengan tujuan untuk memperbaiki hal-hal yang tidak berjalan dengan baik, melainkan dengan tujuan untuk fokus pada hal-hal yang berhasil dan dapat membuatnya berkembang.

Profil Simon Sinek – Penulis Start With Why

Find Your WHY with Simon Sinek | Simon Sinek

Sumber: simonsinek.com

Simon Oliver Sinek atau lebih dikenal dengan nama Simon Sinek dilahirkan di Wimbledon, London, Inggris, pada tanggal 9 Oktober 1973. Semasa kecilnya, Simon sempat tinggal di berbagai daerah yang berbeda, yakni di Johannesburg, London, dan juga Hongkong, sebelum pada akhirnya keluarga Simon memutuskan untuk menetap di Amerika.

Simon Sinek menempuh pendidikan sekolah menengah atas di Northern Valley Regional High School yang berada di Demarest, New Jersey, dan berhasil lulus pada tahun 1991. Setelah lulus, Simon melanjutkan kuliah di Brandeis University, Massachusetts, dengan jurusan Cultural Anthropology. Dari situ lah Simon mendapatkan gelarnya sebagai sarjana seni.

Setelah mendapatkan gelar tersebut, Simon memiliki keinginan untuk menjadi seorang pengacara, maka itu ia melanjutkan studinya dengan mengambil jurusan hukum di City University, London. Namun, Simon pada akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan studinya, dan memilih untuk menekuni periklanan.

Dalam perjalanan karirnya di dunia periklanan, Simon sempat bekerja menempati posisi sebagai lead account di agensi periklanan global yang kantor pusatnya berada di New York City, yaitu Euro/RSCG dan Ogilvy & Mather.

Selama bekerja di sana, ia mengembangkan platform komunikasi strategis untuk sejumlah perusahaan, yakni OppenheimerFunds, JPMorgan Chase, EchoStar’s Dish Network, MCI, dan Northwest Airlines. Semua itu untuk bisnis mereka di Asia Pasifik yang kompetitif.

Akhirnya, Simon dapat mendirikan perusahaannya sendiri yang bernama Sinek Partners. Jawaban atas “Mengapa” dari Sinek Partners adalah untuk menginspirasi banyak orang, agar melakukan hal-hal yang menginspirasinya, dengan itu secara bersama-sama, tiap-tiap dari kita dapat mengubah dunia ini menjadi lebih baik.

Perjalanan karir Simon dengan bisnisnya yang inovatif dan tidak biasa, serta kemampuannya dalam memimpin, membawanya menjadi perhatian di publik, bahkan hingga ke skala internasional.

Popularitas tersebut membuatnya berkesempatan untuk diundang menjadi pembicara aktif di pertemuan perusahaan, konvensi, hingga ke acara besar seperti TED Talk.

TED Talk pertama Simon diadakan pada tahun 2009. Dalam presentasinya tersebut, ia menyampaikan tentang konsep “Mengapa”, yang kemudian menjadi sangat populer. Video TED Talk-nya ditonton sebanyak lebih dari 40 juta kali, dengan diterjemahkan ke 47 bahasa, dan menjadi video urutan ketiga paling populer di TED.com.

Pada tahun yang sama, terinspirasi dari materi presentasinya tersebut, Simon menulis buku pertamanya, “Start With Why”. Seperti videonya, buku ini berhasil menjadi perhatian dan meraih kesuksesan menjadi buku best seller dalam skala global.

Karir Simon sebagai penulis tidak berakhir begitu saja. Simon terus menerbitkan karyanya dalam bentuk buku hingga sekarang. Beberapa contoh karyanya yang juga menjadi buku best seller, yaitu Leaders Eat Last, Together is Better, Find Your Way, dan The Infinite Game.

Sinopsis Start With Why

Mengapa mulai dengan mengapa?

Kita dapat membentuk dan mengembangkan diri kita secara perlahan ketika kita melihat sesuatu dengan perspektif yang lebih dalam.

Ada dua jenis pemimpin, yakni pemimpin yang menggunakan cara manipulasi untuk mencapai tujuan, dan pemimpin yang mulai dari tujuan, lalu membiarkan segala sesuatunya bergerak secara alami.

Seperti produsen mobil Amerika dan produsen mobil Jepang. Pekerjaan pabrik di lini perakitan produsen mobil Amerika menerapkan perbaikan pada pintu mobil menggunakan palu karet pada proses akhirnya. Sedangkan, produsen mobil Jepang tidak perlu menempuh proses tersebut, karena produsen mobil Jepang telah menetapkan proses dari awal pembuatan pintu mobil agar menghasilkan pintu mobil yang sempurna.

Ada dua cara untuk menarik perhatian seorang pembeli, yakni dengan memanipulasi sebuah tongkat atau menginspirasi sebuah wortel. Sayangnya, sebagian besar bisnis saat ini menerapkan taktik penjualan yang melibatkan manipulasi.

Manipulasi tersebut dalam bentuk penetapan harga, promosi, aspirasi, tekanan sosial, ketakutan, dan suatu hal yang baru. Manipulasi yang paling sering diterapkan adalah melalui harga dan promosi.

Terlepas dari banyaknya jenis manipulasi, penting untuk dipahami bahwa manipulasi adalah solusi yang akan bertahan dalam jangka waktu yang pendek. Manipulasi juga akan mengarahkan kepada siklus berulang manipulasi. Cara manipulasi memang berdampak positif pada keuntungan suatu bisnis atau perusahaan, tapi terdapat cara lain yang lebih baik dibanding manipulasi.

Konsep “Start With Why” digambarkan bagai sebuah Lingkaran Emas yang memiliki tiga bagian, yakni Mengapa, Bagaimana, dan Apa.

Berbicara tentang bagian “Mengapa”, hanya sedikit orang atau perusahaan yang mengetahui dan dapat menjelaskan serta menguraikan jawaban atas pertanyaan mengapa mereka melakukan hal yang mereka lakukan.

Jawaban atas pertanyaan “Mengapa” ini bukan tentang keuntungan berupa materi yang diraih dari proses yang dilakukan suatu perusahaan, melainkan tentang hasil dari apa yang mereka lakukan. Pertanyaan “Mengapa” adalah tentang sebuah tujuan.

Mengapa seseorang memutuskan untuk bangun dari tempat tidurnya di pagi hari untuk kemudian bekerja? Mengapa perusahaan tersebut didirikan? Mengapa seseorang atau organisasi harus peduli akan apa yang mereka lakukan?

Jika diberikan pertanyaan “Bagaimana”, sebagian besar orang dan perusahaan mampu menjelaskan jawabannya, bagaimana cara mereka melakukan hal yang mereka lakukan. Bahkan mengenai elemen-elemen bisnis seperti unique selling proposition, defining product market fit, differentiating value proposition, atau lain sebagainya pun dapat dijelaskan dengan baik.

Pertanyaan “Apa” merupakan pertanyaan yang dapat dijawab oleh semua perusahaan dan semua orang. Sebab, mereka semua pasti tahu apa yang sedang mereka lakukan. Baik itu menjual bahan garmen, menjual barang elektronik, atau lain sebagainya.

Hal itu sudah menjadi sebuah hakikat, tidak memandang skala besar atau kecilnya suatu perusahaan, dan tidak peduli sektor industri yang ditempati perusahaan tersebut. Setiap perusahaan pasti mampu untuk menjelaskan mengenai bisnis yang dijalankannya, produk apa yang mereka tawarkan, dan apa fungsinya.

Ketika kita melakukan sesuatu yang diawali dengan pertanyaan “Mengapa?”, kita diajak untuk berpikir seperti inti dari sebuah lingkaran. “Mengapa” akan menjawab alasan dari dilakukannya sesuatu, sedangkan “Apa” hanya menjawab sebagai suatu bukti yang mewakilkan suatu hal, karena berwujud nyata.

Berdasarkan kisah perusahaan Apple, Apple secara teknis tidak begitu berbeda dengan perusahaan kompetitornya. Namun, yang membuat Apple menjadi berbeda adalah cara komunikasi dengan pelanggannya. Apple berkomunikasi dengan pelanggan dengan “Mengapa”.

“Mengapa” yang disampaikan Apple adalah menentang status quo dan memberdayakan semua orang dari semua golongan. Hal ini kemudian menjadi sebuah pola yang berulang untuk kemudian dikatakan dan dilakukan secara terus menerus. Hasilnya, penyampaian ini menjadi alasan bagi pelanggannya untuk dapat menerima dan menganggap bahwa produk Apple adalah sebuah karya seni.

Lingkaran Emas merupakan gambaran atas bagaimana cara bekerja otak manusia. Setiap manusia butuh untuk mengaktualisasi dirinya. Manusia memiliki kecenderungan untuk berada dan berkumpul bersama orang lain yang memiliki keyakinan dan keinginan yang sama dengannya.

Ketika sebuah perusahaan mulai dengan “Mengapa”, yakni dengan apa yang perusahaan tersebut yakini, perusahaan akan dapat memengaruhi pelanggannya untuk menjadi bagian dari produk atau jasa yang disediakan perusahaan. Perusahaan dapat secara tidak sadar memasuki bagian dalam diri pelanggan, yang kemudian mengubah nilai dan keyakinan pelanggan agar sama dengan keyakinan dan nilai yang dimiliki perusahaan.

Namun, sebagian besar perusahaan hanya menggunakan “Bagaimana” dan “Apa” saja, tidak memikirkan dengan matang untuk menggunakan “Mengapa”. Hasilnya, perusahaan tetap bisa mendapatkan pelanggan, tapi pengaruhnya dapat terbilang kecil.

Kemampuan untuk menempatkan “Mengapa” ke dalam sebuah kata, dapat memberikan konteks emosional dalam mengambil sebuah keputusan. Ketika seseorang mengetahui jawaban atas pertanyaan mengapa ia memutuskan untuk melakukan hal tersebut, maka ia akan mendapatkan kepercayaan diri yang tinggi, bahwa keputusan yang diambil dirinya adalah benar.

Prinsip pada bisnis adalah fokus untuk bekerja sama dengan orang rekan kerja yang memiliki kepercayaan kepada apa keyakinan bisnis kita dan apa yang bisnis kita lakukan. Jadi, tujuan dari bisnis bukan untuk bekerja bersama orang yang hanya ingin bekerja sama dengan kita.

Kepercayaan rekan kerja atau pelanggan akan terbangun ketika mereka melihat bahwa sebuah organisasi melakukan sesuatu tanpa perlu diperintah, karena didorong oleh alasan yang lebih besar. Maka itu, menerapkan konsep “Mengapa, bagaimana, dan apa” menjadi salah satu cara untuk membangun sebuah kepercayaan.

Semua tokoh pemimpin besar adalah seorang yang memiliki kharisma yang baik. Kharisma tersebut muncul karena mereka memiliki jawaban atas pertanyaan “Mengapa” dalam tujuan mereka, yang adalah sebuah keyakinan yang teguh. Keyakinan yang sungguh besar melampaui dirinya sendiri.

Seorang yang dipandang memiliki energi besar memang dapat memotivasi, tetapi seorang yang memiliki kharisma baik dapat menjadi inspirasi. Ketika seseorang memimpin dengan energi, belum tentu tercipta loyalty. Namun, ketika seseorang memimpin dengan kharisma, dipastikan akan menciptakan loyalty.

Contoh seorang yang memiliki energi baik adalah Steve Ballmer, dan seorang dengan kharisma baik adalah Bill Gates. Ketika Steve Ballmer menjadi pembicara, para pendengarnya dengan antusias mendengarkan secara semangat, tapi semangat tersebut tidak bertahan lama.

Sedangkan, Bill Gates menjadi pembicara, pendengarnya akan mendengarkan dengan baik secara saksama. Kharisma Bill Gates dapat membuat pendengarnya mengingat hal-hal yang disampaikannya dalam jangka waktu yang lama, bahkan hingga beberapa tahun lamanya.

Terdapat dua jenis tipe pemimpin, yakni pemimpin “Mengapa” dan pemimpin “Bagaimana”. Pemimpin tipe “Mengapa” merupakan seseorang yang optimis, fokus untuk melihat peluang, visioner, dan memiliki imajinasi aktif. Sedangkan, pemimpin tipe “Bagaimana” adalah seseorang yang lebih realistis, praktis, dan fokus kepada hal-hal yang sudah ada, tapi dapat membangun dan melakukan eksekusi terhadap hal-hal tersebut dengan baik.

Di belakang tipe pemimpin “Mengapa”, terdapat tipe pemimpin “Bagaimana” yang turut membangunnya. Tipe pemimpin “Mengapa” akan membutuhkan tipe pemimpin “Bagaimana” untuk membantunya meraih keberhasilan.

Sedangkan, tipe pemimpin “Bagaimana” bisa berhasil dan sukses tanpa bantuan dari tipe pemimpin “Mengapa”. Hal ini disebabkan kepandaian mereka untuk fokus pada hal-hal umum, bukan hal yang baru. Namun, tipe pemimpin ini memiliki kecenderungan untuk tidak mengubah dunia dengan apa yang mereka lakukan.

Mulai dengan mengapa, tapi pahami juga bagaimana.

Kelebihan Start With Why

Dalam buku ini, Simon memperkenalkan konsep baru yang seringkali dilupakan oleh pemimpin organisasi atau perusahaan, yakni konsep untuk mulai dengan “Mengapa”. Hal ini menjadikan buku ini cocok untuk dibaca mereka yang ingin mendirikan bisnis atau sekedar ingin untuk berkembang menjadi stabil secara individual.

Simon memberikan analisis yang mendalam dan penjelasan yang baik dalam buku ini. Simon juga menggunakan contoh nyata yang sederhana, sehingga dapat membantu para pembacanya untuk dapat mengerti dengan mudah.

Kekurangan Start With Why

Dalam beberapa sub-bab, terdapat bagian-bagian di mana konsep dasarnya sama dengan sub-bab yang lain, tapi tetap dituliskan. Hal ini membuat buku ini dapat membuat pembaca merasa bosan, karena repetitif.

Gaya bahasa yang digunakan Simon dalam menuliskan buku ini adalah bahasa baku, dengan menggunakan berbagai istilah bisnis dan keilmuan. Maka itu, buku ini menjadi salah satu buku yang dapat dikatakan berat untuk dibaca.

Pesan Moral Start With Why

Coba untuk pahami secara mendalam alasan mengapa anda melakukan sesuatu. Tidak cukup untuk dapat menjelaskan apa yang anda lakukan, dan bagaimana anda melakukan suatu hal.

Bisnis bukan hanya berbicara tentang pikiran dan praktik, tapi juga melibatkan emosi, di antaranya adalah kepercayaan dan keyakinan.

“Mereka tidak berbisnis dengan orang yang menyediakan apa yang mereka butuhkan. Mereka akan berbisnis dengan orang yang memiliki keyakinan yang sama dengan mereka yakini.”

Bagi kalian yang memiliki rencana untuk membangun bisnis dan mengembangkan diri, kalian bisa mendapatkan buku “Start With Why” karya Simon Sinek ini di www.gramedia.com.

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy