in

Review Novel Penyalin Cahaya Karya Lucia Priandarini

Penyalin Cahaya merupakan novel karya Lucia Priandarini, penulis ternama asal Indonesia. Novel Penyalin Cahaya diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada Juni 2022. Novel dengan total 208 halaman ini adalah adaptasi dari film yang dirilis pada tahun 2021.

Penyalin Cahaya atau dalam Bahasa Inggris adalah Photocopier, merupakan film drama thriller Indonesia yang disutradarai oleh Wregas Bhanuteja, yang dirilis pada 2021. Film ini menjadi film debut Wregas Bhanuteja dalam penyutradaraan film panjang.

Film Penyalin Cahaya diproduksi oleh Rekata Studio dan Kaninga Pictures. Film ini dibintangi oleh Shenina Syawalita Cinnamon sebagai pemeran utamanya yang bernama Suryani, Lutesha, dan Chicco Kurniawan. Film Penyalin Cahaya dirilis perdana secara internasional pada tanggal 8 Oktober 2021 di Festival Film Internasional Busan.

Melansir dari situs FlixPatrol, film Penyalin Cahaya ini berhasil menduduki trending Netflix di 15 negara sejak film ini mulai dirilis. Di Indonesia sendiri, tercatat bahwa film ini menjadi nomor satu sejak dirilis, sampai dua hari setelahnya. Kemudian, film ini berada di urutan ke-5 di Peru dan Malaysia, urutan ke-6 di Ekuador, Brasil, dan Venezuela, urutan ke-7 di Argentina dan Singapura, urutan ke-8 di Bolivia, Panama, Honduras, dan Uruguay, urutan ke-9 di Nikaragua, Bahama, Trinidad, dan Tobago, serta urutan ke-13 di Netflix seluruh dunia.

Kisah ini berpusat pada Suryani, seorang mahasiswi. Malam itu adalah pertama kalinya Suryani ke pesta untuk ikut merayakan kemenangan Teater Mata Hari, kelompok teater tempat Suryani menjadi sukarelawan pembuat website. Di pesta itu, Suryani mabuk sampai tak sadarkan diri ketika diantar pulang.

Namun, pada keesokan harinya, tanpa sepengetahuan Suryani, Ia mendapati foto-foto dirinya yang sedang mabuk tersebar di media sosial. Foto-foto itu membuat Suryani kehilangan beasiswa dan diusir dari rumah. Suryani sangat yakin bahwa seseorang yang juga anggota Teater Mata Hari sudah mengerjainya.

Dibantu oleh Amin, teman masa kecil Suryani yang bekerja di tempat fotokopi kampus, Suryani berupaya mencari kebenaran akan kejadian pada malam pesta itu, dengan meretas ponsel para anggota Teater Mata Hari yang terakses melalui komputer milik tempat fotokopi. Bukti-bukti yang Suryani kumpulkan mengarahkannya pada seseorang. Namun, kekuasaan dan posisi keluarga orang itu membuat pihak kampus menyarankan untuk berdamai.

Bukannya mendapatkan keadilan, Suryani malah harus memublikasikan permohonan maaf. Namun, Suryani tidak akan tinggal diam. Ia harus mengungkap kejahatan orang itu, entah bagaimana caranya, entah kapan berhasilnya.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Profil Lucia Priandarini – Penulis Novel Penyalin Cahaya

LinkedIn: Lucia Priandarini

Lucia Priandarini adalah wanita asal Kota Malang, Jawa Timur. Ia lahir dan dibesarkan dalam rumah yang dipenuhi buku. Setelah ia lulus menempuh pendidikan tinggi di bidang komunikasi di Universitas Indonesia Lucia sempat bekerja sebagai reporter di beberapa media gaya hidup, menulis naskah nonfiksi untuk sejumlah penerbit, dan sampai sekarang masih aktif menulis konten untuk beberapa media daring. Pada saat itu juga, ia gemar menulis naskah fiksi, tetapi sebagai hobi saja.

Setelah dua novelnya terbit, yakni Episode Hujan dan 11.11 (2016), Lucia Priandarini menulis novelisasi skenario karya Gina S. Noer, yang berjudul Posesif (2017) dan Dua Garis Biru (2019). Selain itu, ia juga menulis novelisasi buku anak yang berjudul Dunia Ara, yang berasal dari semesta Film Keluarga Cemara (2018). Setelah menerbitkan buku nonfiksi kesembilannya yang berjudul Mengejar Ujung Pelangi (2020), Lucia menulis buku puisi pertamanya yang berjudul Panduan Sehari-hari Kaum Introver dan Mager pada tahun 2021.

Selain menjadi seorang penulis, Lucia Priandarini juga pernah bekerja tetap sebagai Content writer Visi Prima Nusantara, Content writer Alodokter.com, Editor Prasetiya Mulya Publishing, Features & online writer di Majalah Femina, dan Editor features di Majalah Kartini. Selain itu, ia juga pernah bekerja sebagai kontributor di Sehatq, Diary Bunda, NgaburSeru.com, Trilogi Communication, Budgecom Agency, Women’s Health Indonesia, Majalah Intisari, PT. Simple Media, PT. Starcom Reaches Indonesia, Majalah Parenting Indonesia, Penerbit Transmedia Pustaka, Urbanesia.com, dan Penerbit Penebar Swadaya.

Sebagai seorang penulis, nama Lucia Priandarini telah diakui, dengan dibuktikan keberhasilannya dalam meraih sejumlah penghargaan. Beberapa penghargaan yang pernah didapatkannya, yaitu Nominasi Buku Sastra Pilihan Tempo 2021, Pemenang 1 Kategori Jurnalis, Lomba Menulis Alzheimer, Yayasan Alzheimer Indonesia, Maret 2015 , dan Pemenang 1 Lomba Cerpen AJB Bumiputera (2009).

Setelah Lucia Priandarini bisa bekerja di rumah, dua hal ini bertemu di satu jalan yang tentu tidak lapang. Berselang-seling, ia menulis konten dan fiksi sembari mendampingi anaknya yang bersekolah di rumah. Jam dua pagi menjadi waktu favoritnya untuk menulis. Dan Lucia akan terus menulis walaupun novelnya yang tidak laku berakhir di rak buku sepuluh ribuan, sementara karyanya yang laku dibajak dan dijual dengan harga murah.

Di atas semuanya, cerita yang paling bahagia, yang pernah ia “tulis” adalah semua kisah saat berada bersama keluarganya sembari bersantai di antara labirin penuh buku bergambar. Anda bisa melihat portofolio karya yang pernah Lucia Priandarini buat di luciapriandarini.com. Anda juga bisa mengenal dan menghubunginya melalui email: lucia.priandarini@gmail.com, Instagram @rinilucia, atau Facebook: Lucia Priandarini.

Sinopsis Novel Penyalin Cahaya

Pros & Cons

Pros
  • Melalui novel Penyalin Cahaya ini, pembaca bisa mendapatkan kesan yang baru, yang diberikan oleh kumpulan narasi dan detail-detail yang tidak disampaikan secara langsung dalam bentuk film.
  • Narasi yang dituliskan oleh Lucia Priandarini sangat mengalir, dan penggunaan bahasa mudah untuk dimengerti.
  • Lucia berhasil dalam menuangkan konflik yang cukup besar ini ke dalam bentuk tulisan, sehingga membuat pembaca ikut merasa tegang, kesal, marah, dan juga sedih.
  • Lucia Priandarini juga berhasil dalam menggambarkan karakter para tokohnya dengan baik, sehingga pembaca dapat merasa empati kepada tokoh.
Cons
  • Tidak ada tambahan informasi yang baru, selain penjabaran detail cerita yang lebih gamblang.

Cerita ini dimulai saat Suryani atau yang akrab dipanggil Sur, seorang mahasiswi sekaligus developer situs klub Teater Mata Hari, mengikuti sebuah pesta perayaan kemenangan mereka dalam suatu kontes teater, yang diadakan oleh seluruh anggota teater Mata Hari.

Sur yang pada saat itu baru pertama kali menghadiri pesta pun mencoba untuk minum, sampai akhirnya ia mabuk hingga tidak sadarkan diri. Bermula dari sinilah masalah ini muncul. Satu hari setelah pesta perayaan itu, Sur mendapatkan swafoto dirinya yang sedang mabuk terunggah di media sosial miliknya sendiri. Hal ini tentunya menjadi kabar buruk, karena bukan hanya reputasinya menjadi buruk, tetapi masalah ini membuat pihak kampus memutuskan untuk mencabut beasiswa kuliah Sur.

Sur sendiri merupakan siswa berprestasi yang berasal dari keluarga yang kekurangan dalam bidang finansial. Jadi, Sur sangat membutuhkan beasiswa tersebut. Lebih daripada itu, Sur juga diusir dari rumah. Ia merasa bahwa dalang dibalik kejadian ini sungguh keterlaluan. Maka itu, Sur ingin mencari keadilan.

Sur yang tak tahu menahu mengenai unggahan swafotonya itu akibat sedang berada di bawah pengaruh minuman keras pun merasa kalang kabut. Namun, ia berusaha untuk mencari tahu mengapa kejadian buruk itu dapat terjadi. Dibantu oleh Amin, sahabatnya yang bekerja di tempat fotokopi kampus, Sur pun menyelidiki apa yang terjadi di malam pesta perayaan itu.

Dengan memanfaatkan keahlian yang dimilikinya di bidang teknologi informasi, Sur meretas ponsel para anggota teater Mata Hari yang menghubungkan ponselnya ke komputer di tempat fotokopi kampus. Dari penyelidikan yang dilakukannya itu, Sur berhasil mengumpulkan barang bukti sedikit demi sedikit. Dari sejumlah bukti itu, Sur pun mulai mengetahui apa yang terjadi padanya saat malam pesta perayaan itu. Ia menemukan bahwa dirinya menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh salah satu anggota kelompok teater itu.

Bersama dengan bukti-bukti yang dikumpulkannya tersebut, Sur akhirnya melaporkan kasus yang menimpanya tersebut kepada pihak kampus. Namun, Sur tak menemukan titik terang atas kasus yang diajukannya. Pihak kampus terlihat tidak mau untuk mengurusi atau terlibat dengan kasus itu, karena menimbang kekuasaan dan posisi keluarga pelaku yang memiliki peran penting untuk kampus.

Bukannya mendapatkan keadilan, Suryani malah harus memublikasikan permohonan maaf, karena dianggap melakukan pencemaran nama baik. Namun, Suryani tidak akan tinggal diam. Ia harus mengungkap kejahatan orang itu, entah bagaimana caranya, entah kapan berhasilnya.

Kelebihan Novel Penyalin Cahaya

Bagi Anda yang telah menonton film Penyalin Cahaya, tentunya sudah mengetahui bahwa kisah ini sangat menarik. Terlebih lagi, dibuktikan dengan film Penyalin Cahaya yang berhasil menempati posisi atas di daftar film trending di beberapa negara. Maka dari itu, versi novel dari kisah Penyalin Cahaya ini tentunya tak kalah menarik.

Dengan diterbitkannya versi novel dari kisah Penyalin Cahaya ini, pembaca bisa mendapatkan kesan yang baru. Kesan yang diberikan oleh kumpulan narasi dan detail-detail yang tidak disampaikan secara langsung dalam bentuk film. Pembaca bisa merasa lebih terikat dengan kisah ini, karena mereka bisa mengimajinasikan kisah ini sendiri.

Kemudian, narasi yang dituliskan oleh Lucia Priandarini juga sangat mengalir, ditambah dengan penggunaan bahasa yang mudah untuk dimengerti. Lucia dianggap berhasil dalam menuangkan konflik yang cukup besar ini ke dalam bentuk tulisan, sehingga membuat pembaca ikut merasa tegang, kesal, marah, dan juga sedih bersama-sama dengan Suryani.

Lucia Priandarini juga dianggap berhasil dalam menggambarkan dengan baik karakter Suryani, sejumlah karakter yang juga menjadi korban pelecehan seksual, dan juga pelaku. Maka dari itu, pembaca bisa merasakan empati kepada Sur dan para korban lainnya, serta membenci si pelaku. Hal ini mengindikasi bahwa pembaca bisa merasa terlibat dalam cerita ini.

Kekurangan Novel Penyalin Cahaya

Sebagai karya novelisasi dari film yang telah dirilis, novel Penyalin Cahaya ini hanya memberikan penjabaran detail cerita yang lebih gamblang saja. Selain dari itu, tidak ada tambahan yang baru dalam novel ini, jadi beberapa pembaca merasa tidak mendapatkan informasi baru.

Pesan Moral Novel Penyalin Cahaya

Melalui kisah Penyalin Cahaya ini, kita dapat belajar untuk bijak dalam berperilaku, supaya tidak merugikan diri kita sendiri. Mencoba sesuatu yang baru memang tidak ada salahnya, tetapi jangan sampai baru mencoba dan melakukannya secara berlebihan. Jangan seperti Suryani yang minum alkohol berlebihan sampai mabuk.

Kejadian yang menimpa Suryani memang bukan kesalahannya, tetapi jika dia tidak begitu, mungkin saja ia tidak akan menjadi target dari pelaku. Meskipun begitu, hendaknya kita bisa meneladani sikap Suryani yang berani untuk memperjuangkan keadilan. Walaupun lawan yang dihadapinya memiliki kekuasaan.

Nah, itu dia Grameds ulasan novel Penyalin Cahaya karya Lucia Priandarini. Bagi kalian yang penasaran akan perjuangan Suryani menghadapi kasus pelecehan seksual, yuk langsung saja dapatkan novel ini hanya di Gramedia.com. Selamat membaca!

Rating: 3.67

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy