Agama Islam

Ta’awun Menurut Agama Islam & Cara Pembiasaannya Dalam Kehidupan

taawun
Written by Yufi Cantika

Ta’awun Adalah – Grameds pasti sudah tahu dong jika kita semua manusia yang hidup di muka bumi ini adalah makhluk sosial? Yap, sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan orang lain sejak dirinya lahir hingga meninggal sekalipun, maka tentu saja kita wajib untuk menjaga hubungan baik dengan orang banyak. Menjaga hubungan baik ini dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satunya adalah dengan saling tolong menolong dan membantu sesama terutama kepada mereka yang tengah mengalami kesulitan.

Lagipula, di semua agama dan kepercayaan yang ada di peradaban ini selalu memberikan ajaran baik, salah satunya adalah mengajak para umatnya untuk saling menolong sesama manusia. Tak terkecuali juga dengan agama Islam yang mana menyebut sikap terpuji tersebut sebagai Ta’awun. Dalam syariat ajaran agama Islam, perilaku saling tolong menolong ini hanya diperbolehkan apabila dalam konteks kebajikan dan ketakwaan ya… Lalu sebenarnya, apa sih Ta’awun itu? Apa saja bentuk-bentuk dari perilaku Ta’awun ini? Bagaimana cara kita membiasakan diri untuk berperilaku Ta’awun? Nah, supaya Grameds memahami akan hal tersebut, yuk simak ulasan berikut ini!

ta'awun

https://www.pexels.com/

Pengertian Ta’awun

Kata “Ta’awun” ini berasal dari Bahasa Arab yang memiliki arti tolong-menolong, gotong royong, atau saling membantu kepada sesama. Dari itulah dapat disimpulkan secara istilah, bahwa Ta’awun ini adalah sifat saling tolong-menolong di antara sesama manusia dalam hal kebaikan yang mana merupakan kewajiban setiap muslim sekaligus ciri khas umat muslim sejak zaman Rasulullah SAW. Dalam semua agama, sikap saling tolong-menolong ini sangat dijadikan ajaran utama, salah satunya juga terdapat dalam syariat agama Islam.

Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), tolong-menolong ini dapat juga didefinisikan sebagai meminta bantuan dan membantu meringankan beban. Berhubung manusia itu adalah makhluk sosial yang mana tidak dapat hidup sendiri dan tetap membutuhkan bantuan dari manusia lain, maka sikap Ta’awun tentu saja menjadi kewajiban kita sebagai makhluk sosial itu. Saling tolong-menolong ini tidak hanya dapat dilakukan dalam hal materi saja, tetapi juga dalam hal tenaga, ilmu, hingga nasihat. Suatu masyarakat niscaya akan merasa nyaman dan sejahtera apabila dalam kehidupan bermasyarakatnya tertanam sikap Ta’awun dalam pribadi setiap individunya.

Ta’awun ini telah menjadi ajaran utama dalam agama Islam sekaligus sebagai firman Allah SWT dalam Al-Quran, misalnya pada surah Al-Maidah ayat 2 dan Al-Mujadalah ayat 9, yang berbunyi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُحِلُّوا۟ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ وَلَا ٱلشَّهْرَ ٱلْحَرَامَ وَلَا ٱلْهَدْىَ وَلَا ٱلْقَلَٰٓئِدَ وَلَآ ءَآمِّينَ ٱلْبَيْتَ ٱلْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَٰنًا ۚ وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَٱصْطَادُوا۟ ۚ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا۟ ۘ وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Maidah ayat 2)

Kemudian, dalam QS Al-Mujadalah ayat 9 berbunyi sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَنَاجَيْتُمْ فَلَا تَتَنَاجَوْا بِالْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُولِ وَتَنَاجَوْا بِالْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

Artinya:

Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan berbuat durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan. 

Jadi, ayat-ayat tersebut secara langsung menjelaskan bahwa sebagai umat muslim, kita harus selalu tolong-menolong terhadap orang lain terutama dalam hal kebajikan dan ketakwaan. Namun, tentu saja sikap tolong-menolong ini tidak boleh dilakukan ketika hendak berbuat dosa dan pelanggaran. Penerapan sikap Ta’awun ini juga dapat membuat pekerjaan yang dilakukan oleh orang lain dapat terselesaikan secara sempurna, sehingga akan menciptakan cinta dan belas kasih antar sesama. Selain itu, sikap Ta’awun juga dapat mengurangi terjadinya fitnah dan kecemburuan sosial, terutama pada orang mampu dan orang kurang mampu.

Tidak hanya itu saja, Rasulullah SAW juga pernah bersabda bahwa umat muslim sejatinya memang harus saling tolong-menolong, tetapi tidak dalam hal keburukan dan memberikan kerugian kepada orang lain. Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut:

“Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari berbagai kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya di hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat, dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba-Nya menolong saudaranya…”

Perintah untuk saling tolong-menolong dalam hal kebaikan ini juga tetap beriringan dengan ketakwaan kepada-Nya. Hal tersebut karena dalam ketakwaan, juga terkandung adanya ridha dari Allah SWT, sementara ketika berbuat baik pasti akan membuat orang-orang menyukai kita. Nah, barang siapa yang dapat mengkombinasikan antara ridha Allah SWT dan ridha manusia, maka sungguh kebahagiaan akan datang ke dalam dirinya secara melimpah.

Bentuk-Bentuk Sikap Ta’awun

Menurut Wrightsman dan Deaux, Ta’awun atau tolong-menolong ini dapat berupa tiga bentuk yang mana penerapannya sering kita temui atau kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, yakni:

1) Favor

Yakni berupa tindakan membantu orang lain yang tengah membutuhkan bantuan kecil, tetapi dampak dari tindakan tersebut justru sangat menguntungkan orang tersebut. Berhubung bantuannya berupa hal kecil dan tidak memberatkan, maka kita sebagai pelaku sering tidak menyadari bahwa hal yang kita lakukan tersebut sangat membantu orang yang bersangkutan.

Contoh: ketika diadakan ulangan dadakan, Felix lupa membawa bolpoin. Kemudian, Kirino meminjamkan salah satu bolpoinnya. Bagi Kirino itu adalah hal kecil, sementara bagi Felix itu justru menjadi hal yang menguntungkan baginya.

2) Donation

Maksudnya adalah dengan menyumbang, yang mana tindakannya membutuhkan pengorbanan (bantuan) berupa uang atau barang untuk diberikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan.

Contoh: infaq dan sedekah di sekolah setiap hari Jumat.

3) Intervention In Emergency

Yakni perilaku membantu orang lain dalam kondisi darurat yang bahkan mampu mengancam nyawa orang lain tersebut. Misalnya, menyelamatkan orang yang terjebak dalam kebakaran atau kecelakaan mobil.

Sementara itu, menurut Rushton dkk, terdapat sepuluh bentuk dari perilaku tolong-menolong yang biasanya diterapkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

  • Meminjamkan sesuatu kepada orang lain.
  • Berdonasi.
  • Mengembalikan kelebihan uang kepada kasir.
  • Menjaga barang orang lain ketika pemiliknya sedang pergi.
  • Mendahulukan orang lain dalam antrian, ketika keadaannya tengah urgent.
  • Mendonorkan darah kepada yang membutuhkan.
  • Membawakan barang milik orang lain ketika orang tersebut merasa kesulitan atau keberatan.
  • Melakukan pekerjaan sukarela untuk kepentingan amal.
  • Memberi makan atau uang kepada pengemis.
  • Menawarkan tempat duduk ketika di transportasi umum, terutama kepada Ibu hamil atau orang yang sudah tua.

Syaikh al-Qardhawi menyebutkan bahwa konsep Ta’awun ini juga mengajarkan kepada umat-Nya supaya dapat hidup dalam masyarakat supaya senantiasa menjalin hubungan yang erat kepada semua manusia. Sebagai contoh sikap saling tolong-menolong dalam hal kebaikan dan ketakwaan, Rasulullah SAW pernah bersabda:

Diriwayatkan dari Musadad, diriwayatkan dari Mu’tamar, dari Anas, Anas berkata: Rasulullah bersabda “Bantulah saudaramu, baik dalam keadaan sedang berbuat zalim atau sedang teraniaya”. Anas kemudian berkata: “Wahai Rasulullah, kamu akan menolong orang yang teraniaya. Namun, bagaimana menolong orang yang sedang berbuat zalim?”, Beliau menjawab: “Dengan menghalanginya melakukan kezaliman, itulah bentuk bantuanmu kepadanya”.

Orang yang tertanam akan sifat Ta’awun, biasanya memiliki hati yang tenang, tidak mengharapkan imbalan atas apapun yang telah mereka lakukan terutama kepada orang-orang yang ditolong, menghindari permusuhan, lebih mengutamakan persaudaraan. Hal tersebut karena dirinya melakukan itu semua hanya untuk Allah SWT dan pasti Allah SWT akan membalasnya.

Karakteristik Simbiosis Ta’awun

Meskipun Ta’awun ini adalah bentuk ajaran utama dari syariat Islam, tetapi ternyata terdapat empat jenis karakteristik manusia dalam hal tolong-menolong, baik ketika dirinya tengah memberi pertolongan maupun mendapatkan pertolongan. Nah, berikut adalah karakteristiknya:

1) Al-Mu’in wal Musta’in

Yakni mereka yang mau menolong sekaligus ditolong, sehingga mengutamakan keseimbangan. Maksudnya, jika suatu saat dirinya ditolong oleh manusia lain, maka di masa depan nanti dirinya juga harus menolong. Pada dasarnya, memang begitulah sifat asli manusia.

2) La yu’in wa la yasta’in

Yakni orang yang tidak mau menolong dan tidak mau juga ditolong oleh orang lain. Maksudnya, orang tersebut memiliki pola pemikiran bahwa meminta tolong kepada orang lain nanti akan menyusahkan orang yang bersangkutan. Orang dengan karakteristik ini, cenderung akan melakukan semuanya secara sendiri dan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri.

Begitu pula ketika terdapat seseorang membutuhkan pertolongannya, maka dirinya juga tidak akan peduli sebab dirinya tidak mau disusahkan oleh orang lain dan terlibat dalam urusan orang lain.

3) Yasta’in wa la yu’in

Yakni orang yang tidak mau menolong, tetapi hanya mau ditolong saja. Karakter manusia seperti ini biasanya ketika tengah menghadapi kesulitan dan masalah, selalu mencari orang lain untuk membantunya. Namun, ketika orang lain membutuhkan pertolongannya kembali, dirinya selalu memberikan alasan dan menghindarinya.

4) Yu’in wa la yasta’in

Yakni orang yang selalu menolong orang lain, tetapi dirinya tidak berharap menerima balasan atas pertolongannya. Biasanya, orang dengan karakter ini cenderung memiliki ilmu ikhlas yang tinggi dan melakukan semuanya semata-mata karena Allah SWT. Dirinya hanya ingin Allah SWT yang membalasnya dan akan tidak merasa segan untuk menolong orang lain. Menurutnya, derita yang dialami oleh orang lain itu adalah deritanya juga.

Jenis-Jenis Ta’awun

Dalam konsep Ta’awun yang terdapat pada syariat agama Islam, dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yakni:

1) Ta’awun dalam Kebajikan dan Ketakwaan

Yakni mencakup kebaikan secara universal yang dilakukan secara sepenuh hati. Hal tersebut karena Ta’awun yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ini merupakan manifestasi dari kepribadian setiap umat muslim sekaligus pondasi yang tidak dapat ditawar dalam hal kerangka pembinaan dan pengembangan peradaban umat.

2) Ta’awun Dalam Bentuk Loyalitas

Yakni yang berdasarkan bahwa dirinya adalah bagian dari umat muslim, sehingga siapapun yang mengabaikan kesulitan saudara sesama muslimnya, maka dapat diragukan akan keislamannya. Hal tersebut karena adanya loyalitas antar umat muslim.

3) Ta’awun Pada Sendi-Sendi Kehidupan

Yakni yang berorientasi pada penguatan sendi-sendi kehidupan sekaligus bentuk penerapan atas sabda Rasulullah SAW.

4) Ta’awun Dalam Upaya Persatuan

Yakni bentuk sikap saling tolong-menolong yang selayaknya harus ditegakkan demi menghantarkan pada peradaban umat Islam. Lagipula, seorang muslim memang harus memiliki solidaritas terhadap saudaranya, termasuk merasakan kesedihannya.

5) Ta’awun Dalam Bentuk Saling Berwasiat

Nilai Positif Dalam Sikap Ta’awun

Sebagaimana yang telah dituliskan sebelumnya bahwa manusia itu adalah makhluk sosial yang akan selalu membutuhkan bantuan dari manusia lain dari dirinya lahir hingga meninggal dunia. Maka dari itu, setiap manusia hendaknya menciptakan hubungan baik antar sesama, salah satunya dapat dilakukan dengan menerapkan sikap tolong-menolong. Lalu, apa saja manfaat yang dapat diperoleh dari hubungan saling tolong-menolong ini? Berikut adalah uraiannya!

  • Mempererat hubungan silaturahmi.
  • Terciptanya kehidupan yang tentram.
  • Terciptanya simbiosis mutualisme terhadap sesama manusia.
  • Terpenuhinya kebutuhan.
  • Beban atau kesulitan akan terasa lebih ringan.

Lagipula, sikap tolong menolong memang menjadi sikap positif yang harus dimiliki oleh setiap orang, baik itu umat muslim maupun non muslim. Semua agama dan kepercayaan yang ada di muka bumi pasti selalu mengajarkan pentingnya saling tolong-menolong ini.

Manfaat Ta’awun Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Hampir sama dengan sebelumnya, Ta’awun yang merupakan ajaran positif dalam syariat Islam, pasti memberikan manfaat bagi yang melakukannya. Berikut beberapa manfaat yang diterima oleh pelaku Ta’awun:

  • Dapat menyelesaikan pekerjaan secara lebih cepat.
  • Memudahkan penyebaran syiar Islam.
  • Berhubung Ta’awun ini berpegang teguh pada al Jama’ah alias perkara pokok. Maka penerapan Ta’awun ini telah menjadi bentuk realisasi dari salah satu pokok ajaran Islam.
  • Mempermudah melaksanakan perintah Allah SWT.
  • Melahirkan rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama sekaligus menjauhkan dari fitnah.
  • Menjadi modal kehidupan dalam sebuah umat.

Cara Pembiasaan Sikap Ta’awun Dalam Diri Muslim

Sikap Ta’awun atau saling tolong-menolong ini memang harus dibiasakan oleh umat muslim sejak dini, sehingga nantinya dapat terus tertanam hingga dirinya beranjak dewasa. Nah, berikut ada beberapa cara pembiasaan akan sikap Ta’awun ini, yakni:

  • Memulainya dari hal-hal kecil
  • Mulai memupuk rasa peduli kepada orang lain
  • Belajar ikhlas dalam setiap perbuatan yang dilakukan. Mengingat semua karunia dalam diri kita ini adalah berasal dari Allah SWT (yang sebagai bentuk pertolongan Allah SWT kepada umat-Nya)
  • Berdoa kepada Allah SWT untuk membimbing diri kita supaya menjadi pribadi yang gemar menolong dalam hal kebaikan.
  • Menggerakan rasa empati dan simpati dalam diri sendiri.
  • Selalu berpikir bahwa kita adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.

Nah, itulah ulasan mengenai apa itu Ta’awun alias sikap saling tolong-menolong kepada sesama dan karakteristik manusia ketika menerapkan sikap saling tolong-menolong tersebut. Apakah Grameds sudah melakukan kebaikan Ta’awun hari ini?

Baca Juga!

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika