Agama Islam

Pengertian Ilmu Kalam: Sejarah, Sumber, dan Hubungannya dengan Beberapa Ilmu Islam

Written by Yufi Cantika

Pengertian Ilmu Kalam – Apakah Grameds tahu bahwa ternyata keberadaan ilmu kalam itu menjadi salah satu dari ilmu pengetahuan yang harus dipelajari oleh kaum muslim? Yap, keberadaan ilmu kalam ini juga sama pentingnya dengan ilmu tauhid dan ilmu fiqh. Meskipun memang diakui bahwa banyak orang yang belum terlalu memahami akan kajian dari ilmu kalam ini. Padahal sebenarnya, keberadaan ilmu kalam telah ada sejak zaman Rasulullah SAW, tetapi kala itu belum dikenal dengan istilah demikian.

Mengingat kita semua sebagai umat muslim wajib meneladani kebenaran akan Rasul-Rasul Allah, maka itulah mengapa ilmu kalam ada. Bahkan banyak ulama yang turut berkontribusi untuk menjawab eksistensi akan ilmu ini. Lalu sebenarnya, apa sih ilmu kalam itu? Apa saja ruang lingkup dari ilmu kalam? Bagaimana sejarah perkembangan dari ilmu kalam hingga saat ini? Apakah ilmu kalam memiliki hubungan dengan ilmu lain yakni ilmu filsafat dan ilmu tasawuf? Nah, supaya Grameds memahami akan hal tersebut, yuk simak ulasan berikut ini!

https://www.pexels.com/

Pengertian Ilmu Kalam

Jika secara harfiah, istilah “kalam” ini artinya ‘perkataan’ atau ‘percakapan’. Sementara secara terminologi, ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan mengenai wujud Allah SWT, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak ada pada-Nya, sifat-sifat yang mungkin ada pada-Nya, hingga Rasul Allah untuk menetapkan kebenaran akan kerasulannya. Jika Grameds masing merasa asing dengan nama ilmu ini, wajar saja sebab biasanya orang-orang menyebut Ilmu Kalam ini sebagai Ilmu Tauhid.

Definisi Ilmu Kalam Menurut Para Ahli

Beberapa ulama juga turut mengemukakan mengenai definisi dari Ilmu Kalam ini, misalnya:

Menurut Al-’iji, Ilmu Kalam adalah sebuah ilmu yang memberikan kemampuan untuk menetapkan aqidah agama Islam dengan mengajukan argumen guna melenyapkan keraguan yang ada.

Menurut Ibnu Khaldun, Ilmu Kalam ini adalah sebuah ilmu yang mengandung adanya argumen-argumen secara rasional untuk membela aqidah iman dan mengandung penolakan terhadap golongan bid’ah (perbuatan-perbuatan baru tanpa ada contoh sebelumnya) yang di dalam aqidah, menyimpang dari mazhab salah dan ahlussunnah. Beliau juga berpendapat bahwa ilmu ini nantinya berisikan alasan-alasan mengapa kita harus mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman, tentu saja dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisikan bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan Salaf dan ahlusSunnah.

Menurut Hasbi al-Shiddieqy, keberadaan Ilmu Kalam atau Ilmu Tauhid ini adalah ilmu yang membicarakan tentang cara-cara menetapkan akidah agama dengan menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik itu dalil naqli, aqli, maupun dalil wijdani.

Nah, dari beberapa pendapat ahli mengenai apa itu Ilmu Kalam dapat disimpulkan bahwa Ilmu Kalam atau Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membicarakan akan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan agama Islam dengan adanya bukti-bukti yang valid. Kepercayaan-kepercayaan tersebut melingkup pada Allah SWT (beserta sifat-Nya), rasul, wahyu, akhirat, iman, dan lainnya.

Adapun mengapa ilmu ini disebut dengan Ilmu Kalam, karena:

  • Persoalan yang terpenting untuk dijadikan pembicaraan pada abad permulaan Hijriah adalah ‘apakah Kalam Allah (Al-Quran) itu termasuk Qadim atau Hadis?’. Maka dari itu, keseluruhan dari ilmu menggunakan nama tersebut dan menjadikannya sebagai salah satu bagian terpenting dalam kajiannya.
  • Dasar dari Ilmu Kalam ialah dalil-dalil pikiran dan pengaruh dalil pikiran ini tampak jelas terutama dalam pembicaraan para Mutakallimin (ahli teologi Islam).

Ruang Lingkup

Perlu dipahami sekali lagi bahwa objek kajian dalam Ilmu Kalam memang sedikit lebih rumit dan bahkan mampu menimbulkan perdebatan panjang di aliran-aliran teologi Islam. Secara singkat, pokok permasalahan yang dibahas dalam Ilmu Kalam terletak pada 3 persoalan ruang lingkup, yakni:

  1. Qismul Ilahiyat, yakni esensi keberadaan Tuhan beserta sifat-sifat-Nya. Hal-hal yang dibicarakan adalah tentang:
  • Sifat-sifat Tuhan. Apakah memang ada Sifat Tuhan atau tidak. Masalah ini diperdebatkan oleh aliran Mu’tazilah dan Asy’ariyah.
  • Qudrat dan Iradat tuhan. Persoalan diperdebatkan pada aliran Qadariyah dan Jabariyah.
  • Persoalan akan kemauan bebas manusia. Masalah ini berkaitan erat dengan Qudrat dan Iradat Tuhan.
  • Masalah Al-Quran. Apakah makhluk atau tidak, serta apakah Al-Quran azali atau baharu.
  1. Qismul Nububiyah, yakni hubungan yang memperhatikan antara Tuhan dengan makhluk-Nya. Hal-hal yang dibicarakan adalah tentang:
  • Utusan-utusan Tuhan yang telah ditetapkan untuk melakukan pekerjaan tertentu, yaitu Malaikat.
  • Wahyu yang disampaikan oleh Tuhan kepada Rasul-Nya baik secara langsung maupun melalui perantara Malaikat.
  • Para Rasul itu sendiri yang menerima perintah dari Tuhan untuk menyampaikan ajaran kepada umat manusia.
  1. Qismul Al-Sami’yat, yakni persoalan yang berkaitan dengan kehidupan sesudah mati. Hal-hal yang dibicarakan adalah tentang:
  • Hari kebangkitan manusia kembali di akhirat.
  • Hari perhitungan.
  • Shiratal Mustaqim (jembatan).
  • Persoalan yang berhubungan akan tempat pembalasan, baik itu surga atau neraka.

Nama Lain dalam Ilmu Kalam

Penggunaan istilah “kalam” dalam Ilmu Kalam ini kerap kali menjadikan orang awam merasa asing akan keberadaannya. Maka dari itu, terdapat nama lain untuk Ilmu Kalam ini, yakni:

1. Ilmu Tauhid

Dinamakan sebagai Ilmu Tauhid sebab membicarakan mengenai keesaan Allah SWT. Menurut ulama-ulama Ahl al-Sunnah, Tauhid adalah bahwa Allah SWT itu Esa dan dzat-Nya, tidak terbagi-bagi, Esa dalam sifat-sifat-Nya, yang azali, tiada tara bandingan bagi-Nya, Esa dalam perbuatan-perbuatan-Nya, dan tidak ada sekutu bagi-Nya.

2. Ilmu Ushuluddin

Dinamakan sebagai Ilmu Ushuluddin karena membahas mengenai prinsip-prinsip agama Islam. Tidak hanya prinsip-prinsip agama saja, tetapi juga pada prinsip kepercayaan agama dengan dalil-dalil yang qat’i (Al-Quran dan hadis Mutawatir) serta dalil-dalil fikiran.

3. Ilmu Aqidah atau Aqa’id

Dinamakan sebagai Ilmu Aqidah atau Aqa’id karena membicarakan mengenai kepercayaan Islam. Syekh Thahir al-Jazairi (1851-1919) juga menerangkan bahwa akidah Islam ialah hal-hal yang diyakini oleh umat muslim, artinya mereka menetapkan atas kebenaran yang ada.

Sejarah Ilmu Kalam

Apakah Grameds tahu bahwa Ilmu Kalam ternyata termasuk dalam empat disiplin keilmuan dalam kajian agama Islam? Yap, tiga lainnya adalah Ilmu Fiqh, Tasawuf, dan Falsafah. Jika dalam Ilmu Fiqh lebih membahas mengenai segi-segi formal dalam peribadatan dan hukum Islam. Kemudian dalam Ilmu Tasawuf lebih membahas mengenai segi-segi penghayatan dan pengalaman keagamaan yang bersifat pribadi. Sementara dalam Ilmu Falsafah lebih membahas mengenai hal-hal yang bersifat perenungan spekulatif tentang hidup ini.

Sejarah awal munculnya Ilmu Kalam adalah sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW, yang kala itu muncullah persoalan di kalangan umat Islam mengenai siapa yang hendak menjadi pengganti Nabi (Khalifatul Rasul). Hal tersebut kemudian diatasi dengan diangkatnya Abu Bakar As-Shiddiq sebagai khalifah. Setelah Beliau wafat, kekhalifahan dipimpin oleh Umar bin Khattab yang pada kala itu umat Islam tampak tegar dalam mengalami ekspansi seperti kejazirahan dari Arabian, Palestina, Syiria, sebagian wilayah Persia, hingga Romawi dan Mesir.

Setelah masa kekhalifahan Umar bin Khattab berakhir, maka diangkatkan Utsman bin Affan menjadi khalifah pengganti Umar. Utsman ini masih termasuk dalam golongan Quraisy yang kaya raya, keluarganya juga terdiri dari orang-orang Aristokrat Makkah yang memiliki pengalaman dagang dan pengetahuan administrasi. Pengetahuan itu dimanfaatkan dalam memimpin administrasi di daerah-daerah yang ada di luar semenanjung Arabiah. Namun sayangnya, pada masa tersebut justru cenderung terjadi nepotisme sehingga terjadilah ketidakstabilan di kalangan umat Islam. Bahkan banyak sekali penentang yang tidak setuju pada kepemimpinan Utsman, hingga akhirnya Beliau tewas terbunuh oleh pemberontak dari Kufah, Basrah, dan Mesir.

Setelah Utsman wafat, maka Ali Abi Thalib terpilih sebagai calon khalifah selanjutnya. Namun, Beliau langsung mendapatkan tantangan dari pemuka-pemuka lainnya yang juga ingin menjadi khalifah, sebut saja ada Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Peristiwa tersebut dikenal dengan Perang Jamal. Kemudian, ada juga tantangan yang datang dari  Muawiyah bin Abi Sufyan yang kala itu ingin menjadi khalifah dan menuntut Ali supaya menghukum para pembunuh-pembunuh dari Utsman. Atas adanya peristiwa-peristiwa itu muncullah Teologi mengenai asal muasal sejarah keberadaan Ilmu Kalam.

Pada masa Nabi Muhammad SAW, keberadaan Ilmu Kalam ini memang sudah ada tetapi belum dikenal dengan istilah demikian. Baru dikenal pada masa berikutnya, tepatnya setelah ilmu-ilmu keIslaman lainnya muncul satu persatu. Terutama ketika orang-orang telah banyak membicarakan mengenai kepercayaan alam gaib (metafisika). Dari adanya peristiwa-peristiwa politis dan historis yang terjadi di masa lalu itulah, menumbuhkan faktor penyebab munculnya Ilmu Kalam, yakni:

Faktor Internal

  1. Keberadaan Al-Quran selain mengajak kaum-Nya untuk mempercayai kenabian dan hal-hal yang berhubungan dengan hal tersebut, menyinggung pula adanya golongan-golongan dan agama-agama yang ada di masa Nabi Muhammad SAW. Al-Quran tidak membenarkan kepercayaan mereka dan membantahnya dengan alasan-alasan sebagai berikut:
  • Sebagai golongan yang mengingkari agama dan keberadaan Tuhan, serta mengatakan juga bahwa merekalah yang menyebabkan kebinasaan dan kerusakan, sebagaimana disebutkan dalam Q.S Al-Jatsiyah ayat 24.
  • Sebagai golongan-golongan syirik, sebagaimana disebutkan dalam Q.S Al-Maidah ayat 116.
  • Sebagai golongan-golongan kafir, sebagaimana disebutkan dalam Q.S Al-Isra’ ayat 94.
  • Sebagai golongan-golongan munafik, sebagaimana disebutkan dalam Q.S Ali Imran ayat 154.
  1. Adanya nas-nas yang kelihatannya saling bertentangan, sehingga datanglah orang-orang yang mengumpulkan ayat tersebut dan mem-filsafatnya.

Faktor Eksternal

  1. Banyak di antara pemeluk-pemeluk agama Islam, yang dulunya beragama Yahudi, Masehi, dan lainnya. Setelah mereka “tenang” dari tekanan, mulailah mereka mengkaji kembali akidah-akidah agama mereka dan mengembangannya ke dalam Islam.
  2. Golongan Islam yang ada pada zaman dulu, terutama golongan Mu’tazilah memusatkan perhatiannya untuk penyiaran Islam dan membantah alasan bahwa mereka memusuhi Islam, dengan cara mengetahui secara sebaik-baiknya akidah-akidah mereka.
  3. Para Mutakallimin hendak mengimbangi lawan-lawannya menggunakan filsafat, sehingga mereka mempelajari logika dan filsafat.

Ilmu Kalam disebut-sebut sebagai ilmu yang dapat berdiri sendiri pada masa Daulah Dani Abbasiyah, terutama pada kala kepemimpinan khalifah al-Makmun, yang dipelopori oleh dua orang tokoh Islam yakni Abu Hasan al-Asy’ari dan al-Maturidi.

Sumber-Sumber Ilmu Kalam

Keberadaan Ilmu Kalam ini tetap menjadikan Al-Quran dan Hadist sebagai sumber utama kajian mereka dalam upaya menerangkan wujud Allah SWT, sifat-sifat-Nya, dan persoalan aqidah Islam lainnya. Nah, berikut sumber-sumber kajian dari Ilmu Kalam.

1. Al-Quran

Dalam kitab suci ini, banyak sekali ayat yang membicarakan mengenai masalah ketuhanan. Misalnya pada Q.S Al-Ikhlas ayat 3-4 yang berarti “(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakan”“dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya” 

2. Hadits

Dalam hadits Nabi Muhammad SAW, banyak membicarakan mengenai masalah-masalah yang juga dibahas dalam Ilmu Kalam. Diantaranya adalah hadits Nabi yang menjelaskan mengenai hakikat keimanan dan terpecahnya golongan, yakni:

“Hadits ini diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar. Ia mengatakan bahwa Rasulullah pernah bersabda ‘Akan menimpa umatku apa yang pernah menimpa bani Israil ….Bani Israil telah terpecah belah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Semuanya akan masuk neraka, kecuali satu golongan,’ ‘Siapa mereka itu, wahai Rasulullah’ Tanya para sahabat. Rasulullah menjawab, ‘Mereka itu adalah yang mengikuti jejakku dan sahabat-sahabatku,.” (H.R. At-Tirmidzi)

3. Pemikiran Manusia

Yakni berupa pemikiran yang memang dikeluarkan oleh umat Islam maupun non-muslim. Mengingat bahwa Islam telah menggunakan pemikiran-pemikiran rasional untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan ayat-ayat dalam Al-Quran, terutama yang belum jelas maksudnya bahkan sebelum filsafat Yunani masuk.

Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu Keislaman Lainnya

Keberadaan Ilmu Kalam tentu saja memiliki hubungan dengan ilmu keIslaman lainnya, yakni berupa:

Hubungan Ilmu Kalam dengan Filsafat Islam

Banyak para ahli yang berpendapat bahwa Ilmu Kalam dan filsafat Islam itu memiliki hubungan, sebab pada dasarnya Ilmu Kalam juga membahas mengenai ilmu ketuhanan dan keagamaan. Sementara dalam filsafat Islam membahas mengenai pembuktian intelektualnya.

Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu Tasawuf

Dalam kaitannya dengan Ilmu Kalam, keberadaan Ilmu Tasawuf ini memiliki fungsi berupa:

  • Sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman Ilmu Kalam. Penghayatan yang mendalam lewat hati terhadap Ilmu Kalam ini menjadikannya lebih terhayati dan dapat diaplikasikan dalam perilaku. Maka dari itu, keberadaan Ilmu Tasawuf dapat disebut sebagai penyempurna dari Ilmu Kalam.
  • Berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-perdebatan yang ada di Ilmu Kalam.

Hubungan Ilmu Kalam dengan Syariat

Dalam agama Islam, keberadaan Ilmu kalam itu dasar di atasnya dibangun melalui syariat. Jika diibaratkan, maka syariat tanpa adanya Ilmu Kalam bagaikan bangunan yang tergantung di awang-awang tanpa adanya sandaran.

Hubungan Ilmu Kalam dengan Al-Quran

Seperti yang disinggung sebelumnya, keberadaan Al-Quran memiliki keterkaitan yang tidak dipisahkan dengan Ilmu Kalam, sebab dijadikan sebagai sumber utamanya. Al-Quran memiliki pembahasan tentang Tuhan baik berupa dzat, sifat, asma, perbuatan, dan tuntutan, sementara Ilmu Kalam akan membahas mengenai keesaan Allah SWT.

Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu Ushuluddin

Sebenarnya, ilmu Kalam ini adalah nama populer dari Ilmu Ushuluddin. Dalam Ilmu Ushuluddin yang juga dikenal Ilmu Teologi (Ketuhanan) membahas mengenai pokok-pokok dasar agama berupa akidah, tauhid, dan i’tikad (keyakinan) tentang rukun Iman ke-6.

Hubungan Ilmu Kalam dengan Tauhid

Ilmu Kalam adalah ilmu yang membahas mengenai Tuhan dan mendasarkan argumennya pada logika atau rasio sebagai pembuktian terhadap argumen naqli atau teks. Sementara Tauhid adalah bentuk kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan mengesakan Tuhan dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Maka dari itu, Ilmu Kalam dan Tauhid sama-sama membahas mengenai Ketuhanan.

Hubungan Ilmu Kalam dengan Ushul Fiqih

Menurut Abu Hanifah, keberadaan Ilmu Fiqih terbagi ke dalam dua hal yakni Fiqh Al-akbar dan Fiqh Al-Ashgar. Dalam Fiqih al-Akbar membahas mengenai keyakinan, pokok agama, dan ketauhidan. Sementara dalam Fiqh Al-Asghar membahas mengenai cara beribadah. Nah, jadi hubungan antara Ilmu Kalam dengan Ushul Fiqih adalah sama-sama membahas mengenai keyakinan dan ketauhidan terutama dalam Fiqh Al-Akbar. Selain itu, keduanya juga sama-sama menggunakan Al-Quran dan Hadits sebagai sumber utamanya.

Hubungan Ilmu Kalam dan Ilmu Aqidah

Ilmu Aqidah adalah ilmu yang membicarakan mengenai perkara-perkara yang berkaitan dengan keyakinan terhadap Allah SWT dan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Nah, dalam Ilmu Kalam juga membahas hal-hal demikian.

Hubungan Ilmu Kalam dengan Syariah/Hukum

Syariah adalah seluruh ajaran Islam yang berupa norma-norma ilahiyah, baik yang mengatur pada tingkah laku batin maupun tingkah laku konkrit. Nah, dalam Ilmu Kalam juga membahas mengenai syariah ini.

Nah, itulah ulasan mengenai apa itu Ilmu Kalam dan hubungannya dengan ilmu Islam lainnya. Apakah Grameds tertarik untuk mempelajari Ilmu Kalam Ini?

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

Sumber:

Hasbi, Muhammad H. (2015). Ilmu Kalam: Memotret Berbagai Aliran Teologi Dalam Islam. Yogyakarta: Trust Media Publishing.

Komarudin, Didin. (2015). Studi Kalam I. Bandung: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.

Syarifudin, Achmad. (2015). Pemikiran Islam: Tauhid dan Ilmu Kalam. Palembang: Noer Fikri Offset.

Baca Juga!

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika